Pesan Rahbar

Home » » Peringati Keruntuhan Kuil Suci, 1.300 Warga Yahudi Kunjungi Tembok Ratapan

Peringati Keruntuhan Kuil Suci, 1.300 Warga Yahudi Kunjungi Tembok Ratapan

Written By Unknown on Saturday, 5 August 2017 | 14:21:00

Jumlah terbanyak sejak Israel mencaplok Kota Tua Yerusalem Timur pada 1967.

Lebih dari 1.300 peziarah Yahudi pada 1 Agustus 2017 mengunjungi Tembok Ratapan dalam kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem Timur, Palestina. (Foto: Facebook)

Lebih dari 1.300 warga Yahudi kemarin mengunjungi Tembok Ratapan dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, berlokasi di Kota Tua Yerusalem Timur.

Mereka ke sana untuk berdoa dalam hari raya Tisha B'Av, memperingati keruntuhan kedua Kuil Suci, diyakini oleh kaum Yahudi pernah berdiri di kompleks Al-Aqsa.

Jumlah itu yang terbanyak sejak Israel mencaplok Yerusalem Timur, setelah Perang Enam Hari 1967.

Meski berpuasa, sebanyak 1.043 peziarah Yahudi menembus sengatan matahari untuk tiba di Tembok Ratapan. Ratusan orang lainnya mengantre untuk ke tembok dikeramatkan kaum Yahudi tersebut.

Tembok Ratapan dibuka lagi buat orang Yahudi sorenya. Hingga pukul lima sore, sekitar 1.300 peziarah non-muslim melawat ke Al-Aqsa.

Rekor terbanyak ini terjadi setelah beberapa hari lalu bentrokan sengit pecah di sekitar Al-Aqsa, karena Israel menutup Al-Aqsa dua hari kemudian dibuka bagi orang Islam dengan pembatasan.

Polisi Israel menyuruh para peziarah Yahudi meninggalkan kartu identitas mereka, sebelum memasuki kompleks Al-Aqsa melalui Gerbang Mughrabi, satu-satunya pintu bagi non-muslim.

Direktur Waqf Azzam al-Khatib murka melihat besarnya warga Yahudi ke Tembok Ratapan kemarin. "Ini diluar dugaan, tidak bisa diterima, dan harus dihentikan," katanya.

Dalam pertemuan darurat Komite Eksekutif Organisasi Konferensi Islam (OKI), digelar kemarin di Kota Istanbul, Turki, Menteri Luar Negeri Aiman Safadi bilang kunjungan peziarah Yahudi kemarin yang terbanyak sejak 1967.

Dia memperingatkan kalau makin banyak warga Yahudi dibolehkan ke Tembok Ratapan, makin besar kemungkinan konflik berdarah meletup lagi.

"Banyak krisis lebih berbahaya bakal meledak bila Israel terus melanggar, tidak mencabut sumber ketegangan, penjajahan tidak berakhir, Yerusalem tidak merdeka, dan tidak menjadi ibu kota negara Palestina berdaulat," ujar Safadi.

(Haaretz/Times-of-Israel/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: