Membaca buku karya M Quraish Shihab belum lengkap rasa jika belum menuntaskan karyanya yang terbaru “Secercah Cahaya Ilahi”. Buku terbitan Mizan pustaka ini bisa dibilang menjadi uraian “tafsir” pelengkap dari karya fenomenal Quraish Shihab sebelumnya yakni “Membumikan Al-Quran”, “Lentera Hati”, “Wawasan Al-Quran” dan “Tafsir Al Misbah”.
Sebagai ahli tafsir Al-Quran tentu saja kepakaran membahas ayat-ayat Allah (ayatullah) sudah tidak diragukan lagi. Profesor lulusan universitas Al-Azhar, Kairo Mesir, ini menjadi semacam kamus berjalan bagi siapa pun yang ingin bertanya atau memperdalam perihal tafsir Alquran. Tidak cukup itu, dari hampir semua karya Quraish Shihab memang membawa misi mengajak umat untuk kembali ke Al-Quran dan hidup bersama Al-Quran.
Untuk mempermudah bagi siapapun yang ingin mendalami kembali Al-Quran dan berjalan sesuai dengan tuntutan-Nya, Prof. Quraish Shihab membagi buku ini menjadi 7 bab yang semuanya penting untuk disimak, yakni : peran agama dalam kehidupan masyarakat, peranan agama dalam kehidupan keluarga, peran agama dalam mengasah jiwa, peran agama dalam memperkaya kehidupan, peran agama dalam pengembangan SDM, peran agamA dalam membimbing manusia mengelola kekuasaan dan peran agama dalam membimbing manusia mengenal sang pencipta.
Membaca uraian Prof. Quraish Shihab pembaca semakin disadarkan bahwa apa yang ada dalam Alquran bersifat holistikalias menyeluruh dalam mengatur kehidupan manusia, mulai dari aturan yang bersifat aqidah hingga muamallah atau urusan keduniaan, hubungan antar manusia. Misalkan, hubungan antara anak dan orang tua, hubungan guru dan murid, hubungan atasan dan bawahan, hingga hubungan bisnis.
Terkait dengan sikap emosional dalam beragama, Prof. Quraish Shihab membekali pembaca dengan cara mengalah jiwa berdasarkan tuntunan Alquran, seperti bahasan tentang “sabar”, “tawakal”, “takwa”, “sakinah”, “optimisme”, “ujian”, hingga “fitnah”.
Banyak uraian Quraish Shihab yang sangat “menyejukkan”, misalkan mengenai “sabar”. Dengan kondisi keduniawian yang makin kompleks, umat Muhammad haruslah mengedepankan sifat sabar. Sabar, menurut Quraish Shihab, bukan berarti “lemah” atau “menerima apa adanya”, tapi merupakan perjuangan yang menggambarkan kekuatan jiwa pelakunya, sehingga mampu mengendalikan keinginan nafsunya. Prof Quraish Shihab mereferensikan kepada pembaca tentang ayat-ayat “sabar”.
Penjelasan kontekstual Quraish Shihab juga menyinggung perihal maraknya konflik antar umat beragama. Dalam bab “Peranan Agama dalam Negara”, beliau mendeskripsikan dengan lengkap bagaimana seharunya umat bersikap dalam menyikapi perbedaan. Tidak kecuali, Quraish Shihab juga “menyentil” para penyelenggara negara yang belakangan ini terlihat makin korup dan kacau. Uraian beliau di bab ini sangat pas untuk konteks Indonesia yang tahun ini menghadapi pemilihan pemimpin.
“Bagi yang akan dipilih, kepadanya diperingatkan bahwa,”sesungguhnya ia (jabatan) adalah amanah dan sesungguhnya ia pada hari kiamat menjadi (penyebab) kehinaan dan penyesalan, kecuali yang (bagi orang yang) menerimanya dengan hak dan menunaikan kewajibannya dalam amanah itu. Sedangkan bagi yang memilih diingatkan bahwa,”Siapa yang menugaskan seseorang dalam suatu kelompok dan dia menemukan dalam kelompok itu orang yang lebih disukai (lebih baik) dari yang ditugaskannya, maka dia telah menghianati Allah, Rasul-Nya, dan menghianati kaum muslimin” (hal 77).
Prof Quraish Shihab juga tidak segan-segan “membedah” banyak permasalahan sosial yang tengah terjadi di masyarakat, termasuk di Indonesia. Misalkan tentang Kefakiran, Pembunuhan, makar Aborsi hingga Reformasi, semua lengkap dibahas dalam buku setebal 550 halaman ini.
Keluasan pengetahuan Prof. Quraish Shihab yang “lintas batas” banyak terlihat diberbagai tulisan dalam buku ini. Kutipan ayat Al-Quran yang dilengkapi dengan pendapat para sahabat Nabi, ulama-ulama terkenal, hingga filsuf Prancis, Auguste Comte bertebaran dalam beberapa bab. Sangat pas jika dibilang, membaca buku ini ibarat menikmati sebuah hidangan yang membangkitkan selera karena Prof Quraish Shihab banyak memberikan “bumbu-bumbu” yang lezat.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email