Pesan Rahbar

Home » » Ditanya Tabiat Wahabi, Ini Jawaban KH Maimoen “Mbah Moen” Zubair

Ditanya Tabiat Wahabi, Ini Jawaban KH Maimoen “Mbah Moen” Zubair

Written By Unknown on Friday, 25 August 2017 | 15:35:00


KH. Maimoen Zubair, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar, Karangmangu, Sarang, Rembang Jawa Tengah yang biasa dipanggil Mbah Moen adalah sosok ulama kharismatik yang unik, khas dan disegani. Pesan-pesannya dikenal merakyat, bijak dan menyentuh hati. Meskipun terkadang menohok tapi tetap santun dan menyejukkan, semakin menambah rasa kagum siapapun yang mengenal dan menyimak wejangan beliau.

Ada peristiwa menarik yang terjadi di sela-sela acara Seminar Nasional dan Bahtsul Masail Islam Nusantara di Aula Rektorat Universitas Negeri Malang (UM), Malang, Jawa Timur, awal tahun silam. Cerita ini dikisahkan oleh KH Azizi Abdullah dari Kediri, berdasarkan pengalamannya ketika sowan kepada Mbah Moen dalam sebuah kesempatan.

Kiai Azizi saat itu menanyakan tabiat kalangan Wahabi yang sepengetahuannya bisa dicap kafir dan gemar mensyirik-syirikkan orang NU karena amaliahnya. Sontak Mbah Moen meluruskan cara pandang Kiai Azizi ini.

“Hei, Mas, sampeyan mbok jangan ngawur. Tabiat Wahabi itu bukan kafir, Mas, tapi berdosa. Lha, orang berdosa itu: yaghfiru liman yasyaa’ wa yu’addzibu man yasyaa’. Kalau Allah mengampuni, ya masuk surga, kalau tidak diampuni ya masuk neraka,” kata Mustasyar PBNU ini.

“Kalau kafir kan pasti masuk neraka. Sampeyan ini jangan main hukum kafir begitu saja, wong sampeyan saja belum pasti masuk surga. Ngapain ngurusi orang lain,” tambahnya lagi.

Mbah Moen lalu mengimbau kepada warga NU agar tidak ikut-ikutan dengan tabiat buruk kelompok lain, apalagi sampai turut campur menghukumi perkataan dan perbuatan orang lain. Baginya, yang lebih penting adalah menjaga akidah diri sendiri.

Mendengar jawaban Kiai Maimoen tersebut, Kiai Azizi mengaku insaf dari asal menghukumi orang.

“Saya pun akhirnya tobat,” kata Kiai Azizi disambut tawa para hadirin.

Itulah pesan tegas Mbah Moen yang patut direnungkan oleh siapapun yang mudah mengkafirkan orang lain hanya karena tidak sepaham. Beliau mengingatkan pentingnya membangun kesadaran diri untuk tidak main-main dengan menghukumi orang lain dengan “kafir” dan tentang tidak pentingnya sibuk ngurusi orang lain.

Ternyata benar, kita memang tidak pantas merasa paling benar, karena kita belum tentu masuk surga.

Seperti yang disampaikan Mbah Moen, urusan masuk surga atau tidak, memang sangat bergantung pada ridha dan pengampunan Allah SWT.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: