Pesan Rahbar

Home » , » Terbongkar di Mata Najwa, Deretan Hoaks Ratna Sarumpaet Yang Bikin Timses Prabowo Gagal Paham

Terbongkar di Mata Najwa, Deretan Hoaks Ratna Sarumpaet Yang Bikin Timses Prabowo Gagal Paham

Written By Unknown on Monday 15 October 2018 | 16:41:00


Perbincangan mengenai kasus berita bohong atau hoaks yang dilakukan Ratna Sarumpaet masih terjadi hingga saat ini.

Terkait hal tersebut, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Mohamad Guntur Romli menyebutkan Ratna Sarumpaet'>deretan hoaks Ratna Sarumpaet yang pernah disampaikan selama ini.

Deretan hoaks Ratna Sarumpaet tersebut, menurut Guntur Romli, sudah terjadi sebelum Ratna menyebarkan hoaks mengenai penganiayaan dirinya di Bandung.

Hingga kemudian diketahui, hal yang disampaikan Ratna merupakan berita bohong.

Lalu, Guntur Romli menerangkan, Ratna pun meminta maaf terkait hal tersebut.

Sementara, anggota DPR, Budiman Sudjatmiko menuturkan, sesuatu disebut hoaks ketika ada indikasi pelanggaran hukum.

Di mana, pelanggaran hukum tidak bisa diselesaikan dengan minta maaf.

Deretan hoaks Ratna Sarumpaet diungkap dalam acara Mata Najwa pada Rabu (10/10/2018) malam.

Mata Najwa edisi Rabu (10/10/2018) mengangkat tema Satu atau Dua, di mana salah satu sesi pembahasannya menyoal tentang hoaks.

Dilansir akun YouTube Najwa Shihab berjudul Mata Najwa – Satu atau Dua: Debat Panas Soal Hoaks, pada Kamis (11/10/2018), selain Guntur Romli dan Budiman dari kubu calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi), hadir pula politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean dan Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak dari kubu capres Prabowo Subianto.

Dalam acara tersebut, pemandu acara, Najwa Shihab terlebih dahulu menanyakan kepada Ferdinand, terkait hoaks yang dilakukan Ratna Sarumpaet.

Menurut Ferdinand, dalam menyikapi kabar mengenai penganiayaan yang disampaikan Ratna Sarumpaet, hal itu merupakan wujud sikap kemanusiaan.

“Pengakuan (dianiaya) yang diberikan Ratna sepanjang belum mengaku dia berbohong, itu belum termasuk kategori hoaks. Karena, kita sudah memverifikasi. Kepada siapa kita verifikasi bahwa ini hoaks atau tidak, tentu ke Ratna sendiri,” ucap Ferdinand.

Setelah Ferdinand memberikan jawaban, Najwa kemudian meminta tanggapan Guntur Romli.

Menurut Guntur Romli, seseorang seharusnya dilihat dari rekam jejak.

“Ibu Ratna itu orang dengan timbunan hoaks,” tutur Guntur Romli.

Hal itu lantaran, Guntur Romli mengungkapkan, Ratna telah terbukti menyebarkan hoaks.

“Contoh, soal PT Dirgantara. Dia (Ratna Sarumpaet) tuduh dulu itu dijual ke China. Ternyata hoaks, dan dia minta maaf. Yang kedua, pecahan uang Rp 200 ribu, dan ternyata hoaks,” ungkap Guntur Romli.

Meski begitu, pernyataan Guntur Romli dibantah Dahnil.

Menurut Dahnil, pihaknya hanya berempati.

“Orang yang datang dengan sendirinya, dan mengaku dianiaya dan sebagainya, apalagi ini orang tua, maka tentu siapapun akan memiliki empati kemanusiaan,” ucap Dahnil.

Dahnil pun mengungkap bahwa Presiden Jokowi juga pernah dibohongi.

“Misalnya, dalam kasus Arcandra. Ini masalah negara, beliau (Jokowi) punya intelijen, ternyata kemudian beliau dibohongi terkait itu,” kata Dahnil.

Diketahui, Presiden Jokowi mengangkat Arcandra Tahar sebagai Menteri ESDM pada 27 Juli 2016.

Namun belum genap sebulan menjabat, Arcandra diberhentikan pada 15 Agustus 2016, lantaran kasus dwi kewarganegaraan.

Budiman Sudjatmiko yang kemudian diberikan kesempatan berbicara, mengungkapkan bahwa sesuatu disebut hoaks ketika ada indikasi pelanggaran hukum.

Sementara, hal yang dilakukan Jokowi, satu di antaranya terkait kasus Arcandra, adalah kekeliruan kebijakan.

“Kebijakan tidak bisa dipidanakan. (Sementara) pelanggaran hukum tidak bisa diselesaikan dengan minta maaf,” ungkap Budiman.

“Dan, kita belajar dari Pak Ahok bagaimana caranya setelah minta maaf tetap dipidanakan,” lanjut Budiman.


Simak video ini "Mata Najwa - Satu atau Dua- Debat Panas Soal Hoaks (Part 2)":


(Tribun-News/Berita-Terheboh/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: