Pesan Rahbar

Home » » Perjalanan Sulit Berhaji Warga Gaza

Perjalanan Sulit Berhaji Warga Gaza

Written By Unknown on Sunday 27 August 2017 | 02:07:00


Bagi penduduk Gaza yang biasa terkepung, pergi berhaji adalah berkah dari Tuhan. Orang-orang Muslim yang terpilih bisa terlepas dari penjara yang selama ini mengurung mereka dalam satu dekade terakhir.

Arab Saudi biasanya memberikan satu visa haji untuk setiap 1.000 Muslim di sebuah negara. Palestina memiliki populasi kurang dari tujuh juta. Izin haji tahunan yang diberikan kepada pemohon dari Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur dan Gaza yakni sekitar 6.500 kuota.

Warga Gaza, yang merupakan 40 persen dari keseluruhan populasi Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel, berhak atas 2.500 visa. Menteri Awqaf Palestina mengatakan, bahwa haji tahun ini, terdiri dari 2.640 peziarah dari Gaza.

Jumlah ini mencakup 1.000 orang keluarga warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel. Mereka akan pergi sebagai tamu Raja Salman.

Pejabat senior di Kementerian Wakaf Islam di Gaza, Qadaffi Al-Qatati mengatakan kepada Arab News, kesulitan memilih warga untuk jadi peziarah adalah satu masalah. "Masalahnya adalah bagaimana memutuskan siapa yang akan pergi," kata dia.

Saat membuka pendaftaran untuk ibadah haji di tahun 2010, ada lebih dari 30 ribu warga mengirimkan aplikasi. Bagi mereka ini adalah kesempatan untuk meninggalkan Jalur Gaza yang mengepung mereka.

Banyaknya pelamar memaksa kementerian untuk memilih seperti lotere. Selama ini, kementerian memilih orang secara acak selama tujuh tahun berturut-turut. Sejauh ini, jarang ada pembukaan pendaftaran baru.

Hal ini memungkinkan seseorang untuk mengetahui tahun berapa mereka akan pergi haji. Meski demikian, masalah lain muncul saat mereka tidak bisa membayar biayanya.

Pada saat yang sama, jika mereka mengizinkan registrasi baru, maka mungkin jumlah pendaftar baru akan mencapai 100 ribu orang. Warga Gaza tidak dapat menikmati umrah selama tiga tahun terakhir karena penutupan persimpangan Rafah yang hampir permanen oleh pihak berwenang Mesir.

Selama bertahun-tahun, masalah lain telah terjadi. Beberapa calon peziarah sakit dan telah meninggal dunia, sementara yang lain kehilangan minat atau tidak mampu membayar biaya.

"Kami pun memperkenalkan sebuah sistem pengganti dimana keluarga terdekat diizinkan untuk menggantikan sanak keluarga mereka yang sakit, tidak dapat bepergian atau tidak lagi tinggal," kata Al-Qatati.

Jika itu gagal juga, maka otoritas akan kembali pada sistem undian untuk menentukan siapa yang bisa pergi. Sementara, sistem pengganti tampaknya telah berhasil karena perjalanan ke Makkah dan Madinah tidak begitu mudah.

Sementara ini, sekitar 75 biro wisata terdaftar oleh kementerian pariwisata dan Waqf untuk mengatur perjalanan haji. Masalah lain muncul pada otoritas perbatasan. Biaya rata-rata perjalanan, termasuk bus, biaya perjalanan pulang pergi dan akomodasi di Makkah dan Madinah cukup besar, yakni sekitar 3.000 dolar AS per orang.

Pada tahun-tahun sebelumnya, pelamar haji biasa dapat mengambil penerbangan dari Bandara Al-Arish terdekat ke Makkah. Namun kekerasan di Mesir sejak Musim Semi Arab membuat bandara tidak dapat digunakan lagi.

Sebagai gantinya, peziarah harus menghabiskan dua sampai tiga hari di jalan dan di lounge bandara menunggu untuk naik ke pesawat. Meskipun ada penundaan yang lama di sisi perbatasan Mesir, penundaan terbesar adalah dalam perjalanan pulang.

Pelancong mengatakan kepada Arab News bahwa pihak berwenang Mesir menyita paspor di kedua arah. Mereka menunggu semua pesawat membawa penumpang Gaza kembali sebelum mengizinkan konvoi bus jamaah melanjutkan perjalanan ke perbatasan Rafah. Seringkali, waktu menunggu ini sangat lama.

(Arab-News/Republika/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: