Pesan Rahbar

Home » » Lima Jam Jadi Cut Nya’ Din dan Kartini, Ratna Harus Pergi, Sendirian

Lima Jam Jadi Cut Nya’ Din dan Kartini, Ratna Harus Pergi, Sendirian

Written By Unknown on Thursday 4 October 2018 | 17:54:00


Berikut tulisan menarik dari seorang sastrawan terkemuka Indonesia, Gunawan Mohamad, soal terungkapnya berita kebohongan Ratna Sarumpaet.


PETARUNG

Ada dua orang bertarung. Si A dengan tenang mengatur jurus dan emosi.. Lawannya, Si B, cepat menyerang. Serangannya sengit — tapi tergesa-gesa. Ia mengambil apa saja untuk jadi senjata.

Pada suatu momen, ia memungut sesuatu untuk dilemparkan ke arah si A. Ternyata, yang dipungutnya tahi seorang anak buahnya.


Lemparan tak kena. Hanya bau dan kotoran menyebar — terutama ke muka B sendiri.

Kita tahu, siapa yang TIDAK BISA kita andalkan sebagai pendekar.


RATNA

Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang matang dalam berpikir sebelum bertindak.

Andaikan saya Prabowo. Pada suatu senja yang gerah, Ratna Sarumpaet, anggota kubu saya, datang mengadu. Ia bilang ia diserang fisik, termasuk diinjak perutnya, oleh orang-orang yang tak dikenal.

Ya, saya akan dengarkan dia dengan seksama. Tapi pada saat yang sama saya akan berpikir baik-baik:

Apa alasan orang-orang itu menyerang Ratna? Alasan politik? Jangan-jangan alasan kriminal? Atau bahkan alasan pribadi, misalnya karena kecemburuan cinta? Atau orang-orang itu salah sasaran: mereka tak bermaksud menyerang Ratna, tapi kakaknya?

Semua pertanyaan itu akan saya cari jawabnya, sebab penting. Masih ada waktu. Hal yang terjadi sangat penting tapi bukan urgent. Tak ada desakan untuk memecahkannya malam itu juga.


MABOK

Di hari-hari ketika orang mabok politik, wajar bila orang akan menduga bahwa para penyerang Ratna adalah pendukung Jokowi. Tapi jika dipikir lebih lanjut, apa manfaat politik serangan macam itu buat Jokowi?

Serangan itu akan bisa jadi bumerang. Akan ada desakan umum kepada polisi buat menyelidiki siapa pelakunya. Jika terbongkar bahwa itu tindakan kubu Jokowi, kubu itu akan rusak namanya.

Keuntungan politik serangan fisik kepada Ratna tidak jelas. Ratna akan bisa membalas dengan cara lain, sebab ia tak dihabisi. Maka keuntungannya amat tak sebanding dengan risiko yang terkandung di dalamnya.


BOHONG

Terbukti, Ratna telah berbohong kepada Prabowo dan orang-orang penting dalam kubunya. Ia telah menyesatkan mereka.

Yang menarik, kebohongan itu bukan didorong keadaan yang gawat.

Dusta itu, seperti diceritakan Ratna kemudian, bermula dari kebohongan kepada anak-anaknya sendiri: ia tak hendak berterus-terang kepada anak-anak itu bahwa ibu mereka ke dokter untuk operasi kecantikan. Mungkin ia malu bahwa ia, pada usia 70, masih mau membuat mukanya muda.

Celakanya, ia melanjutkan dusta itu ke dua orang yang ia anggap layak jadi calon pemimpin nasional.

Bukankah Ratna sebenarnya menganggap Prabowo-dan-Sandi seperti anak-anak: mudah percaya kepada bualan ibu-ibu?

Mungkinkah Ratna terlampau jumawa, hingga menyepelekan orang lain? Kemarin malam, dalam konferensi pers di rumahnya, ia menyebut diri perempuan yang amat banyak dikagumi.

Hmmm.


CUCI TANGAN

Kini apa yang akan terjadi dengan Ratna?

Ia dicampakkan Prabowo & Sandi dan kelompoknya — hanya beberapa jam setelah ia disanjung. Putri Amien Rais, seorang politikus, menyetarakan Ratna dengan dua pahlawan nasional, Cut Nya’ Din dan Kartini.

Kini mereka mau cuci tangan. Mereka tak hendak mengakui bahwa mereka telah bersikap gegabah. Ratna semata-mata yang salah.

Demikianlah, setelah lima jam jadi Cut Nya’ Din dan Kartini, Ratna harus pergi, sendirian. Kita belum tahu akan kemana.


PARANOIA

Dusta Ratna tentang serangan kepada dirinya oleh orang-orang yang tak dikenal itu lahir— dan laku — karena suasana politik dirasuki buruk sangka dan paranoia.

Demikian juga ucapan Sandiaga Uno bahwa Ratna berada dalam ancaman.

Politik yang dikembangkan adalah politik dengan iklim yang beracun.

Sumber: FB Goenawan Mohamad

(Narasi-Kita/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: