Ketika Jokowi pidato di World Ecomic Forum ASEAN di Hanoi, dunia terpukau. Analoginya yang sederhana soal Thanos mampu menyodorkan perspektif optimis sekaligus menawarkan basis moral bagaimana ekonomi dunia ini seharusnya dihela.
Dunia mengapresiasi. Dunia seperti disadarkan bahaya niat jahat Thanos yang ingin memusnahkan separuh dunia untuk merebut kekayaanya. Pasti Erdogan yang sekarang jadi korban Thanos juga merasa dibela. Merasa kepentingan Turki disuarakan oleh seorang Jokowi.
Jokowi, seperti Soekarno, tampil membawa Indonesia untuk menyuarakan makna baru bagi kehidupan dunia. Bahkan pidato itu seperti sebuah perlawanan pada keserakahan negara dikuasa yang kebijakannya bisa menghancurkan ekonomi negara lain. Mereka seperti Thanos, yang hendak menghancurkan separuh penduduk dunia.
Bedanya jika Soekarno selalu tampil berapi-api dan penuh vitalitas, Jokowi tampil dengan santai. Dengan bahasa Inggris beraksen Jawa. Soal aksen, setiap daerah punya aksen sendiri-sendiri. Aksen Inggris Singapur beda dengan aksen orang India yang sama-sama ngomong English. Bahkan aksen British beda dengan aksen Amerika. So what?
Dengan cara itukah Jokowi membawa kisah Marvel Studios sebagai analogi ke panggung ekonomi dunia . Sambil diselingi guyonan. Segar.
Sebuah cara komunikasi yang efektif dan asyik.
Sementara di Indonesia, ada orang yang sibuk menganjurkan debat Capres dengan bahasa Inggris. Maksudnya mau menunjukan Capresnya jago bahasa Inggris gitu? Atau cuma mau pamer cas-cis-cu?
Bukan. Mereka tahu, gak mungkin KPU menggelar debat Capres dalam bahasa Inggris. Itu melanggar UU kita. Sebab debat Capres adalah forum resmi nasional. UU mewajibkan menggunakan bahasa mengantar bahasa Indonesia.
Terus kenapa mereka mengusulkan sesuatu yang pasti tertolak? Tujuannya untuk membuat image Jokowi gak mampu berbahasa Inggris. Cuma itu saja tujuan usulan konyol tersebut.
Usukan mereka sama seperti orangbyang minta Presiden mundur karena sudah jadi Capres. Padahal UU tidak membuka ruang untuk Presiden mundur. Wong, negara ini bersistem Presidential.
Sebagai orang normal, kita tahu usulan-usulan itu adalah pembodohan. Tapi mau diapain lagi. Sasaran mereka memang untuk menarik perhatian orang-orang bodoh yang mudah dikelabui.
“Mas, orang bodoh juga berguna apabila dimanfaatkan sesuai dengan kebodohannya,” ujar Abu Kumkum.
Saya terperanjat. Pedagang minyak telon oplosan ini, boleh juga. “Maksudnya, apa tuh Kum,?” saya berusaha memancing.
“Mbuh!”
Sumber: FB Eko Kuntadhi
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email