Pesan Rahbar

Home » » Mencetak Anak Hafidz Al-Qur'an Sejak Dalam Kandungan

Mencetak Anak Hafidz Al-Qur'an Sejak Dalam Kandungan

Written By Unknown on Wednesday 27 September 2017 | 13:13:00


Profesor Kathy Hirsh-Pasik, Kepala Laboratorium Bahasa Bayi di Universitas Temple di Philadeplhia, mengatakan, “Proses pertama perkembangan bahasa terjadi ketika bayi masih dalam kandungan, karena mereka mendengar pembicaraan ibunya, ” masih kata beliau “bayi kadang-kadang dapat mengingat beberapa kata yang mereka dengar”.

Sebagaimana fakta yang kita ketahui bahwa bayi yang masih dalam kandungan dapat mendengar suara yang ada disekitarnya. Proses pembentukan indera pendengaran bayi dimulai saat janin berusia 8 minggu. Pembentukannya terus berkembang sampai usia janin berusia 24 minggu, dan saat usia janin 25 minggu ia sudah bisa mendengar suara-suara yang ada disekitarnya termasuk suara kedua orang tuanya. Maka dianjurkan bagi kedua orang tuanya untuk mulai berkomunikasi pada bayinya walaupun masih satu arah. Dan saat inilah proses pembelajaran bahasa pada bayi untuk pertama kalinya, Para peneliti berpendapat kemampuan bahasa pada bayi mulai berkembang sejak mereka masih di dalam rahim. Profesor Kathy Hirsh-Pasik, Kepala Laboratorium Bahasa Bayi di Universitas Temple di Philadeplhia, mengatakan, “Proses pertama perkembangan bahasa terjadi ketika bayi masih dalam kandungan, karena mereka mendengar pembicaraan ibunya, ” masih kata beliau “bayi kadang-kadang dapat mengingat beberapa kata yang mereka dengar”.

Selain mengajak bayi berkomunikasi, mendengarkan musik klasik pada janin juga dianggap baik oleh orang-orang barat karena mampu meningkatkan kecerdasan anak. Tapi mereka masih bingung mencari komposisi yang pas dari musik klasik yang bagus untuk perkembangan otak anak. Dan alhamdulillah, kita sebagai muslim tidak perlu bingung mencari musik klasik yang pas tersebut karena kita telah mempunyainya, Al Qur’an, mu’jizat terbesar umat Islam. Dan Ternyata mendengarkan Al-Quran Lebih mencerdasan anak dibanding mendengarkan musik klasik. Inilah hasil penelitian terakhir yang dilakukan oleh Dr. Nurhayati dari Malaysia yang mengemukakan hasil penelitian ini dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Dan bacaan Al Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

Sedangkan mendengar musik klasik oleh janin yang dianggap bisa meningkatkan kecerdasan anak mulai diragukan kebenarannya, karena penelitian terbaru ini yang dilakukan oleh Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dari University of Vienna, Austria dalam riset mereka yang diberi judul Mozart Effect mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang. Mereka membuat riset yang melibatkan 3000 partisipator, hasil penelitiannya adalah tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan inteligensi seseorang setelah mendengarkan musik Mozart. Hal yang sama juga diungkapkan oleh tim peneliti dari Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik juga mengadakan penelitian yang serupa, mereka mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Dan hasil penelitiannya adalah sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.

Saatnya kita kembali pada Al Qur’an. Selain mendengarkan bacaan Al Qur’an baik untuk perkembangan otak janin, juga sebagai pembiasaan terhadap anak agar terbiasa mendengar Al Qur’an sehingga anak nantinya dalam usia dini mampu menghafal Al Qur’an dengan mudah. Nah, disinilah kunci untuk menjadikan anak-anak kita para hafidz Al Quran pada usia sedini mungkin, karena hafalan anak pada usia dini akan terekam kuat dan melekat pada otak sehingga mereka tidak akan mudah lupa apa yang telah dihafalnya.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mulai mendengarkan bacaan Al Qur’an kepada anak sejak dalam kandungan. Yang pertama, membacakan secara langsung dekat ke arah perut sang ibu. Mulailah dengan surat-surat pendek, bacalah secara tartil dan perlahan serta diulang-ulang sebanyak tiga kali. Kegiatan ini bisa dilakukan secara bergantian dengan sang ibu, lakukanlah secara rutin dan bertahap. Untuk lebih mempermudah, aturlah jadwal yang disepakati bersama antara ayah dan ibu. Bacalah dengan sungguh-sungguh seolah-olah kita mengajari anak membaca Al Qur’an, karena ini adalah madrasah yang pertama bagi sang anak. Selanjutnya, kita bisa menggunakan rekaman mp3 murattal Al Qur’an dari para syaikh atau qori’ ternama. Pilihlah murattal yang dibaca secara perlahan, aturlah volume suaranya agar tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu lemah. Putarlah sesering mungkin, terutama saat setelah shalat atau saat hendak tidur.

Dan yang tidak kalah pentingnya untuk menjadikan anak kita hafidz Al Qur’an adalah adanya niat dan azam yang kuat dalam diri sang ayah dan ibu untuk menjadikan anaknya hafidz Al Qur’an, disertai dengan doa kepada Allah Azza wa Jalla yang telah menurunkan Al Qur'an. Interaksi dengan Al Qur’an juga hendaknya dibangun secara intens terlebih dahulu oleh kedua orang tua, melazimkan tilawah, membaca tafsirnya, dan mengamalkan apa yang ada didalamnya menjadi sangat penting sehingga anak mendapat teladan yang nyata dari orang tuanya dan ini semakin menumbuhkan rasa cinta anak terhadap Al Qur’an.

(Tebyan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: