Pesan Rahbar

Home » » LAPAN: Kabar 23 September Kiamat Itu Hoax

LAPAN: Kabar 23 September Kiamat Itu Hoax

Written By Unknown on Thursday, 28 September 2017 | 17:35:00


Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan kabar kiamat pada 23 September 2017 adalah hoax alias berita bohong.

Sebelumnya, David Meade yang disebut-sebut sebagai ahli astrologi Kristen asal Amerika Serikat menyatakan Bumi akan mengalami kiamat pada 23 September tahun ini. Menurut Meade, kiamat itu terjadi karena Nibiru atau Planet X akan menabrak dan menghancurkan Bumi.

Thomas mengatakan kabar kiamat akibat Nibiru yang menabrak Bumi merupakan isu yang berulang-ulang. “Itu hoax. Itu selalu berulang-ulang,” kata Thomas, Kamis (21/9/2017).

Sebelumnya isu mengenai Nibiru juga pernah muncul pada tahun 1995. Nancy Lieder, pendiri Zeta Talk, menyebut Nibiru akan menabrak Bumi dan menyebabkan kiamat. Zeta Talk adalah kelompok yang percaya adanya alien abu-abu bernama Zeta. Sedangkan Lieder sendiri adalah perempuan yang mengaku pernah berkomunikasi dengan alien tersebut saat dirinya masih remaja.

Pada 1995, Lieder meramalkan bahwa Nibiru yang berukuran empat kali lebih besar dari Bumi, akan menabrak Bumi pada tahun 2003. Pada 2003 ramalannya terbukti keliru.

Tak jera, meski pada 2003 terbukti salah dalam meramal, Leider kembali meramalkan kiamat akan terjadi pada 2010. Sekali lagi, ramalannya pun meleset dan tak pernah terjadi.

Thomas menjelaskan bahwa Nibiru atau Planet X atau Planet ke-10 itu sebenarnya tidak ada. Dugaan mengenai keberadaan Nibiru atau Planet X itu, ujar Thomas, memang sering dikaitkan dengan bencana seperti tabrakan dengan Bumi.

“Itu tampaknya dari astrologi yang sering kali dikaitkan ke sana. Secara astronomi tidak dikenal ada yang namanya planet itu,” jelas Thomas.

Lulusan astronomi Institut Teknologi Bandung dan Kyoto University itu memaparkan, jumlah planet besar yang diketahui dan terkategori sebagai planet utama saat ini hanyalah delapan. “Pluto itu kini sudah dianggap sebagai planet kerdil, bukan lagi sebagai planet yang utama, karena objek sejenis pluto itu sekarang banyak ditemukan.”

Adapun objek langit yang sering dikaitkan bertabrakan dengan Bumi secara astronomi, jelas Thomas, adalah asteorid, komet, dan meteor. Asteroid adalah benda langit kecil dan padat yang terdapat di dalam sistem tata surya dan kerap disebut sebagai planet kecil. Adapun komet adalah benda angkasa yang mirip asteroid, tapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas dan debu yang membeku. Sementara meteor adalah meteoroid atau batu-batu angkasa berukuran kecil yang masuk ke dalam atmosfer Bumi.

“Nah dalam seratus tahun ke depan, menurut survei astronomi, tidak ada asteroid yang cukup besar yang orbitnya bisa berpapasan dengan bumi sehingga bertabrakan dengan bumi,” tegas Thomas.

Thomas menyebut dugaan-dugaan adanya tabrakan dahsyat antara benda langit lain dengan Bumi itu tidak berdasar. Berdasarkan pemantauan dari jaringan astronomi di seluruh dunia, setidaknya dalam seabad ke depan tidak ada asteroid atau benda langit lain dengan ukuran diameter lebih dari 30 meter yang mengancam Bumi.

“Kalau asteroid kecil yang tidak terdeteksi itu biasanya hanya menimbulkan shockwave atau gelombang kejut,” ujar Thomas.

Di Indonesia pada Oktober 2008, menurut catatan Thomas, pernah ada meteor berdiameter 10 meter yang jatuh di Teluk Bone. “Itu hanya menimbulkan getaran saja,” katanya.

Kemudian sekitar tahun 2013, pernah ada pula meteor berdiameter sekitar 15 meter yang jatuh di Rusia sehingga menyebabkan gelombang kejut dan merusak kaca-kaca gedung. Sekitar 1.000 orang dilaporkan terluka akibat terkena pecahan kaca-kaca jendela.

Seabad sebelumnya, pada 30 Juni 1908, ada pecahan komet berdiameter sekitar 100 meter yang jatuh di Daratan Siberia. Jatuhnya komet tersebut menghanguskan hutan seluas 2.000 kilometer kuadrat.

“Kemudian yang diduga paling besar itu 65 juta tahun yang lalu, diduga asteroid ukurannya di Semenanjung Yukatan Meksiko, yang menyebabkan debu menutupi seluruh dunia dan itu diduga menjadi salah satu penyebab punahnya dinosaurus,” ujar Thomas.

Thomas menyarankan publik agar tidak mudah panik dan termakan oleh isu-isu hoax terkait tabrakan dahsyat antara benda langit dengan Bumi. Jika ada kabar hoax semacam itu, sebaiknya publik menghubungi lembaga-lembaga astronomi yang mempunyai data untuk memverifikasi kabar tersebut.

(LAPAN/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: