Telah berlangsung seminar kajian hubungan kerjasama ilmiah dan pendidikan kampus-kampus Iran dan Indonesia yang turut dihadiri oleh para pimpinan dua kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Indonesia dan rektor, dosen-dosen dan para mahasiswa Universitas Mazâhib Islâmî di ruang seminar kampus ini.
Menurut laporan kantor berita Shafei-News yang dinukil dari universitas Mazâhib Islâmî, pada seminar yang berlangsung di universitas Mazâhib Islâmî ini ikut hadir Hujjatul Islam wal Muslimin Dr. Muhammad Husain Mukhtari (rektor universitas Mazâhib Islâmî), Prof. Dr. Muhammad Syirazi (Rektor Universitas Islam Negeri Raden Fatah-Indonesia), Prof. Dr. Musafir (Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar-Indonesia) dan juga Dr. Hamdan, purek (pembantu rektor) Urusan Luar Negeri Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar-Indonesia. Para pimpinan kampus Indonesia menyampaikan makalah-makalahnya khusus dalam kaitan korelasi agama dan sosial.
Di awal seminar ini, Dr. Hujjatullah Ibrahimian, purek (pembantu rektor) dalam bidang penelitian Universitas Mazâhib Islâmî yang juga pernah menjabat sebagai atase kebudayaan Iran di Indonesia dari tahun 1392 hingga 1394 Syamsi, dalam pemaparannya terkait informasi khusus tentang Indonesia mengatakan, “Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 262 juta orang, negara yang menduduki peringkat keempat dunia dalam masalah jumlah penduduk setelah China, India dan Amerika, dan 86 persen penduduk negara ini yakni 200 juta jiwa menganut agama Islam.”
Beliau dengan mengisyaratkan bahwa seluruh kaum Muslimin negara ini bermazhab Syafi’i dan pencita Ahlulbait as, mengingatkan bahwa Islam Indonesia memiliki karakter toleran dan slogan masyarakat Muslim negara ini adalah “Persatuan dalam keragaman dan keragaman dalam persatuan.”
Ibrahimian menyebutkan diantara titik-titik persamaan negara Iran dan Indonesia adalah “Kesamaan Agama” dan “Kecintaan terhadap Ahlulbait as” serta “Keberadaan para sayid dan habaib di Indonesia yang jumlahnya sekitar tiga juta habib,” ia menjelaskan bahwa urusan-urusan keagamaan di Indonesia berada di bawah naungan sebuah lembaga formal (Kementrian Agama) dan tiga lembaga non-formal yaitu Nahdatul Ulama, Majlis Ulama Indonesia dan Muhammadiyah. Kementrian Agama sendiri menaungi sekitar 700 universitas Islam yang tersebar di berbagai pelosok tanah air.
Di akhir materinya beliau menegaskan bahwa Universitas Mazâhib Islâmî memiliki 10 program kerjasama dengan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan Universitas Islam Negeri Raden Fatah (Indonesia) untuk tahun 2017 sampai tahun 2018 yang akan terealisasi.
Pada lanjutan seminar ini, Dr. Hamdan, purek (pembantu rektor) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar untuk urusan luar negeri, dalam makalahnya yang mengangkat tema “Demokrasi, Pluralisme dan Aliran-aliran Kebudayaan Indonesia,” memaparkan bahwa kami lebih banyak menggunakan al-Qur’an untuk produk hukum padahal semestinya lebih dari itu yaitu menggali makna-makna dan pemahaman-pemahaman al-Qur’an.
Beliau dengan menjelaskan bahwa teks-teks keagamaan sebagai penjelasan agama atau bahkan agama itu sendiri, menekankan bahwa kami lebih banyak terfokus pada penghafalan teks-teks ini padalah seharusnya kami pun harus lebih kritis terhadapnya.
Selanjutnya Prof. Dr. Musafir, rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, menyampaikan makalahnya dengan mengangkat tema “Agama dalam kacamata Sosial” dan mengatakan bahwa tujuan dari pembahasan ini adalah menawarkan sebuah teori akurat tentang korelasi agama dan sosial serta kemajuan teori ini.
Beliau dalam presentasinya bahwa agama dan sosial terkadang memiliki perbedaan, berkata, “Ada banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang berbeda dengan realitas-realitas sosial, sebagai contoh Allah Swt dalam al-Qur’an menganggap bahwa kaum Muslimin adalah sebaik-baik umat tapi pada kenyataannya di tengah-tengah masyarakat bahkan dalam masalah ekonomi, politik dan lain-lain masih bukan yang terbaik dan malahan Barat yang mengambil alih segala urusan dan perkara.
Prof. Dr. Muhammad Syirazi (Rektor Universitas Islam Negeri Raden Fatah-Indonesia) juga dalam makalah yang mengangkat tema “Globalisasi dan Pendidikan Tinggi” menegaskan bahwa kita mampu meraihnya dengan mensosialisasikan kreatifitas, adanya akses lintas batas, pertukaran mahasiswa, pengolahan konten, kemajuan persaingan dan efisiensi ekonomi dan finansial.
Di penghujung seminar ini juga Hujjatul Islam wal Muslimin Dr. Mukhtari, rektor universitas Mazâhib Islâmî, selain berterima kasih kepada para pimpinan dua Universitas Islam Negeri (UIN) ini yang telah menyampaikan makalahnya masing-masing yang begitu bermanfaat dan cukup argumentatif dalam seminar ini, menyampaikan harapannya bahwa kedepan kerjasama universitas Mazâhib Islâmî dengan dua Universitas Islam Negeri Indonesia ini akan semakin meningkat.
(Shafei-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email