Pesan Rahbar

Home » » Saya Ingin Orang Indonesia Bisa Belajar Bahasa Ibrani

Saya Ingin Orang Indonesia Bisa Belajar Bahasa Ibrani

Written By Unknown on Tuesday, 15 August 2017 | 22:24:00

Setelah menyusun kamus Indonesia-Ibrani, Sapri Sale sedang menulis buku Belajar Bahasa Ibrani Bagi Penutur Bahasa Indonesia.

Sapri Sale, penyusun kamus Indonesia-Ibrani pertama dan siap diterbitkan di Jakarta. (Foto: Faisal Assegaf/Albalad.co)

Ada petuah bilang "Tidak kenal maka tidak sayang" dan "Kenalilah musuhmu." Nasihat semacam ini kelihatannya cocok bagi kaum muslim di Indonesia kebanyakan menganggap orang Yahudi jahat semua atau orang Yahudi itu orang Israel.

Inilah pesan ingin disampaikan Sapri Sale, lelaki asal Palu, Sulawesi Tengah, baru saja menyelesaikan kamus pertama Indonesia-Ibrani sekaligus Ibrani-Indonesia. Tapi dia tidak ingin memasuki ranah politik dan agama. Dia hanya ingin kamus tersebut menjadi jembatan dua budaya berbeda.

Kamus setebal 450 halaman itu dia susun selama satu dasawarsa sejak 2006 dan segera diluncurkan di Jakarta. Ayah dua anak dan sarjana Sastra Arab dari Universitas Al-Azhar di Ibu Kota Kairo, Mesir, ini mengakui akan sangat lebih mudah belajar Ibrani bila menguasai bahasa Arab. Maklum, kedua bahasa ini adalah sepupu.

Demikian pula secara etnis. Arab dan Yahudi juga sepupuan. Arab merupakan keturunan dari Nabi Ismail, sedangkan Yahudi dari darah Nabi Yakub. Keduanya putra dari Nabi Ibrahim.

Secara teologis, agama Islam dan Yudaisme juga mirip. Orang lelaki Yahudi wajib sunat. Mereka juga diharamkan memakan babi dan menenggak minuman beralkohol.

Sapri berharap kamus ini bisa membantu orang Indonesia berminat mempelajari Ibrani. "Saya ingin menjadikan Ibrani bukan bahasa eksklusif hanya dipelajari oleh orang-orang tertentu menganggap hak mereka saja mempelajari itu," katanya saat ditemui kemarin di sebuah pusat belanja di Jakarta. "Saya ingin Ibrani menjadi bahasa universal."

Karena itu, Misinya berhenti tidak berhenti di kamus. Dia juga sedang menulis buku kedua berjudul Cara Belajar Bahasa Ibrani Bagi Penutur Bahasa Indonesia.


Berikut penjelasan Sapri Sale kepada Faisal Assegaf dari Albalad.co.

Siapa menginspirasi Anda membikin kamus Indonesia-Ibrani?

Saya terinspirasi oleh Ben Yehuda. Dia adalah tokoh Zionis tapi bukan kolonialisme. Dia Zionisme literatur. Dialah orang pertama Yahudi menghidupkan kembali bahasa Ibrani. Bahasa Ibrani kan mati dia.


Bagaimana mulanya Anda bisa belajar bahasa Ibrani?

Saya ini anak pesantren di Darut Tahuid, Malang. Kemudian saya disuruh kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir. Waktu saya di Al-Azhar, saya tertarik dengan negara Israel.

Saya membaca literatur di negeri Arab itu hanya kejelekan orang Yahudi dan Israel saja. Dalam pikiran saya nggak mungkin lah. Masak, nggak sisi baiknya sih. Masak orang Yahudi jahat semuanya, pasti ada baiknya juga dong. Caranya gimana? Masuk ke literatur mereka, baca referensi mereka. Ya udah, akhirnya saya memutuskan harus belajar bahasa Ibrani.


Kapan Anda kuliah di Al-Azhar dan jurusan apa?

Saya kuliah dari 1989 dan lulus 1996. Saya kuliah Sastra Arab.

Nah, keuntungan saya sebagai orang pernah menekuni bahasa Arab, untuk mempelajari bahasa Ibrani itu mudah sekali karena mirip. Itu sangat membantu sama. Sebelum kursus, saya sudah belajar sendiri.


Di mana?

Selama kuliah di Mesir.


Memangnya banyak yang menjual buku belajar bahasa Ibrani di Kairo?

Di sana semua Fakultas El Zion di Universitas Ain Syam, Universitas Kairo mengajarkan bahasa Ibrani. Kalau di Al-Azhar nggak ada. Buku-buku cara belajar bahasa Ibrani gampang didapat di sana.

Saya belajar bahasa Ibrani igtu masuknya dengan cara orang Arab mengajarkan bahasa Ibrani. Karena punya struktur bahasa dan pola yang sama dengan bahasa Arab. Saya diuntungkan oleh itu. Jadi saya tidak belajar bahasa Ibrani dengan cara orang Barat mengajarkan bahasa Ibrani.

Saya belajar bahasa Ibrani bukan dari orang lain, saya belajar bahasa Ibrani dari bahasa Arab, merupakan sepupunya.

Setelah belajar sendiri, saya mulai bergabung dengan Pusat Kebudayaan Israel di Kairo. Lembaga ini bagian dari Kedutaan Besar Israel di Kairo.


Kapan Anda mulai bergaul dengan Pusat Kebudayaan Israel?

Sekitar 1991-1992, saya mulai bergaul dengan mereka. Di saat itu, saya melihat orang Israel adalah monster karena propaganda yang ada, berita pembantaian orang Palestina. Tapi saya tidak ingin dipengaruhi oleh media.

Eh, mereka menerima saya dengan baik, justru mempercayakan kepada saya utak-utik komputer mereka kalau ada yang rudak. Jadi akrab, akhirnya saya menjadi bagian dari mereka. Sambil saya belajar sambil mengikuti kursus-kursus tidak resmi.

Saya lalu berkenalan dengan Amr, orang Arab muslim asli dan Mesir menjadi pegawai di Pusat Kebudayaan Israel. Amr itulah yang memandu saya soal bagaimana persamaan antara bahasa Ibrani dan Arab.

Karena tidak ada sekolah bahasa Ibrani resmi dan keterbatasan ekonomi, saya melanjutkan belajar Ibrani secara otodidak.

Saya sempat menjadi asisten duta besar Indonesia untuk Libanon. Kemudian pada 1999 saya tinggalkan Beirut dan bekerja di kantor perwakilan Indonesia untuk PBB di New York. Nggak lama, setelah itu saya bekerja di kantor perwakilan Belgia buat PBB. Di situlah saya mulai belajar lagi Ibrani.

Setelah saya mulai punya duit, saya masuk pendidikan resmi bahasa Ibrani secara daring di Hebrew Online. Semua gurunya dari Israel. Mereka sangat antusias karena saya orang Indonesia dan muslim. Saya belajar Ibrani di Hebrew Online mulai 2004 hingga 2006.


Apakah Anda dapat sertifikat?

Dapat, level C, satu lagi di atasnya D. Kemudian karena biayanya mahal saya berhenti. Saya belajar sendiri lagi.


Memangnya berapa biaya ikut Hebrew Online?

Mahal, US$ 700 untuk satu sesi selama tiga bulan. Eh, ada teman saya waktu di Mesir datang ke Amerika menyarankan saya untuk membuat kamus saku Indonesia-Ibrani. Saya pikir menarik juga usulannya.

Jadi, kamus ini saya mulai kerjakan 2006, baru selesai 2016.


Apakah Anda mengontak Kedutaan Israel di Amerika?

Tidak, karena saya tidak mau dibantu oleh orang. Saya mau independen. Saya tidak mau ada sponsor mendikte saya. lebih baik saya keluarkan dari kocek saya sendiri dulu.


Apa yang paling sulit dalam menyusun kamus ini?

Kesulitan paling tinggi kamus Ibrani itu adalah nikud atau tanda baca. Dalam bahasa Arab disebut makhraj.


Kenapa susahnya?

Itu pakai kode. Satu huruf memiliki satu nikud. Di samping itu, saya tidak hanya fokus di situ karena saya bekerja.


Berapa tebal kamus ini?

450 halaman.


Ada berapa abjad dalam Ibrani?

22, hampir sama dengan Arab.


Apa isi dari kamus ini secara garis besar?

Secara garis besar adalah susunan kata secara alfabet. Kamus ini dua sisi, Indonesia-Ibrani dan Ibrani-Indonesia.

Jadi sasarannya itu bukan hanya orang Indonesia ingin belajar bahasa Ibrani, namun juga saya mengajak orang Israel supaya belajar bahasa Indonesia. Makanya di dua sisi itu ada penjelasan soal tata bahasa, yaitu tata bahasa Ibrani dan tata bahasa Indonesia.


Jadi apa misi dari penyusunan kamus ini?

Untuk menjembatani dua budaya berbeda, tidak pernah berhubungan. Saya tidak mau masuk ranah politik, semata-mata literatur.


Ada berapa jenis pola kalimat dalam bahasa Ibrani?

Banyak jenisnya. Beda antara Ibrani klasik dan modern. Ibrani klasik itu disebut Tanakh. Ibrani klasik itu punya tata bahasa sendiri. Yang saya buat adalah kamus untuk bahasa Ibrani modern.

Tapi kalau kita emnguasai Ibrani modern, sangat mudah mengerti Ibrani klasik. Karena tata bahasa Ibrani klasil lebih sedikit. Ibrani modern lebih luas karena sudah banyak mengabsorpsi dari bahasa Arab dan Latin.


Bagaimana perasaan Anda bisa menyelesaikan penyusunan kamus Indonesia-Ibrani ini?

Macam-macamlah. Tapi ini adalah langkah awal. Setelah ini kerjaan lebih banya. Bagaimana harus mengimplementasikan, bagaimana bisa masuk pesantren, bagaimana ia menjadi bahasa tidak eksklusif lagi.


Apakah renacan Anda ke depan?

Saya ingin menjadikan Ibrani bukan bahasa eksklusif hanya dipelajari oleh orang-orang tertentu menganggap hak mereka saja mempelajari itu. Saya ingin Ibrani menjadi bahasa universal.

Saya ingin mempromosikan bahasa Indonesia di Israel. betul-betul ini adalah jembatan budaya.

Dalam waktu dekat ada karya menyusul, yakni buku Belajar Bahasa Ibrani Bagi Penutur Bahasa Indonesia. Sudah sekitar 14 bab saya susun.


Apakah Anda siap jika ada reaksi negatif dari orang tidak suka dengan kamus Anda terbitkan?

Siap sekali, saya kan anak pesantren.

(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: