Sebuah surat kabar Israel New Khalij mengungkapkan Israel, Rusia dan AS mengadakan serangkaian pertemuan rahasia bulan lalu untuk membahas kesepakatan gencatan senjata di Suriah selatan.
Menurut pejabat Israel dan diplomat Barat seperti dilansir Haaretz, pertemuan tersebut diadakan di Amman dan sebuah ibu kota Eropa sebelum pengumuman pembentukan zona de-eskalasi di Suriah selatan. Diplomat senior dan petugas keamanan dari tiga negara berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
Selanjutnya, kata Haaretz, pertemuan tersebut diadakan di hadapan utusan khusus AS untuk Suriah, Michael Ratney, dan utusan Gedung Putih untuk Koalisi Global, Brett McGurk, serta pejabat dari Kementerian Luar Negeri Israel, Kementerian Pertahanan , Pasukan Pertahanan Israel dan agen mata-mata Mossad.
Utusan khusus Moskow ke Suriah, Alexander Lafrentiev, juga hadir di sana. Di Amman, peserta termasuk pejabat Yordania. Pertemuan ketiga, di Eropa, berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada pertemuan di ibukota Yordania.
Dilansir Middle East Monitor, Kamis (9/8), delegasi Israel tampaknya menentang memorandum de-eskalasi. Menurut Tel Aviv, kesepakatan ini tidak memberi perhatian yang cukup untuk membatasi pengaruh Iran di Suriah.
Perwakilan Israel memprotes kegagalan kesepakatan Rusia-Amerika Serikat dengan Hizbullah dan faksi-faksi Iran, dan menyerukan penarikan para pejuang Hizbullah, kelompok milisi Garda Revolusi Iran dan Syiah dari Suriah.
Bulan lalu, di Hamburg, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengumumkan kesepakatan negaranya dengan AS dalam sebuah gencatan senjata di Suriah selatan.
Terlepas dari kenyataan bahwa Israel mengkoordinasikan kegiatan keamanannya di Suriah dengan Rusia namun Tel Aviv tidak mempercayai kepemimpinan Rusia.
Israel menganggap Daraa, Provinsi Suwayda (Jabal Al-Arab) dan daerah-daerah lain yang berdekatan dengan Dataran Tinggi Golan diperlukan untuk keamanannya sendiri.
(Haaretz/Middle-East-Monitor/Shabestan/Republika/Berbagai-Sumber-lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email