Nahdlatul Ulama
Oleh: Abdi Kurnia Djohan
Di dalam berpolitik, NU mengikuti sepenuhnya teologi politik Asy’ariyyah yang mengedepankan kompromi namun tidak mengesampingkan sikap kritis. Penegasan itu diberikan untuk membedakan teologi politik Asy’ariyyah dari teologi politik Syi’ah dan teologi politik Khawarij.
Dilihat dari sudut pandang fikih, prinsip politik NU berpatokan kepada kaidah fikih sebagai berikut:
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
Menolak kerusakan didahulukan daripada/atas menarik kebaikan
Berpijak kepada kaidah ini, NU menolak penerapan khilafah ketika diusulkan di dalam sidang I BPUPK 1945.
ما لا يؤخذ كله لا يترك كله
Apa yang tidak bisa diambil seluruhnya, tidak ditinggalkan seluruhnya.
Dengan dasar kaidah ini, NU menerima penghapusan 7 kata dari alenia ke-empat Pembukaan UUD 1945, versi Piagam Djakarta 22 Juni 1945.
تصرف الامام على الرعية منوط بالمصلحة
Kebijakan yang diambil penguasa kepada rakyatnya didasarkan kepada maslahat (kebaikan).
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email