Para Yesuit ketika mengunjungi Pesantren Tebuireng di Jawa Timur. (Foto: Ignatius Ismartono, SJ)
Dua belas imam Yesuit dari berbagai negara yang tergabung dalam program Jesuits Among Muslims (JAM) baru-baru ini mengunjungi Pondok Pensantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, untuk mengenal lebih jauh tentang Islam, keragaman dan toleransi antaragama.
Para imam itu berasal dari Jerman, Prancis, Nigeria, Turki, India, Spanyol, Italia dan Indonesia.
Dalam kunjungan itu pada 10 Agustus itu, mereka mengadakan dialog dan berbagi pengalaman iman dengan para santri dan pembina di Pondok Pesantren tersebut.
“Pertemuan tersebut merupakan bagian dari pertemuan rutin antara para imam Yesuit yang mengikuti program Jesuit Among Muslims (JAM) dan tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah,” kata Pastor Franz Magnis Suseno, SJ yang memimpin kelompok tersebut.
Abdul Ghofar, Sekretaris Pondok Pesantren Tebuireng mengatakan para Yesuit berbincang-bincang dengan para santri di pesantren tersebut untuk belajar lebih banyak tentang pengalaman hidup mereka dan apa arti iman bagi hidup mereka.
Pastor Ignatius Ismartono, SJ – salah satu anggota kelompok itu- mengatakan bahwa kunjungan tersebut adalah sebuah silaturahmi dan belajar tentang Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan sebuah organisasi Islam terbesar pertama di Indonesia.
“Yang dipelajari adalah bahwa NU adalah sebuah cara menghayati agama Islam yang membuat penganut agama lain tidak merasa terancam,” katanya kepada ucanews.com, 14 Agustus.
Pondok Pesantren Tebuireng didirikan tahun 1899 oleh Kiay Haji Hasyim Asya’ri, seorang pemimpin Nahdlatul Ulama. Pesantren ini memiliki lebih dari 7.000 siswa.
Setelah kunjungan tersebut, para imam juga mengunjungi makam Kiay Haji Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, presiden keempat Indonesia dan mantan ketua umum PBNU.
(Uca-News/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email