Pesan Rahbar

Home » » Episode Krusial: Sejarah Syi’ah di Indonesia Keempat

Episode Krusial: Sejarah Syi’ah di Indonesia Keempat

Written By Unknown on Tuesday, 8 July 2014 | 21:11:00

Kronologis Sejarah Aceh.

Kronologis sejarah Aceh ( Abad ke- 16 dan 17 ). Angka tahun yang ditulis tegak menandakan peristiwa-peristiwa umum di dunia pada periode itu, sedangkan angka yang ditulis miring dan tebal menandakan peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi di Aceh.

1511 ( 10 Agustus ) - Malaka direbut oleh Albuquerque
1519-1521 - Magellan berlayar keliling dunia
1520 - Pacheco berlayar mengitari Sumatra dari sebelah barat ( untuk pertama kalinya seorang bangsa Eropa mengambil jalan ini )
sekitar 1520 - Tome Pires, bangsa Portugis mengarang Suma Oriental, di dalamnya kerajaan " Achei " disebut untuk pertama kalinya
1521 - kemenangan ' Ali Mughayat Syah atas armada Portugis di bawah pimpinan Jorge de Brito
1524 - samudra - Pasai diduduki oleh 'Ali Mughayat Syah.
1526 - Baber yang menang di Panipat mendirikan di India Utara apa yang nanti bakal dikenal sebagai kekaisaran wangsa Moghul Agung
1527 - jatuhnya Majapahit
1529 - Kesepakatan Spanyol-Portugis mengenai Maluku.
1530 - ( 7 Agustus/ 936 H ) - Wafatnya ' Ali Mughayat Syah "pendiri Aceh ", Salah ad-Din dirajakan.
1537 - Ekspedisi Salah ad-Din melawan Malaka
sekitar 1539 ( 945-6 H ) - Salah ad-Din turun tahta, ; ' Ala ad-Din Ri'ayat Syah al-Kahhar dinobatkan - Deli direbut ( keluar dari jajahan Aceh tahun berikutnya )
1542 - Bangsa Spanyol di Filipina - Bangsa Portugis di Jepang - Santo Francois - Xavier di Nusantara
1546 - Wafatnya pangeran Trenggana ; kemunduran Demak
1547 - 'Ala ad-Din dikalahkan di depan Malaka
1557 - Bangsa Portugis menetap di Macau
1562 ( 969 - 70 H ) - utusan dari Aceh ke Konstantinopel untuk minta bantuan Sultan Turki menghadapi bangsa Portugis.
1564 ( 969 - 70 H ) - Aru direbut oleh Aceh
1565 - Pertempuran di Talikota; kerajaan Vijayanagar dimusnahkan oleh sultan-sultan dari Dekkan.
1566 - Wafatnya sultan Turki, Suleiman
1568 ( 975-6 H ) - 'Ala ad-Din untuk kedua kalinya gagal menyerang Malaka.
1571 ( 28 September )(979 H ) - Wafatnya 'Ala ad-Din Ri'ayat Syah al-Kahhar ; Ali Ri'ayat Syah naik tahta
1571 - Bangsa Portugis menetap di Nagasaki
1572 - Lusiades, karya Camoens diterbitkan
1573 - Usaha baru Aceh untuk menyerang Malaka gagal karena badai
1573 - Di Jepang, Nobunaga menyatakan wangsa Ashikaga dimakzulkan.
1574 - 6 - Akbar menaklukkan Benggala
1575 - Aceh sekali lagi berusaha menyerang Malaka
1579 - Akbar, " pemimpin keagamaan" di negara-negaranya.
1579 (8 Juni) ( 987 H ) - Wafatnya 'Ali Ri'ayat Syah; krisis dinasti di Aceh - 'Ala ad-Din, anak Sultan Perak, naik tahta - Bangsa Portugis menghancurkan armada Aceh di depan Kedah.
1580 - Portugal di bawah mahkota Spanyol
1582 ( Agustus ) ( 990 H ) - Aceh menyerang Johor
sekitar 1583 - Lahirnya Iskandar Muda
1583- Elizabeth dari Inggris mengirim pedagan-pedagang ke Akbar
sekitar 1586 - 'Ala ad Din dibunuh; 'Ali Ri'ayat Syah ( raja Buyung naik tahta )
1587 - Pra Naret menaklukkan Kamboja - Di Jepang, Hideyoshi menundukkan Satsuma dan membuang misionaris 1587 - Percobaan Aceh dan Johor untuk bersatu, - Armada DOm Paulo de Lyma menangkap sebuah kapal Aceh dan membebaskan lintasan lewat selat-selat
1589 ( 28 Juni ) ( 997 ) - Wafatnya 'Ali Ri'ayat Syah ( Raja Buyung ) ; mahkota ditawarkan oleh orang kaya kepada 'Ala ad-Din Ri'ayat Syah ( kakek Iskandar Muda ), Deli direbut kembali oleh Johor.
1592 - Perang antara Cina dan Jepang, HIdeyoshi mengadakan shuin go, semacam paspor untuk pelayaran ke luar negeri.
1594 - Felipe II yang telah menjadi raja Portugal, melarang bangsa Belanda singgah di pelabuhan Lisboa.
1596-7- Pelayaran pertama de Houtman ke Nusantara
1596-1603 - Dekkan direbut oleh Akbar
1599( 21 Juni ) - kumpulan kapal de Houtman bersaudara berlabuh di pelabuhan Aceh.
1600-2 - Kompeni Inggris East India Company dan kompeni Belanda VOC didirikan.
1601 - Bangsa Belanda di Annam
1601 - Syams ud-DIn mengarang Mirat al-Muminin- utusan Portugis ke Aceh
1607 - Wafatnya Sultan Muda; Iskandar Muda naik tahta -Kompilasi tarakata atau perintah-perintah raja
1607 - Penyerbuan Johor oleh bangsa Portugis
1609 - Penhentian perang selama 12 tahun antara Spanyol dan Provinsi-provinsi Bersatu, Bank Amsterdam didirikan, Grotius menulis Mare Liberum 1612 - Deli dikepung dari direbut oleh Iskandar Muda

1613 - Aru diserang dari laut dan direbut- Batu Sawar ibukota Johor diserang- Utusan Best di Aceh, Iskandar Muda memberi izin kepada orang Inggris untuk mendirikan kantor dagang.- Iskandar Muda menyuruh bangun istana Aceh dan membelokkan arus sungai Dar ul Isyki

1613 - Kompeni Inggris mengirim utusan kepada Moghul Agung dan memperoleh hak untuk berdagang di Surat dan di Gujarat.
1614 - Pembangungan Mesjid Besar Bait ur-Rahman oleh Iskandar Muda
1615 - Pertempuran tiga hari antara orang Aceh dan Portugis di lepas pantai Bintan. Downton tiba di Aceh.
1615 - utusan Orang Inggris, Thomas Roe di Delhi
1617 - Aceh manyerang Pahang untuk pertama kalinya
1618 - Pahang diserang untuk kedua kalinya dan direbut- Dong xi yang kao dikarang ( catatan mengenai "A-qi", yaitu Aceh )
1619 - Orang Aceh menyerang Kedah untuk pertama kalinya

1619 - batavia didirikan oleh Pieterszoon Coen

1620 - Kapal laksamana de Bealieu tiba di Aceh
1621- Bangsa Denmark di Tankebar
1622 - Macau diserang oleh bangsa Belanda- Shan Abbas merebut kembali Ormuz dari bangsa Portugis
1623 - " Pembunuhan besar-besaran" orang Inggris di Ambon oleh orang Belanda. - Shah Abbas merebut kembali Bagdad

Sumber : Kerajaan Aceh, Zaman Sultan Iskandar Muda, Denys Lombard.

Pho He La.

Sebuah peradaban terajut di Pereulak. Daerah yang sangat bergolak di masa konflik itu, punya sejarah keunikan tersendiri. Negeri Peureulak didirikan oleh suku Syahril Nuwiy, bernama Pho He La. Namun terkenal sampai ke negeri Arab Berkah Nakhoda Kalifah. Karena itu pula, ibu kota kerjaan Islam Peureulak dinamai Bandar Khalifah.

Sejarah Aceh tak pernah lekang dari Peureulak, sebuah kota kecil di Kabupaten Aceh Timur. Beragam sejarah tertoreh di daerah itu. Peureulak dulu merupakan bandar besar, pusat peradaban, tapi Peureulak kini adalah kota kecil yang tak pernah lekang dari pergolakan. Ia merupakan salah satu simpul konflik di negeri ini, yang menuntut sebuah pembaharuan menuju perdamaian Aceh yang sesungguhnya.

Sebuah catatan lama Abu Ishaq Makarani Pase, dalam Risalah Idharul-Haq fi Mamlaka Peureulak, menggambarkan Peureulak sebagai bandar, pusat perdagangan yang sangat ramai pada tahun 173 Hijriah, atau tahun 800 Masehi. Karena itu pula Peureulak disebut sebagai salah satu kota peradaban tertua di Aceh.

Pada tahun tersebut, datang ke Peureulak sebuah rombongan pedagang, yang dipimpin oleh nakhoda Khalifah. Mereka merupakan saudagar-saudagar Arab, Persia dan India muslim. Mereka datang ke bandar Peureulak untuk membeli lada, salasari, dan berbagai rempah-rempah lainnya.

Setelah tiga bulan mengumpul rempah-rempah, mereka kemudian kembali ke negerinya. Tapi tak lama kemudian, saudagar-saudagar dari negeri Arab lainnya datang, setelah mengetahui asal barang yang dijual oleh nakhoda khalifah dan rombongannya. Maka sejak itu pula Bandar Khalifah menjadi terkenal.

Seiring dengan itu pula, para pendatang dari Arab tersebut menyebarkan agama Islam di Peureulak. Islam semakin cepat berkembang, apalagi setelah Islam diterima oleh raja Peureulak. "Dua ratus dua puluh lima tahun, pada hari selasa, maka naiklah raja Sultan Marhum Alaiddin Maulana Abdul Aziz Syah Zillullah Fil Alam. Dan adalah lama dalam tahta kerajaan dua puluh empat tahun, maka ia pun meninggal pada hari Ahad, dua hari bulan Muharram pada waktu zuhur intaha kalam," tulis Abu Ishaq Makarani Pase dalam risalah tersebut.

Untuk mengenang nakhoda Khalifah yang telah membuat bandar Peureulak terkenal sampai ke negeri Arab, maka ibu kota negeri pemerintahan Islam di Peureulak dinamai Bandar Khalifah. Sampai tahun 306 Hijriah atau 918 Masehi Kerajaan Islam Peureulak dipimpin oleh sultan-sultan dari dinasti Sayid Maulana yang menganut paham syiah. Sampai akhirnya terjadi pertentangan dari golongan ahlus sunnah wal jamaah. Karena pertentangan itu pula, Peureulak kemudian dibagi menjadi dua bagian pemerintahan. Sebagian wilayah yang menganut paham Syiah tetap dipimpin oleh sultan dari dinasti Saiyid Maulana.

Sementara sebagian lagi diperintah oleh para pengikut ahlus sunnah wal jamaah, yang rajanya diangkat dari keturunan maharaja (meurah) Peureulak asli, yaitu suku Sjahril Nuwiy, pembuka pertama negeri Peureulak pada masa lalu, yang bernama maharaja Pho He La Syahril Nuwi. Mungkin nama Po He La pula yang menjadi asal-usul nama Peureulak. Sultan pertama yang dipilih oleh golongan ahlus sunnah wal jamaah di negeri Peureulak adalah Meurah Abdul Qadir Syah yang bergelar Sultan Machdum Ala'ldin Malik Abdul Qadir Syah Johan Berdaulat Zillull-lah Fil Alam.

Pecahnya Peureulak menjadi dua bagian tersebut, membuat negeri itu sering menimbulkan sengketa dan perang saudara. Namun Peureulak kemudian dapat disatukan kembali, setelah pada tahun 375 Hijriah, atau 986 masehi, kerajaan Sriwijaya bermaksud menyerang dan menundukkan negeri Islam Peureulak.

Pada masa itu, Peureulak yang mengikuti aliran Syiah dipimpin oleh Sultan Saiyid Maulana Machmud Syah. Sementara Peureulak bagian ahlus sunnah wal jamaah, dipimpin oleh Sultan Mahmud Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat. Nah, untuk menghadapi agresi dari Kerajaan Sriwijaya itulah, rakyat Peureulak yang terpisah dalam pemerintahan kembar, bersatu kembali di bawah komando sultan masing-masing.

Pada masa peperangan itu pula, tepatnya tahun 377 Hijriah atau 988 Masehi, Sultan Alaiddin Sayid Maulana Mahmud Syah, yang memerintah golongan syiah, meningal dunia. Karena itu pula, rakyat Peureulak kemudian bersatu di bawah pimpinan Sultan Machdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat.
Perang dengan Kerajaan Sriwijaya baru berakhir pada tahun 395 Hijriah atau 1006 Masehi. Sriwijaya menarik kembali pasukannya dari Peureulak untuk menghadapi peperangan yang lebih besar dengan kerajaan Darmawangsa di pulau Jawa. Berakhirnya perang di Peureulak tersebut, membuat para ulama dari Peureulak semakin leluasa menyebarkan agama Islam ke luar Peureulak, bahkan sampai negeri Jawa.

Sampai kini Peureulak tetap saja menjadi sebuah keunikan tersendiri. Kota dengan peradaban tuanya itu, punya rentetan sejarah yang unik dibandingkan dengan daerah lainnya di Aceh. Bahkan ketika Aceh bergolak menentang "Jakarta", Peureulak merupakan basis dari penetangan tersebut.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: