Mengapa Islam memerintahkan agar penganutnya saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran? Karena dengan terus berseminya nilai-nilai kebaikan di tengah manusia, maka kehidupan mereka akan dipenuhi oleh kedamaian dan kebahagiaan. Namun faktanya, meski setiap manusia secara fitrah suka pada kebaikan, namun tak semua mau berlaku baik dengan beragam alasan. Itu sebabnya, upaya saling menasihati itu mesti dilakukan dengan penuh kesabaran. Dengan demikian, jika perintah Islam ini mampu dilakukan, maka manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan dan kesabaran.
Di sisi lain, di antara para makhluk, manusia dinilai sebagai ciptaan yang paling sempurna. Jika demikian, mengapa perlu ada perintah untuk saling menasihati di antara manusia, jika mereka semua sama sempurnanya?
Untuk memudahkan pemahaman, mungkin ada baiknya kita simak analogi tentang petinju dan pelatih tinju berikut ini.
Lazim diketahui bahwa semua petinju profesional pasti memiliki pelatih. Bahkan, petinju legendaris sehebat dan sekaliber Mohammad Ali sekalipun memiliki pelatih bernama Angelo Dundee yang sukses mengantar Ali hingga menjadi juara dunia 3 kali. Padahal jika mereka berdua disuruh bertanding, sangat mungkin Angelo Dundee tidak akan pernah menang melawan Ali.
Jadi, mengapa Mohammad Ali butuh pelatih jika sudah jelas dia pasti bakal menang jika diadu tinju melawan pelatihnya?
Ketahuilah bahwa Mohammad Ali butuh pelatih bukan karena si pelatih lebih hebat dari dirinya, tapi karena ia membutuhkan seseorang untuk melihat hal-hal yang tidak mampu dilihatnya sendiri.
Ya, karena mesti diakui, betapa banyak hal dalam hidup yang tidak mampu kita lihat dengan mata sendiri, dan hanya orang lain yang mampu melihatnya. Itulah yang disebut blind spot atau titik gelap/buta. Artinya, kita hanya bisa melihat blind spot ini dengan bantuan orang lain.
Demikianlah dalam hidup inipun kita butuh seseorang untuk membantu mengawal kehidupan kita, sekaligus untuk mengingatkan kita ketika prilaku dan prioritas hidup kita mulai bergeser dan tidak pada jalur yang semestinya.
Untuk itulah kita senantiasa butuh orang lain yang bisa menasihati, mengingatkan, dan menegur kita andaikata kita mulai melakukan sesuatu hal yang keliru tapi mungkin tanpa kita sadari. Sementara pada saat yang sama, kita membutuhkan kerendahan hati untuk menerima nasihat, kritik, dan teguran, yang sejatinya dilakukan demi untuk menyelamatkan hidup kita.
Kita sempurna sebagai ciptaan, jika dibandingkan dengan ciptaan lain seperti tumbuhan dan binatang. Namun di antara sesama manusia, kita bukanlah manusia yang paling sempurna. Jadi, biarkan orang lain menjadi “mata” kita di area blind spot kita, sehingga kita tetap berkesempatan bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat dengan pandangan mata kita sendiri.
Mungkin itulah pentingnya saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran, agar kita saling bisa menyelamatkan satu sama lain. Dengan kata lain, karena setiap diri kita insyaf pada ketidaksempurnaan yang ada pada diri masing-masing sehingga masih merasa saling membutuhkan bimbingan dan nasihat dalam menjalani kehidupan. Wallahu ‘a’lam.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email