Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mewakili Indonesia dalam pertemuan tingkat menteri GCTF (Global Counter Terrorism Forum) ke-8 di Markas Besar PBB di New York, berbagi pengalamannya dengan negara-negara anggota PBB dalam upayanya memerangi terorisme.
“Dalam pertemuan tadi saya sampaikan beberapa hal. Saya berikan contoh bagaimana proses deredikalisasi dilakukan di Indonesia di desa Tenggulun di Jawa Timur, tempat lahirnya mendiang Amrozi,” ujar Menlu Retno di New York, Rabu.
Amrozi adalah pelaku Bom Bali I yang meledak pada Oktober 2002 lalu dan divonis dengan hukuman mati. Eksekusi Amrozi dilakukan pada November 2008.
Di Desa Tenggulun saat ini telah berdiri Yayasan Lingkar Perdamaian yang didirikan oleh saudara paling muda dari Amrozi.
Yayasan tersebut didirikan untuk merangkul mantan tahanan teroris dan menjadikan mereka sebagai agen perubahan atau agen untuk menangkal terorisme, tambah Menlu.
“Pengakuan-pengakuan mereka bisa dijadikan counter narasi untuk upaya memerangi terorisme,” kata Retno.
Di dalam memerangi terorime, Indonesia dikenal sebagai negara yang berhasil memadukan pendekatan dengan soft power dan hard power.
Menlu juga menyampaikan apa yang terjadi di kota Marawi di Filipina dan kepentingan Indonesia di dalam membantu mengatasi krisis yang terjadi di Filipina Selatan tersebut dengan mengadakan kerjasama trilateral bersama Malaysia dan Filipina.
Kemudian juga dengan melaksanakan pertemuan sub-regional untuk melawan pejuang terorisme asing dan terorisme lintas batas di Manado pada akhir Juli lalu.
Dalam pertemuan tingkat menteri di Markas PBB tersebut, Indonesia bersama Australia mengetuai bersama kelompok kerja untuk detensi dan reintegrasi dan juga kelompok kerja untuk memerangi ekstrimisme keras.
Menlu Australia Julie Bishop juga menyampaikan perhatiannya terhadap ancaman terorisme di tingkat regional seperti apa yang terjadi di Kota Marawi.
(Antara-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email