Pesan Rahbar

Home » » Indonesia Darurat Ormas Sampah

Indonesia Darurat Ormas Sampah

Written By Unknown on Tuesday 26 September 2017 | 00:51:00


Baca disini: http://abnsnews.blogspot.com/2017/09/hti-annas-jat-mmi-fui-dan-fpi-sudah.html

Oleh: Kajitow Elkayeni

Dalam sebuah video, seorang laki-laki yang membawa gergaji dan kapak membubarkan kegiatan sekolah minggu untuk anak-anak. Motif laki-laki ini tidak jelas. Ada beberapa dugaan muncul setelah beberapa kali menonton videonya. Pertama, mungkin ia mempersoalkan isu perekrutan anak-anak kampung ke dalam acara itu, sesuai asumsinya. Kedua, ia mempertanyakan soal ijin kegiatan tersebut. Namun itu hanya alasan, saya menyadari, pokok persoalan lelaki itu hanya satu, kedengkian.

Perasaan superior sebagai mayoritas membuatnya merasa berhak melakukan “pendobrakan” di luar wewenangnya. Komplek Rusunawa Pulogebang itu memiliki sistem pengamanan sendiri. Semua perbuatan melawan hukum akan mendapatkan tanggapan secara hierarkis. Mulai dari satpam, RT, sampai kepolisian. Jadi keberadaan orang asing di wilayah tersebut (Rusanawa), dengan tuntutan tak masuk akalnya adalah sebuah kesewenangan.

Dalam video itu, lelaki yang kemudian dikenali bernama M. Nasoem Sulaiman itu juga memaki-maki Ahok. Ia menyebutnya anjing atau bangsat. Saya tidak tahu ada dendam apa dirinya dengan Ahok, tapi di sana terlihat ia begitu puas melampiaskan kebenciannya. Tentu saja itu urusan pribadinya. Namun makian itu juga bentuk aksi superior yang ingin ia tunjukkan. Bahwa, ia lebih besar dari Ahok dan orang-orang yang disebutnya minor tadi.

Ada komunikasi khas manusia tak terdidik saat lelaki itu, yang kurang lebih mengatakan, “Ibu mayoritas atau minoritas?” Ini juga sekadar sarkasme murahan. Pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban. Ia melakukan itu untuk merendahkan lawan bicaranya. Ingin menunjukkan insting hewani yang dimilikinya.

Dari beberapa sumber lain kemudian menyebutkan, bahwa lelaki penggenggam kapak dan gergaji itu telah meneken surat pengakuan permintaan maaf. Ini jadi anti klimaks yang sebenarnya menyedihkan. Bahwa semua prilaku beringas yang ia tunjukkan itu memang tak memiliki dasar apa-apa selain kedengkian. Ia melakukan sebuah tindakan di luar batas itu hanya berdasarkan prasangka belaka.

Aksi semacam ini banyak bentuknya. Orang-orang berbondong-bondong membubarkan satu acara keagamaan dengan alasan tak berijin, atau takut ada semacam ancaman kristenisasi. Acara keagamaan yang rutin digelar tak perlu ijin. Apalagi jika itu sudah jadi tradisi. Ijin dari suatu pertemuan dimaksudkan sebagai tindakan preventif untuk menjaga keamanan. Karena konsentrasi massa dalam jumlah besar di suatu tempat dapat mengakibatkan persoalan. Baik dari internal massa, atau dari pihak eksternal yang ingin mengganggu acara.

Namun mempertanyakan ijin untuk acara keagamaan itu tindakan biadab. Siapapun pelakunya, dari agama apapun dirinya. Peribadatan tak perlu ijin. Kalaupun hendak mempertanyakan ijin karena alasan keamanan, hal itu hanya boleh dilakukan oleh pihak berwajib, minimal RT. Lelaki dalam video itu mungkin anggota ormas tertentu, karena ia mengatakan sebagai koordinator di daerah itu (Cakung, Jakarta Timur).

Apa yang dilakukan M. Nasoem Sulaiman ini hendaknya dijadikan pelajaran bagi yang lain. Tindakan memalukan itu telah mencoreng islam, jika M. Nasoem menggunakannya sebagai tameng. Atau kesukuan (Jawa) jika ia merasa telah mewakili pihak yang disebutnya sebagai mayoritas. Dan dalam hal ini, orang-orang waras yang melihat aksi serupa harus ikut mencegahnya. Untuk menyelamatkan muka kita bersama.

Ini salah satu dampak dari merajalelanya ormas anarkis di sekitar kita. Mereka mendirikan pos keamanan seenaknya. Mengganggu ketenangan dan suka meminta sumbangan seperti upeti saja. Saat telah diterbitkannya Perppu Ormas untuk mengatasi kekacauan ini dalam level ekstrem, orang-orang pandai berlindung pada hak kebebasan berpendapat. Termasuk bebas masuk dan membubarkan acara keagamaan pihak minoritas?

Indonesia darurat ormas radikal. Baik yang mengatasnamakan agama atau paguyuban over protektif. Ormas preman ini harus diatur, ditertibkan, kalau bermasalah ya dibubarkan. Kita punya aparat hukum, hierarki pemerintahan sampai tingkat bawah. Ormas tukang pungut sumbangan, tukang bikin kisruh sengketa tanah, tidak diperlukan. Apalagi yang sering bikin heboh dengan mengatasnamakan agamanya dan menyerang agama lain. Ormas sampah semacam itu tidak layak dipertahankan.

Kebebasan berpendapat memang tidak boleh dibungkam, tapi memaksakan pendapat juga tidak diperkenankan. Untuk itu diperlukan kontrol, agar makhluk model M. Nasoem Sulaiman ini tidak lagi bebas berkeliaran dan membuat kekacauan di sekitar kita. Agar Indonesia, nama yang telah kita sepakati dibangun dengan sendi kebhinekaan tetap ada dan layak dijadikan rumah bersama.

(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: