Oleh: Iyyas Subiakto
Judul asli: Pribumi Dikadali
Dua hari ini kita terpancing atas pidato Anies yang mengangkat isu pribumi bangkit, seolah selama ini terzholimi. Setelah mengamati dengan seksama baru kita sadar bahwa isu itu bukan keluar dari mulut orang bodoh. Pasangan ASU ini adalah pasangan cerdas dan keduanya jebolan sekolah dari Amerika.
Anies penerima beasiswa Fullbright dari AMINEF USA dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi global di Maryland University. Sejak SMA Anies memang qualified dalam program binaan antar bangsa yang dilakukan USA dan menempatkan dia sebagai orang istimewa bagi elite politik AS. Bukan rahasia umum bahwa Anies dimasukkan pada 100 tokoh pemimpin Indonesia masa depan, akankah AS cuma berbaik hati dan berhampa tangan. Tidak ada makan siang gratis bagi paman sam.
Sandiago Uno, lulus Summa Cumlaude dari Wichita State University, dan ber IPK 4 dari George Washington University, ( data dari Babo ). anak angkat keluarga William Soeryadjaya ini, cerdas. Orientasinya bisnis, dia tidak peduli naik kendaraan apa yang penting sampai dan untung.
Emang ada yang gratis dari Amerika?. Bisa iya bisa tidak. Bila iya, biasanya Amerika nyumbang barang-barang tak berharga, pesawat bekas, kapal bekas, pokoknya barang bekas. Bila tidak gratis, biasanya mereka minta imbalan dari yang dimenangkannya, artinya imbalannya harus sesuai keinginan mereka dan menguntungkan Amerika. Apakah orangnya diperdayakan atau keputusannya harus berpihak kepada negara adidaya itu sendiri, itu diatur dalam kesepakatan antar mereka.
Apakah ada kepentingan Amerika langsung disana, bisa iya, bisa tidak juga, tapi yang pasti statement ” pribumi menjadi tuan di negeri sendiri atau spanduk panjang bangkitnya pribumi muslim ” jelas sebuah strategi mengecoh pribumi itu sendiri. Memicu sentimen dan membangkitkan rasa bahwa telah lama pribumi menjadi warga kelas dua. Statement yang tak baik itu sampai dikawal dengan instruksi presiden No.26 thn 1998 bahwa tidak dibenarkan lagi memakai ucapan pri non pri karena eksesnya bisa menimbulkan perpecahan. Kalimat kolonialisme di Jakarta dan didepan mata makin menguatkan bahwa posisinya seolah berpihak pada orang kecil, karena kalau dikatakan untuk pribumi, ada dimana dan makhluk apa pribumi itu saat ini. Sama dengan isu PKI yang katanya dimana-dimana, diajak nonton bareng ternyata tak datang. Anies-Sandi memainkan emosi pendukungnya dan berlindung dibalik kata “pribumi” untuk segala janji yang bakal tak bisa ditepati, sehingga kelak bila diserang dia akan mengatakan: penyerangan terhadap pemimpin pribumi.
Anies adalah sebuah bidak, kehadirannya sebagai pendobrak digaris depan, disekelilingnya ada kuda, benteng, menteri dan raja. Dia diumpankan sekaligus sebagai makanan yang bisa mematikan bila tak hati-hati menelannya. Dia bisa merusak tenggorokan, merobek anus, dan neninggalkan virus di usus.
Langkah kemenangan yang tak biasa, memainkan isu agama dan berkoloni bersama ormas anti pancasila telah menunjukkan siapa mereka dan mau apa, kemenangan yang digalang hanya tujuan antara dan kelanjutannya akan menguasai Indonesia, jelas terbaca. Gerombolan berkuda yang haus untuk berkuasa telah siap dengan aksi berikutnya. Kalimat pribumi akan dijadikan bara api setelah PKI tidak bisa diajak hidup lagi, dan target itu jelas adalah Jokowi.
Jurus bangau angkat kaki di tanah pribumi akan dijadikan amunisi berdaya ledak tinggi. Apakah mereka bisa menjadi pahlawan seperti Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf Khalwati atau bisa saja menjadi Arung Palaka sang penghianat bangsa.
Mari berhenti membahas istilah pri non pri, jangan kita dimainkan, diarahkan pada isu yang cuma ngompori kuping kiri tak berarti. Sementara kuping kanan kita dipekakkan agar kita tak mendengar mereka sedang menggalang kekuatan jalang untuk menghadang loncatan perkembangan Indonesia untuk masa depan.
# Waspadakan diri agar Indonesia tegak berdiri, bila kita sudah berlari pribuminya akan ikut juga, karena mereka cuma punya kuping kiri, kuping kanannya disumbati janji dan tinggal janji.
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email