Masyarakat Iran yang tinggal di Malaysia dan komunitas Syiah negara Asia Tenggara lainnya bertepatan dengan tibanya bulan Muharram, siap menyelenggarakan acara berkabung Abu Abdillah al-Husein (as) dengan kerjasama atase kebudayaan Iran.
Menurut laporan IQNA dilansir dari situs organisasi kebudayaan dan komunikasi Islam, kegiatan religi pada hari-hari Muharram dan acara berkabung Abu Abdillah seperti tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan di sejumlah Husainiyyah, masjid dan beberapa tempat religi Iran, komuntias Syiah di Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Australia, Selandia Baru dan beberapa negara lain di kawasan ini.
Acara berkabung sepuluh pertama Muharram untuk Abu Abdillah (as), keluarga dan para sahabatnya diselenggarakan Kamis malam (21/9) di Kuala Lumpur dan di atase kebudayaan negara Iran.
Para pecinta Abu Abdillah (as) dapat berpartsipasi dalam acara khusus sepuluh hari ini, yang akan diselenggarakan mulai hari Kamis sampai Tasu’a Husaini di atase kebudayaan Iran di Kuala Lumpur.
Atase Kebudayaan Iran di Kuala Lumpur mengundang masyarakat Iran dan para pecinta keluarga Nabi dan Abu Abdillah (as) yang bermukim di sana untuk hadir dalam acara berkabung ini.
Acara berkabung menurut rutinitas tahun-tahun sebelumnya juga akan diselenggarakan di sejumlah perwakilan Iran di Serdang, Johor dan Pinang (Penang) Malaysia.
Atase kebudayaan Iran lainnya di negara-negara Asia Tenggara juga menjadi tuan rumah acara berkabung untuk para warga setanah air pada hari berkabung ini.
Orang-orang Syiah sebagian negara Asia Tenggara memiliki kegiatan-kegiatan khusus pada bulan Muharram. Di pulau Sumatera Indonesia, acara berkabung untuk Abu Abdillah disebut dengan Tabot dan di Jawa diberi nama dengan Syuro yakni Asyura’ dan di Aceh bulan Hasan dan Husain dan di barat Sumatera masyarakat Padang menamai sepuluh hari Muharram dengan bulan Tabuik.
Pada hari ketujuh Muharram, simbol tangan Imam Husain (as) yang diletakkan di pot dikelilingkan di sejumlah jalan dan masyarakat menangis karena mengenang peristiwa Karbala dan hari kesembilan Muharram pagi, disiapkan sebuah serban berwarna putih yang disebut dengan Turban, sebagai simbol dari serban Imam Husain (as) dan dalam sebuah acara, dijelaskan musibah-musibah yang menimpa Abu Abdillah dan pengorbanan-pengorbanan beliau.
Di Myanmar, yang mayoritasnya adalah muslim Ahlusunah dan minrotas Rohingya, yang pada hari-hari ini mendapatkan tekanan dari pemerintah Buddha, namun ribuan orang Syiah pada bulan Muharram dan Safar berkabung, mereka tidak menikah dan tidak memakai pakaian baru.
Thailand juga termasuk negara dimana kegiatan berkabung Husaini di situ kembali pada masa yang sangat jauh, yakni sekitar 400 tahun lalu. Ribuan orang Syiah di Bangkok berkabung selama sepuluh hari Muharram. Hari berkabung di negara ini diakui secara resmi sejak tahun 1908 oleh Seyed Mazandarani.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email