Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Minggu (10/9/2017), mengecam Myanmar karena “tindakan brutal yang sistematis” terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Persatuan negara-negara Muslim itu juga mendesak pemerintah Myanmar untuk menerima pemantau-pemantau internasional yang ingin mendapatkan informasi di lapangan, demikian kantor berita Perancis, AFP.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, hampir 300.000 pengungsi Rohingya telah tiba di Bangslades sejak militan Rohingya menyerang puluhan pos keamanan di negara bagian Rakhine, pada 25 Agustus 2017.
Serangan itu memicu kemarahan Myanmar sehingga militer melakukan operasi besar-besaran untuk memburu militan Rohingya, anggota Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA).
Kepala negara dan utusan 57 negara anggota OKI, dalam pertemuan di Astana, Kazakhstan, Minggu (10/9/2017), mengekspresikan “keprihatinan yang serius atas tindak-tindakan brutal yang sistematis oleh angkatan bersenjata melawan komunitas Muslim Rohingya di Myanmar”.
OKI juga mendesak Myanmar untuk menerima para pemantau PBB yang akan melakukan “investigasi saksama dan independen atas semua pelanggaran terhadap hak asasi manusia internasional dan menyeret para pelaku pengadilan.”
Ketua OKI saat ini Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah menyuarakan kecaman yang paling keras terhadap kebijakan pemerintahan Myanmar terhadap etnis Rohingya.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, dan Afganistan, Ashraf Ghani, termasuk di antara para petinggi negara Muslim yang hadir dalam pertemuan di Astana, ibu kota Kazakhstan.
Negara tuan rumah KTT OKI yang berada di Asia Tengah itu dipimpin oleh seorang sosok otokrat, diktator Nursultan Nazarbayev.
Situasi buruk yang dialami etnis Rohingya telah memicu kecaman internasional yang luas terhadap Myanmar dan pemimpin de facto-nya Aung San Suu Kyi.
(AFP/Kompas/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email