Tulisan ini akan mencoba membeberkan akar masalah, motifasi, sejarah dan bentuk-bentuk tuduhan yang dilontarkan selama ini mengenai Syiah dalam sejarah perjuangan pembebasan Palestina.
Oleh: Saleh Lapadi.
Dari Pembebasan Palestina Hingga Persatuan Syiah dan Ahli Sunnah.
Satu cara kuno namun hingga kini masih ampuh adalah upaya memecah belah umat Islam, sekaligus memperkuat front musuh dengan cara menyebarkan tuduhan terhadap teman sendiri dan gambaran tanpa dasar dalam bentuk isu. Karena solidaritas dan persatuan selamanya merugikan musuh. Di masa awal-awal munculnya Islam metode ini dengan baik digambarkan oleh al-Quran.
Kini dengan mencermati begitu sensitifnya masalah perbedaan mazhab di dunia Islam, musuh-musuh Islam memfokuskan masalah ini demi menciptakan perselisihan, perpecahan dan bahkan sampai pertumpahan darah. Jelas, bila sesama pengikut mazhab saling mengkafirkan satu sama lainnya, persatuan menjadi tidak bermakna. Dalam kondisi yang demikian, pengikut sebuah mazhab menjadi tidak peduli akan nasib politik pengikut mazhab lainnya, pendudukan negara-negara Islam oleh pihak asing bahkan terhadap pembantaian umat Islam. Memperkenalkan satu mazhab sebagai kafir merupakan isu paling santer yang ditiupkan musuh selama beberapa dekade ini. Mereka yang berada di balik proyek perselisihan antarmazhab ini senantiasa memperkenalkan Syiah sebagai Rafidhi yang kafir dan Ahli Sunnah sebagai Nashibi yang kafir.
Di antara berbagai kasus yang ada, masalah Palestina dan solidaritas umat Islam sedunia baik antara Syiah dan Ahli Sunnah dalam upaya membebaskan kiblat pertama umat Islam menjadi fokus manuver rezim Zionis Israel untuk menyebarkan isu pengkafiran sesama Muslim. Dari satu sisi mereka menakut-nakuti rakyat Palestina akan isu bernama penyebaran Syiah dan tokoh-tokoh yang punya hubungan dengan Iran sebagai kaki tangan Iran dan pendakwah Syiah di Palestina. Sementara kepada orang-orang Syiah baik di Iran maupun di mana saja berada, didoktrinkan bahwa orang-orang Palestina adalah Nashibi dan membenci Ahlul Bait Nabi Saw. Dengan isu ini diharapkan bukan hanya orang-orang Syiah tidak membantu, tapi juga meyakini bahwa kehendak Allah agar orang-orang zalim saling berperang dan orang-orang Nashibi yang lebih buruk dari Yahudi dimusnahkan oleh orang-orang Yahudi!!!
Tulisan ini akan mencoba membeberkan akar masalah, motifasi, sejarah dan bentuk-bentuk tuduhan yang dilontarkan selama ini mengenai Syiah dalam sejarah perjuangan pembebasan Palestina.
Ulama Syiah dalam Sejarah Perjuangan Melawan Israel.
Bila secara sederhana merunut perjuangan ulama Syiah dalam melawan rezim Zionis Israel yang terbetik di benak seseorang adalah Imam Khomeini ra yang dengan tegas dan kokoh menghadapi Zionis Israel. Namun sebenarnya tidak demikian. Imam Khomeini ra sejatinya hanya merupakan satu bagian dari mata rantai ulama dan para pejuang Syiah yang dengan tetap mempertahankan mazhabnya dengan pemahaman yang dalam menyaksikan betapa ancaman Zionis Israel bukan hanya kepada umat Islam tapi kepada seluruh umat manusia. Dalam upaya menghadapi bahaya ini mereka menyerukan seluruh umat manusia dan memobilisasi para mustadh'afin dan orang-orang yang punya pemikiran merdeka.
Fenomena yang menarik dalam sejarah perjuangan ulama Islam dalam upaya membebaskan kiblat pertama umat Islam, ulama Syiah adalah yang paling punya peran dalam perjuangan dan memberikan dukungan kepada rakyat Palestina. Sementara ulama yang fanatik buta dan lebih memilih ikut dalam kerangka berpikir musuh Islam malah meninggalkan Palestina sendirian. Dalam sejarah tidak ditemukan para marji Syiah yang terbetik dalam benak mereka bahwa rakyat Palestina adalah Nashibi, bahkan berkali-kali menegaskan keislaman mereka.
Sebagai contoh, Allamah Syarafuddin Amili bukan hanya tokoh dalam berdialog mazhab saja tapi juga merupakan ulama pertama yang menyatakan kekhawatirannya dan memperingatkan dunia Arab akan imigrasi orang-orang Yahudi dari segala penjuru dunia ke Palestina. Dengan sigap ia menuding Inggris yang bertanggung jawab akan semua ini. Inggris memanfaatkan kevakuman kekuasaan sepeninggal runtuhnya Dinasti Ottoman Turki dengan menciptakan rezim boneka tepat di jantung dunia Islam. Allamah Syarafuddin tidak cukup dengan itu tapi meminta kepada negara-negara di dunia untuk memprotes dan menekan Inggris agar mencegah langkah orang-orang Zionis.
Allamah Kasyif al-Githa yang dikenal karena melayangkan surat kepada Raja Arab Saudi yang isinya mengkritik pemikiran takfiri Muhammad bin Abdul Wahhab, termasuk ulama terdepan dalam perjuangan melawan Zionis Israel. Ia banyak melakukan perjalanan mengelilingi negara-negara Islam dan saat bertemu para pemikir ia berusaha membangkitkan kesadaran mereka akan konspirasi dunia Barat. Dalam perjalanan bersejarahnya ke Palestina tahun 1350 Hq, ia ikut dalam sebuah acara yang diselenggarakan bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw dan berpidato di sana. Allamah Kasyif al-Githa membeberkan berbagai sebab kemunduran dunia Islam, keharusan menjauhi sikap ganda dan bahaya Zionis Israel bagi dunia Islam. Setelah berpidato ia lalu mengunjungi kota Haifa, Nablus dan Yafa.
Setelah terbentuknya rezim Zionis Israel dan kekalahan militer negara-negara Arab, Allamah Kasyif Al-Githa mengecam kepala-kepala negara Islam karena bersalah dalam perjuangan dan memobilisasi rakyat. Ia menolak undangan ketua Asosiasi Amerika dan Pecinta Timur Tengah agar mengikuti kongres yang mengkaji pelbagai solusi kerjasama Islam dan Kristen. Dan dalam sebuah surat panjang dan terbuka dengan nama "al-Kalimah al-‘Ulya Fi al-Islam Laa Fi Bahmadun" ia membuktikan bahwa fitnah asli bagi seluruh agama dan mazhab adalah Amerika dan Barat, bukan komunis.
Ayatullah Sayid Abdulkarim Zanjani, seorang faqih Najaf al-Asyraf sama seperti Allamah Kasyif al-Githa banyak melakukan perjalanan ke negara-negara Islam di jalan kemuliaan Islam dan membela Palestina. Saking banyaknya membantu, ia bahkan dituduh sebagai Ahli Sunnah. Padahal dari perjalanan yang dilakukannya banyak membantu orang-orang Syiah di negara-negara Arab. Beliau berkunjung ke Palestina atas undangan Sayid Amin Huseini, Mufti Palestina dan di sana ia menyampaikan pidato yang berapi-api, sehingga Mufti Palestina setelah pidatonya berkata, "Keuntungan yang diraih dari pelajaran Anda di Masjidul Aqsha lebih baik ratusan kali mempersiapkan tentara bagi rakyat Palestina, Arab dan Muslimin."
Ayatullah al-Hakim satu lagi marji Syiah Najaf al-Asyraf yang banyak mengirimkan tim ilmuwan ke pelbagai konferensi dan menjawab fatwa senantiasa mendukung perjuangan rakyat Palestina dan bahkan berada di garis perjuangan melawan Zionis Israel. Sementara para ahli fiqih kontemporer Syiah seperti Ayatullah Kashani, Ayatullah Boroujerdi, Imam Khomeini ra, Ayatullah Taleqani, Allamah Thaba'thaba'i, Ayatullah Golpaigani, Ayatullah Najafi Marashi, Ayatullah Behbahani, Ayatullah Sayid Abdullah Shirazi, Syahid Murtadha Muthahhari dan lain-lainnya semuanya punya sikap transparan mendukung rakyat Palestina dan mengikis setiap isu mengenai apakah orang-orang Palestina Nashibi atau bukan. Mereka juga membuktikan betapa mereka yang mengakui isu ini lebih Katolik dari Paus dan lebih Syiah dari para marji.
Cara Busuk Zionis Israel.
Saat Imam Khomeini ra memulai perjuangannya melawan rezim Zionis Israel dan menuntut embargo minyak ke Zionis Israel dan pemutusan hubungan dengan rezim ini, Imam terus menegaskan bahwa faktor yang membuatnya menentang Shah Pahlevi adalah hubungannya dengan Israel. Zionis Israel selalu berusaha melontarkan isu untuk menutupi perjuangan orang-orang Syiah menentang rezim buatan ini.
Isu ini semakin gencar terutama setelah fatwa Imam Khomeini ra pada tahun 1968 saat menjawab permintaan fatwa (istifta) perwakilan kelompok Fatah. Dalam menjawab istifta tersebut Imam Khomeini ra membolehkan para pejuang Palestina memanfaatkan sebagian dari uang khumus dan zakat sesuai dengan kebutuhan di jalan perjuangan melawan Israel. Padahal bila kita mencermati sejumlah surat di buku Shahifah an-Nur saat memberikan izin kepada para wakil syar'inya dalam memanfaatkan unag khumus dan zakat, Imam tampak begitu berhati-hati. Namun sekaitan dengan perjuangan melawan Zionis Israel, masalahnya sedemikian pentingnya perjuangan ini, sehingga Imam dengan segenap kehati-hatiannya memberikan izin penggunaan uang khumus dan zakat, kepada kelompok-kelompok sekalipun punya kecenderungan nasionalis dan bukan Islam.
Untuk mengenal lebih jauh mengenai pandangan jauh ke depan Imam Khomeini ra, menelusuri teks istifta dan fatwa Imam akan menambah informasi untuk membandingkan dengan mereka yang menyebarkan isu bahwa rakyat Palestina adalah Nashibi yang membenci Ahlul Bait.
Empat Istifta Faksi Fatah dan Jawaban Imam Khomeini ra.
Waktu : 19 Mehr 1347 / 18 Rajab 1388 / 11 Oktober 1968.
Tempat: Najaf Al-Asyraf, Irak.
Tema : Kewajiban perjuangan melawan Zionis Israel dan solidaritas Palestina.
Kepada: Wakil Fatah.
Soal: Pemimpin pejuang, tolong jelaskan pandangan Anda mengenai pemberian zakat dan saham Imam (khumus) kepada para pejuang pemberani yang berada di bawah komando Fatah yang tengah berjuang di medan kehormatan?
Jawab: Bimillahirrahmanirrahim. Sangat ditekankan bahkan wajib untuk menyisihkan secukupnya dari zakat dan khumus kepada para pejuang di jalan Allah. Kepada para pejuang yang berada di lini perang, berkorban demi menghancurkan Zionis kafir anti kemanusiaan, demi menghidupkan kembali kemuliaan Islam yang telah hilang dan demi memperingati sejarah kegagahan Islam. Wajib kepada setiap muslim, yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang mengerahkan segala daya dan upaya di jalan ini bakal mencapai Ihdal Husnayain; syahadah atau kemenangan dan kepada kalian yang berperang di medan pertempuran demi menghapuskan nokta hitam ini, kemenangan cemerlang telah menanti kalian dengan bantuan Allah. Berikan kabar gembira kepada orang-orang Mukmin bahwa Allah senantiasa berada di belakang setiap kehendak para ksatria yang menuntut kebenaran dan haknya. Saudara-saudara kami yang dengan bantuan Allah Yang Maha Perkasa bakal meraih kemenangan akhir, yakni para pejuang Fatah dan teman-teman seperjuangan mereka pasukan ‘Ashifah dan para pejuang lain di jalan Allah. Membantu mereka dengan segala kekuatan dan fasilitas hukumnya wajib. Wallahu Waliyyu Al-Taufiq.
Soal: Setelah api revolusi suci semakin berkobar di tanah air Palestina dan keberhasilan luar biasa yang diraih di bawah kepemimpinan Fatah, apa pandangan Anda mengenai saudara-saudara kami yang berjuang di Palestina pendudukan?
Jawab: Bimillahirrahmanirrahim. Pandangan pertama dan terakhir saya tentang saudara-saudara pejuang kami agar mereka terus melanjutkan perjuangan tak kenal lelah mereka. Karena kehidupan yakni akidah dan perjuangan di jalan akidah "Inna al-Hayata Aqidatun wa Jihadun". Tidak diragukan bahwa dalam pemikiran Islam, kematian lebih baik dari kehidupan penuh kehinaan. Dalam kondisi kekinian, kita tidak punya pilihan lain kecuali melanjutkan perjuangan ini dengan segala kekuatan dan fasilitas yang dimiliki sampai berhasil mengembalikan kemuliaan kita dan generasi masa depan kita dalam sejarah penuh keagungan Islam.
Allah berfirman, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu" (QS. 8: 60), "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS. 47: 7), "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman" (QS. 3: 139) dan "Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan" (QS. 4: 104).
Soal: Mengenai perjuangan bersenjata yang tengah berlangsung di Palestina dan aksi kekerasan Zionis Israel terhadap warga Arab dan Islam tolong sampaikan pendapat Anda agar seluruh umat Islam di seluruh dunia memobilisasi seluruh kekuatan materi dan non materinya serta ikut dalam jihad suci ini?
Jawab: Bismillahirrahmanirrahim. Sebagaimana telah saya sampaikan sebelumnya, dalam kondisi kekinian setelah tunduk pada undang-undang suci Islam, tidak ada masalah yang lebih wajib dari membela jiwa dan harta di jalan meninggikan Islam. Ketika kalian menyaksikan darah saudara dan saudari tidak berdosa kalian mengalir di tanah air suci Palestina dan saat kalian menyaksikan tanah air kita diduduki dan rumah-rumah kita dihancurkan oleh tangan-tangan Zionis Israel, dalam kondisi yang demikian tidak ada jalan lain kecuali jihad dan kepada seluruh umat Islam wajib hukumnya memberikan bantuan dalam perjuangan ini baik materi maupun non materi. Allah berada di balik kehendak ini. Wallahu Min Warai Al-Qashd.
Soal: Kini pengaruh Zionis Israel telah merasuk ke dalam kehidupan orang Iran yang muslim. Menurut pandangan Anda, apa hal paling mendasar bagi bangsa Iran untuk memutuskan pengaruh Israel di Iran, sehingga saudara-saudara Iran kami juga ikut berjuang dengan para pejuang Palestina?
Jawab: Bismillahirrahmanirrahim. Solusi mendasar adalah rakyat Muslim Iran harus memutuskan hubungan dengan kaki tangan Israel dan agen-agen imperialis lainnya, menekan mereka dari sisi materi dan kejiwaan dan menekan segala kebutuhan vital mereka. Intinya harus melakukan perang ekonomi dengan mereka dan juga berperang di pelbagai bidang lainnya, sehingga mereka terpaksa memutuskan seluruh hubungannya dengan Iran dan seluruh umat Islam. Akhirnya, bangsa Iran mampu membantu baik secara materi dan spiritual kepada mujahidin Palestina.
Dalam kondisi saat ini, merupakan suatu keharusan bagi setiap Muslim untuk mengerahkan segala daya dan upaya untuk membebaskan Palestina dan membalas dendam terhadap para penjajah.
Wallahu Waliyyu Al-Taufiq.
Tidak boleh ragu bahwa kewajiban seorang muslim yang hidup di daerah paling terpencil dan jauh sekalipun dari Palestina sama dengan seluruh masyarakat Palestina yang muslim. Umat Islam seperti satu tubuh dan dalam tanggung jawab umum berada dalam satu barisan. Tidak ada itu yang namanya memecah belah dan rasialis. Di antara bangsa-bangsa Islam tidak ada sedikit pun keistimewaan, kecuali takwa dan yang paling dimuliakan di hadapan Allah adalah kalian yang paling bertakwa.
Palestina dalam Pandangan Imam Khomeini ra.
Ada satu keistimewaan yang dimiliki oleh Imam Khomeini ra dibandingkan dengan tokoh-tokoh besar sejarah dunia. Keistimewaan itu kembali pada cara pandang komprehensifnya terhadap Revolusi Islam Iran; sebelum dan sesudahnya dengan transformasi dalam negeri Iran, regional dan internasional secara seimbang. Dengan kata lain, Imam Khomeini ra tidak sama dengan para pemimpin revolusi lainnya yang hanya berusaha melakukan perubahan di dalam Iran, tapi sebagaimana beliau memperhatikan masalah dan perubahan dalam negeri Iran, beliau juga punya perhatian yang sama terhadap masalah dan perubahan regional dan internasional. Perubahan kondisi di Palestina dan seluruh negara-negara Islam sebagai masalah yang melilit dunia Islam dan perubahan dalam pandangan negara-negara imperialis terhadap negara-negara dunia ketiga masuk dalam agenda perubahan Imam Khomemini bersamaan dengan upayanya untuk menciptakan struktur baru di Iran.
Membatasi Imam Khomeini ra hanya sebagai pengibar bendera melawan Rezim Pahlevi dalam seluruh kehidupan perjuangannya menjadi tidak benar. Karena Imam Khomeini dengan kejelian pandangannya menilai rezim Zionis Israel sebagai akar seluruh masalah dunia Islam dan kawasan Timur Tengah, khususnya Iran. Sejak awal perjuangannya melawan rezim Shah Pahlevi beliau dengan tegas menuding Israel sebagai dalang di balik sosok Raja Iran Mohammad Reza Pahlevi.
Imam Khomeini ra pada tanggal 13 Khordad 1342 (3 Juni 1963) sekitar 15 tahun sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran dan awal revolusi mengatakan, "Hari ini ada yang menginformasikan kepada saya bahwa sejumlah ulama digiring ke kantor Dinas Rahasia Iran (SAVAK) dan mereka diwanti-wanti agar dalam berceramah tidak membicarakan tiga hal; tidak boleh mengurusi masalah Shah, Israel dan jangan menyampaikan bahwa agama dalam bahaya."
Bahkan Imam Khomeini ra dalam sebuah wawancaranya tertanggal 16 Azar 1357 (7 Desember 1978) menyebut salah satu penyebab kebangkitannya melawan dinasti Shah Pahlevi karena bantuannya kepada Israel. Beliau mengatakan, "Satu alasan mengapa kami bangkit melawan Shah dikarenakan bantuannya kepada Israel. Dalam berbagai pernyataan, saya mengatakan bahwa sejak awal terbentuknya rezim Zionis Israel, mereka telah melakukan berbagai kerjasama dengan Shah. Ketika perang antara umat Islam dan Israel mencapai puncaknya, Shah mencuri minyak umat Islam dan menyerahkannya kepada Israel. Masalah ini menjadi satu alasan di balik penentangan saya terhadap Shah."
Palestina Sebelum Imam Khomeini.
Tanggal 14 Mei 1948 adalah berdirinya rezim ilegal Zionis Israel. Hanya berselang 6 jam Amerika kemudian mengakui berdirinya rezim Zionis Israel. Tidak ingin kalah, beberapa jam setelah Amerika, Uni Soviet ikut mengakui berdirinya rezim haram bernama Israel. Amerika dan Uni Sivoet merupakan dua sayap Zionisme Internasional. Sejak berdirinya rezim haram ini hingga kini Israel telah berumur 60 tahun. Selama enam dekade di kancah internasional sikap kekuatan-kekuatan besar dunia, lembaga-lembaga internasional yang mendukung rezim Zionis Israel hanya menciptakan kebencian di tengah-tengah masyarakat internasional. Namun kebanyakan dari mereka tidak menyatakannya secara transparan.
Zionisme Internasional berusaha keras untuk mempropagandakan slogan "A Land without a people for a people without a land" agar diterima opini dunia bahwa ada masyarakat tertindas dan terasing yang selalu ditekan dan kemazluman mereka ditambah dengan peristiwa holocaust. Kini mereka menduduki sebuah negara tanpa pemilik dan menjadi hak mereka. Artinya, segala bentuk kelicikan ini demi melegitimasi rezim penjajah Zionis Israel. Majelis Umum PBB setahun sebelumnya pada tanggal 29 November 1947 meratifikasi draft mengenai pembagian Palestina 56,5 persen di bawah kontrol orang-orang Yahudi dan 43 persennya dikuasai oleh orang-orang Arab, sementara kawasan al-Quds menjadi kawasan internasional. Ratifikasi ini secara praktis telah mengakui penjajahan Palestina dan menjadikan masalah Palestina sebagai bagian dari sejarah. Palestina telah menjadi korban konspirasi kekuatan-kekuatan besar dunia.
Palestina di masa Imam Khomeini.
Dimulainya kebangkitan Imam Khomeini ra kembali mengangkat masalah Palestina dalam bentuk lain. Imam Khomeini ra selama 15 tahun perjuangan dan setelah kemenangan Revolusi Islam Iran telah menciptakan perubahan besar dan serius terkait masalah Palestina.
Awal mula kebangkitan Imam Khomeini dimulai ketika al-Quds sebagai kiblat pertama umat Islam dan tempat Mikraj Nabi Muhammad Saw dalam kondisi dijajah. Sementara Zionisme Internasional mengasai seluruh kekuatan politik, budaya, dan ekonomi dunia, khususnya dunia Barat. Bahkan mereka telah menguasai posisi-posisi strategis di Iran. Sejatinya Iran di masa Shah telah menjadi pasar impor produk Israel dan turut membangkitkan gairah ekonomi Israel, sementara Shah mengekspor dan menjamin kebutuhan minyak Israel. Minyak yang dikemudian hari dalam ekonomi dan industri Israel diubah menjadi peluru dan senjata yang ditembakkan ke dada rakyat Palestina.
Imam sejak awal perjuangannya menentang Shah Pahlevi dan menilai rezim Shah sebagai kaki tangan zionis yang punya tugas memperluas pengaruh mereka di Iran dan di negara-negara tetangga Iran. Pada tahun 1342 (1963) Imam mengatakan, "Saya telah berulang kali memperingatkan bahaya Israel dan kaki tangannya, Shah sebagai pemimpinnya di Iran. Bila umat Islam tidak mencabut akar embrio kefasadan ini, mereka akan selalu dirundung masalah. Dan selama Iran dililit masalah ini, tidak akan pernah bisa merdeka."
Sedemikian besarnya pengaruh zionis di Iran membuat Imam Khomeini ra mengatakan, "Hai, apakah kamu Yahudi? Apakah negara kita ini sebuah negara Yahudi?
Imam Khomeini ra di akhir tahun 1341 Hs dan di awal tahun 1342 Hs di masa dimulainya revolusi Islam, masalah pertama yang disampaikannya adalah masalah rezim Zionis Israel. Imam mengatakan bahwa Israel punya tiga sifat:
1. Perampok dan zalim yang sampai kini masih eksis dan terus berbuat zalim, membunuh dan menumpahkan darah.
2. Israel bahaya laten bagi Timur Tengah.
3. Israel dibentuk dengan tujuan menghancurkan Islam dan sejatinya Israel sebagai front terdepan peradaban Barat guna menghancurkan Islam.
Poin kedua sifat Israel sebagai bahaya laten merupakan pandangan khas Imam Khomeini ra dalam melihat masalah rezim Zionis Israel. Bahaya laten Israel dalam pandangan Imam menunjukkan bahwa masalah ini tidak dibatasi oleh masa tertentu. Bahaya Israel tidak akan pernah hilang selama belum hancur. Artinya, Israel dalam padangan Imam Khomeini ra sebagai faktor laten terciptanya instabilitas dan perampokan kekayaan Timur Tengah.
Seruan Imam Khomeini untuk Selamatkan Palestina.
Sekaitan dengan masalah bahaya rezim Zionis Israel, Imam Khomeini ra selama masa hidupnya berkali-kali menyatakan kekhawatirannya atas kelalaian negara-negara Islam akan kekuatan Islam dan mengajak umat Islam untuk bangkit melawan Israel.
Sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran, tepatnya tanggal 28 Mehr 1357 (20 Oktober 1978) mengatakan, "Mengapa umat Islam lalai akan kekuatan Islam? Mengapa negara-negara Islam lupa akan kekuatan Islam? Mengapa negara-negara Arab harus menerima tamparan rezim Zionis Israel selama bertahun-tahun? Mengapa mereka harus dikuasai oleh kekuatan asing?"
Ketika melihat akar masalah sebenarnya dari bahaya Israel Imam Khomeini ra pada tanggal 25 Azar 1360 (16 Desember 1981) mengatakan, "Masalahnya kembali pada ketidakpedulian negara-negara yang mengorbankan kepentingan nasionalnya dan menyerahkan kekayaan mereka. Sebaliknya, mereka menerima kehinaan bagi negara dan rakyatnya. Masalahnya kembali pada umat Islam yang tidak peduli dan pengkhianatan sejumlah kepala negara Arab. Sangat tidak tepat bila rakyat di setiap negara berharap pemerintahnya mampu menghadapi Israel dan kekuatan lainnya yang telah menghinakan dan merampok kekayaan mereka mereka, sementara yang bisa mereka lakukan hanya duduk diam."
Menyaksikan kondisi yang ada Imam Khomeini ra terkadang memakai ungkapan keras demi menyadarkan umat Islam dan negara-negara Arab dan Islam. Pada tanggal 23 Khordad 1361 (13 Juni 1982) dengan keras Imam berkata, "Cobaan yang menimpa umat Islam saat ini dikarenakan setiap telinga yang seharusnya mendengarkan masalah umat Islam sudah tuli, lisan yang semestinya dipergunakan bagi kepentingan umat Islam telah bisu dan mata yang semestinya dipakai untuk melihat musibah yang menimpa umat Islam telah buta. Lalu kami harus berbicara dengan cara apa dengan orang-orang tuli, bisu dan buta?"
Akhirnya, demi mengokohkan dukungan terhadap para pejuang Palestina Imam Khomeini ra mengeluarkan hukum wajib membantu mereka. Pada bulan Mehr 1347 (Oktober 1968) Imam mengatakan, "Jelas, kewajiban setiap muslim, bahkan yang berada di daerah paling jauh sekalipun sama dengan kewajiban umat Islam Palestina."
Untuk itu Imam mengajak umat Islam agar mempersiapkan dirinya menghadapi Rezim Zionis Israel. Pada tanggal 7 Mehr 1358 (29 September 1979) beliau mengatakan, "Sadarlah dan temukan jati diri Islam-mu. Jangan mau dizalimi dan dengan cerdas bongkar konspirasi busuk para perampok internasional di mana Amerika berada di puncaknya. Bagi setiap muslim wajib hukumnya untuk mempersiapkan dirinya menghadapi Israel."
Strategi Imam Khomeini ra dalam Menghadapi Israel
1. Embargo Minyak
Pengalaman sejumlah perang antara Arab dan Israel, khususnya perang bulan Ramadhan di mana pasukan sejumlah negara Arab yang waktu itu dibantu oleh Uni Soviet harus menyerah kalah oleh rezim Zionis Israel. Kenyataan ini membuktikan kelemahan negara-negara Arab yang akhirnya mulai berpikir untuk berdamai dengan Israel, utamanya negara-negara yang memiliki perbatasan langsung dengan rezim penjajah ini. Karena berlanjutnya permusuhan ini sangat membahayakan keamanan nasionalnya.
Dalam kondisi yang demikian, Imam Khomeini ra malah menegaskan untuk terus melanjutkan perjuangan melawan Israel dan Imam melihat jalan paling tepat dengan memanfaatkan senjata minyak dan mengembargo Israel dan para pendukungnya. Sekaitan dengan masalah ini, masih berhubungan dengan perang Ramadhan Arab dan Israel, pada tanggal 16 Aban 1352 (7 November 1973) Imam Khomeini ra mengirim pesan kepada negara-negara Islam yang isinya:
"Israel mengagresi negara-negara Islam. Haram hukumnya bagi negara dan bangsa Islam untuk membantu Israel; baik menjual senjata, bahan peledak atau minyak. Perbuatan ini bertentangan dengan Islam."
Imam Khomeini ra saat bertemu dengan para wakil gerakan-gerakan pembebasan Palestina tanggal 24 Khordad 1361 (14 Juni 1982) mengatakan, "Negara-negara Islam yang memiliki sumber-sumber minyak harus memanfaatkan minyak dan fasilitas lainnya untuk melawan Israel dan para imperialis. Mereka jangan menjual minyak kepada negara-negara yang membantu Israel. Dengan memiliki semua cadangan minyak dan fasilitas, bila selama sepekan mereka menutup minyak kepada para penjahat ini, pasti semua masalah bakal selesai. Sayangnya, mereka mengatakan bahwa kami tidak akan melakukannya."
2. Gulingkan Pemerintahan Korup dan Zalim
Sudah bukan rahasia lagi bahwa rakyat di kebanyakan negara-negara Arab tidak punya peran dalam pembentukan pemerintah. Oleh karenanya, mereka juga tidak merasa punya tanggung jawab. Akibatnya mereka tidak punya kepedulian saat negara dalam bahaya. Itulah mengapa Imam Khomeini ra berkali-kali mengatakan kepada rakyat negara-negara Arab agar melakukan hal yang sama dengan rakyat Iran melengserkan Shah.
Imam berkata, "Selama kita tidak kembali pada Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw, masalah yang kita hadapi tetap berada pada tempatnya. Kita tidak akan mampu menyelesaikan masalah Palestina, tidak juga Afganistan dan tempat-tempat lainnya. Bangsa-bangsa harus kembali ke masa-masa awal Islam. Bila negara ingin kembali sesuai dengan tuntutan rakyat, maka ini sesuai yang diinginkan. Tapi bila negara tidak mau, rakyat harus membedakan diri mereka dengan negara dan melakukan hal yang sama terhadap negaranya sama seperti yang dilakukan oleh rakyat Iran." (18 Mordad 1359 – 9 Agustus 1980)
3. Persatuan Islam
Imam Khomeini ra senantiasa menyerukan kembali kepada Islam dan persatuan sebagai syarat membebaskan Palestina dan mencegah arogansi rezim Zionis Israel. Imam menyebut tujuan asli Israel adalah menghancurkan Islam, oleh karenanya beliau meminta agar umat Islam meminggirkan segala macam perbedaan termasuk mazhab dalam menghadapi Israel. Itulah mengapa dalam sikapnya, sekalipun mayoritas warga Arab dan umat Islam yang tinggal di Palestina adalah pengikut Ahli Sunnah, Imam sebagai faqih dan marji Syiah tidak pernah surut mendukung mereka.
Sekaitan dengan masalah ini Imam Khomeini ra mengatakan, "Mengapa negara-negara yang memiliki segala fasilitas dan kekuatan harus tunduk di hadapan Israel yang jumlah penduduknya sedikit? Mengapa harus demikian? Hal ini terjadi karena rakyat memisahkan diri dari negara dan negara-negara yang ada saling berselisih. Satu miliar populasi umat Islam dengan segala fasilitas yang dimiliki hanya duduk menyaksikan bagaimana Israel melakukan kejahatan di Lebanon dan Palestina." (10 Aban 1358 / 1 November 1979)
Dengan logika yang sederhana dan tepat Imam mengajak umat Islam yang berjumlah satu miliar untuk menyiram Israel dengan satu ember, pasti rezim itu bakal tenggelam. Imam berkata, "Bagi saya ada satu masalah yang masih berupa teka-teki. Masalahnya adalah semua bangsa dan negara Islam tahu apa itu rasa sakit. Semua tahu ada tangan-tangan asing yang tengah berusaha menciptakan friksi di antara mereka. Semua tahu bahwa friksi ini akan membuat mereka menjadi lemah. Semua juga tahu ada sebuah pemerintahan rapuh Israel yang menyerang umat Islam. Bila umat Islam bersatu dan setiap mereka menyiramkan satu ember air, tentu Israel musnah terbawa banjir. Namun sayangnya mereka tetap terhina di hadapan Israel." (25 Mordad 1358 / 16 Agustus 1979)
4. Hari Quds Sedunia
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa bila negara-negara Arab mundur selangkah, rezim Zionis Israel mengambil beberapa langkah maju. Sejak negara-negara Arab meluncurkan ide normalisasi hubungan dengan Israel, rezim penjajah ini mengagresi Lebanon Selatan dan mendudukinya. Perjanjian Kamp David dan rencana perdamaian Raja Fahd menunjukkan kelemahan negara-negara Arab di hadapan Israel dan praktis mereka sudah tidak punya keberanian lagi untuk melawan rezim Zionis Israel. Rezim Zionis Israel memanfaatkan kelemahan negara-negara Arab ini dengan memindahkan ibu kotanya ke Al-Quds. Terbukti negara-negara Arab dan Islam hanya mencukupkan penentangannya dengan ungkapan-ungkapan verbal.
Sebaliknya, Imam Khoemini ra dengan tegas menamakan hari Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia. Imam melihat hari Jumat terakhir bulan Ramadhan yang masih diliputi suasana spiritual sebagai sarana yang tepat untuk menyampaikan masalah Palestina bagi dunia Islam. Penamaan Hari Quds Sedunia sejatinya gerakan tandingan yahudisasi al-Quds, normalisasi Arab dan manuver-manuver Israel. Hari Quds Sedunia merupakan strategi guna lebih mempersatukan umat Islam dan menghentikan upaya negara-negara Arab memberikan berbagai konsensi kepada Rezim Zionis Israel. Imam dengan cerdas memasukkan bangsa-bangsa dalam perimbangan masalah dan masa depan al-Quds.
Imam dalam pernyataannya tanggal 18 Khordad 1346 (8 Juni 1967) kepada bangsa dan negara-negara Islam terkait perang Arab-Israel tahun 1967 mengatakan, "Umat Islam jangan tinggal diam menyaksikan para penguasa mereka berbuat sesuatu, mereka harus bangkit untuk menyelamatkan Islam dari Israel. Jangan menanti lembaga-lembaga internasional berbuat sesuatu untuk mereka, tapi merekalah yang bangkit dan memaksa pemerintah mereka tegar menghadapi Israel dan tidak hanya mengecam."
Dalam pesannya tanggal 16 Mordad 1358 (7 Agustus 1979) kepada umat Islam sedunia dan mengumumkan Hari Quds Sedunia Imam mengatakan, "Saya menginginkan umat Islam sedunia dan negara-negara Islam bergabung bersama-sama untuk mematahkan tangan penjajah dan pendukungnya. Saya mengajak seluruh umat Islam sedunia untuk menjadikan hari Jumat terakhir bulan Ramadhan yang merupakan hari-hari Lailatul Qadar dan dapat menjadi penentu masa depan Palestina sebagai Hari Quds Sedunia. Saya mengajak seluruh umat Islam sedunia dalam berbagai acara menyatakan solidaritasnya dalam mendukung hak-hak umat Islam."
Hasbunallahu Wa Ni'malwakil. (IRIB Indonesia).
Sumber: IRIB Indonesia
Post a Comment
mohon gunakan email