Rasanya mustahil ada seorang manusia selalu hidup menyendiri sepanjang hayatnya. Bila hal itu dilakukan maka pasti ia akan merasakan banyak kesulitan, tidak bakal survive dan tidak mungkin meraih kesempurnaan . Oleh karena itu, demi meraih kebutuhan individualnya yang tidak mungkin selalu dilakukan secara perorangan, ia perlu hidup bersama orang lain.
Hidup bersama manusia lain yang berbentuk kelompok itu selanjutnya, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup perorangan, juga untuk meraih tujuan hidup bersama karena kesamaan atau keragaman minat, kecenderungan dan cita-cita. Dalam komunitas sosial itu, setiap individu secara dinamis–karena keragamannya dalam banyak aspek–diikat oleh aturan-aturan bersama, baik yang tertulis atau tidak, agar lebih tertib, terstruktur dan relatif cepat mencapai tujuan-tujuan hidup bersama. Secara formal yang demikian itu dinamakan organisasi.
Organisasi adalah wadah bagi kehidupan bersama untuk merancang, mengelola segala ragam potensi dan berbagai kegiatan secara sistemik, terkoordinasi dan terarah kepada berbagai tujuan bersama. Adapun kunci kekuatan organisasi, performa dan keberlangsungannya sangatlah bergantung kepada kesadaran setiap anggotanya untuk senatiasa taat berada dalam ikatan sinergi, tidak melampaui garis batas, menghormati budayanya dan secara disiplin mengikuti aturan-aturan untuk mencapai tujuan di bawah arahan bijak, bimbingan cerdas, dan solusi kreatif para pemimpin, baik dalam sistem kepemimpinan individual atau kolektif.
Eksistensi pemimpin sama pentingnya dengan para anggotanya. Hanya saja untuk menjadi pemimpin ideal haruslah memenuhi beberapa karakteristik, seperti diungkapkan oleh Abu Nashr al-Farabi (870-950 M.) dalam Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadilah, halaman 22 sebagai berikut:
1. Memiliki anggota tubuh yang sempurna;
2. Mampu berpikir dengan baik;
3. Memiliki daya ingat yang baik;
4. Cerdas dalam memahami dan menganalisis keadaan;
5. Memiliki kecakapan dalam dalam bertutur kata;
6. Memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan;
7. Menjauhi hal-hal buruk dan sia-sia;
8. Bersikap jujur;
9. Berjiwa besar;
10. Tidak memiliki kecintaan duniawi; dan
11. Bersifat adil dan membenci kezaliman.
Dan yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa tindakan para pemimpin (baca: pemerintah) atas rakyat harus mengacu kepada kemaslahatan bersama. Para pemimpin jangan hanya pandai mengobral janji karena rakyat hanya butuh bukti-bukti nyata yang menyelesaikan masalah dan mensejahterakan mereka.
KH Ahmad Ishomuddin, Rois Syuriah PBNU
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email