Berkenaan dengan keimanan dan akal orang-orang yang semakin lemah khususnya dalam agama atau kejahilan mereka, orang-orang mukmin juga harus merasakan sedih.
Hal ini disampaikan Hujjatul Islam Ali Ridha Panahian dalam kajian akhlaqnya saat menjelaskan tentang di antara kesedihan auliya Ilahi ialah dalam menyaksikan manusia yang jauh dari spiritual.
Dikatakannya, saat akal dan tingkat spiritual seseorang bertambah maka karena orang-orang jahil dan orang-orang yang tidak beragama menjadikan kesedihannya pun semakin bertambah.
Nabi Musa as selama tiga hari menjadi tamu Allah swt, ia tenggelam dalam kelezatan dan kenikmatan bersama-Nya sampai ia melupakan rasa lelah dan lapar, namun saat kembali ke tengah manusia dengan adanya mereka, nabi Musa as kembali merasakan kesedihan, jelasnya.
Hujjatul Islam Panahian menambahkan, berkenaan dengan keimanan dan akal orang-orang yang semakin lemah khususnya dalam agama atau kejahilan mereka, orang-orang mukmin juga harus merasakan sedih akan hal ini, namun mereka tidak boleh lari dari hal ini karena penderitaan tersebut merupakan zakat dari iman dan akal.
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an bahwasanya Rasul saww sangat antusias terhadap kebahagiaan umat Islam di dunia dan akhirat, sementara umat Islam tidak seperti apa yang diinginkan Rasulullah saww, oleh sebab itu Rasulullah saww bersedih dengan hal ini.
Saat dimana seorang hamba melakukan kesalahan maka yang kecewa ialah tuannya, dan ini adalah kekecewaan dan kesedihan yang sangat besar dimana karena dosa-dosa yang kita lakukan Imam Zaman afs akan merasa malu di hadapan Allah swt, demikian jelasnya.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email