Jika ada yang teriak dalam pengajian “NU sesat! Bid’ah! Syirik!” kira-kira apa yang ada di benak anda?
Jika ada yang teriak dalam pengajian “Bubarkan FPI! FPI Radikal!” kira-kira apa yang ada di benak anda?
Jika ada yang teriak “Salafi antek Zionis! Salafi neo-Khawarij!” kira-kira apa yang ada di benak anda?
Marahkah? Kesalkah?
Ya, itu naluriah. Itu baru kelompok anda yang dihina. Kelompok yang mungkin anda baru ikuti saat usia 17 tahun, 20 tahun, atau mungkin baru diusia 40 tahun.
Bagaimana jika yang dihina adalah negara anda? Ya, negara yang melindungi hak-hak anda sejak lahir, bahkan melindungi sejak zaman kakek-nenek anda, bahkan akan terus melindungi hak-hak keturunan anda kelak hingga kiamat.
Tidakkah anda sakit hati? Atau memang anda sudah tidak punya hati?
Saat ada orang teriak:
“Indonesia negara thagut!”
“Indonesia berdiri diatas sistem kafir!”
“Buat apa membela Indonesia, nasionalisme tak ada dalilnya!”
Tentu sebagai anak bangsa yang lahir, hidup, dan (mungkin saja) mati di tanah air Indonesia, perkara ini bukan hal yang bisa diterima.
Bukan pada pengajiannya, tapi pemikiran apa yang ia sebarkan dalam pengajian itu. Tolong pahami, gunakan akal anda.
Jangankan pengajian, dangdutan sekali pun kalau isinya mencaci-maki negara ini akan bernasib sama.
Saya kasih logika:
Ada kawan anda yang muslim, tapi sikapnya kasar. Ada juga kawan anda yang non-muslim tapi sikapnya lemah-lembut. Secara naluriah anda akan lebih menyukai sikap lemah-lembut teman non-muslim anda dibandingkan dengan sikap kasar teman muslim anda, bukan?
Namun, anehnya tiba-tiba ada orang yang datang menyinyir anda dengan penuh kedunguan: “Kok lebih suka sama berkawan dengan non-muslim dibanding dengan muslim, dimana aqidahmu?!”
Bukan masalah aqidahnya, tapi masalah sikapnya! Kita membenci muslim bukan karena aqidahnya, tapi karena sikap kasarnya. Pun kita menyukai non-muslim bukan karena aqidahnya, tapi karena sikap lemah-lembutnya. Jadi jangan menggeser opini.
So, dibubarkan itu bukan karena pengajiannya, tapi pemikiran orang yang ngisi pengajian itu yang jadi masalah.
Tolong, dewasalah berpikir.
Tak perlulah aku bawa-bawa dalil dan kaidah-kaidah fiqh sebagaimana tulisanku yang lalu-lalu. Cukuplah perbaiki cara berpikirmu agar lebih dewasa. Hentikan ini semua, cukup. Jangan menggeser masalah!
Bogor, 5 November 2017
@adhlialqarni
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email