Pesan Rahbar

Home » » Hadis tentang Dua Belas Imam !!! Surga diharamkan bagi orang yang menzalimi dan memerangi Ahlul bait (sa)

Hadis tentang Dua Belas Imam !!! Surga diharamkan bagi orang yang menzalimi dan memerangi Ahlul bait (sa)

Written By Unknown on Sunday 6 July 2014 | 00:27:00


Hadis tentang dua belas Imam redaksinya bermacam-macam, saya hanya menyebutkan sebagian saja:

1. Dalam Shahih Bukhari juz 4, kitab Ahkam:

Diriwayatkan oleh Jabir bin Sammarah, ia berkata bahwa Nabi saw bersabda:

يكون بعدي إثنا عشر أميراً، فقال كلمة لم أسمعها، فقال أبي أنه قال كلهم من قريش

“Sesudahku ada dua belas amir (pemimpin)”. Kemudian beliau menyabdakan suatu kalimat yang aku tidak mendengarnya; lalu ayahku mengatakan bahwa Nabi saw bersabda: “Mereka semuanya dari golongan Quraisy.”.

2. Dalam Shahih Muslim, bermacam-macam redaksi:

جابر بن سمرة قال دخلت مع أبي على النبي (صلى الله عليه وآله) فسمعته يقول (إن هذا الامر لا ينقضي حتى يمضي فيهم إثنا عشر خليفة) قال ثم تكلم بكلام خفي علي قال: فقلت لابي ما قال، قال «كلهم من قريش»

Jabir bin Sammarah berkata: aku bersama ayahku datang kepada Nabi saw, lalu aku mendengar beliau bersabda: “Sungguh persoalan ini tidak akan selesai sehingga berada di bawah pimpinan dua belas khalifah.” Kemudian beliau mengucapkan suatu kalimat yang tidak jelas bagiku. Kemudian aku bertanya kepada ayahku tentang apa yang diucapkan oleh beliau. Ayahku berkata bahwa Nabi saw bersabda: “semuanya dari quraisy.” (Shahih Muslim jilid 4, halaman 79).

Nabi saw bersabda:

لا يزال الدين قائماً حتى تقوم الساعة ويكون عليهم إثنا عشر خليفة كلهم من قريش

“Agama akan selalu tegak sampai hari kiamat di bawah pimpinan dua belas khalifah yang semuanya dari golongan quraisy.” (Shahih Muslim jilid 2, bab manusia mengikuti Qurasy). Sebagian lagi redaksinya:

لا يزال الاسلام عزيزاً إلى اثنى عشر خليفة كلهم من قريش

“Islam selalu mulia di bawah pimpinan dua belas khalifah yang semuanya dari quraisy.” Redaksi yang lain:

لا يزال أمر الناس ماضياً ما وليهم إثنا عشر رجلاً كلهم من قريش

“Persoalan manusia senantiasa sempurna di bawah pimpinan dua belas orang, semuanya dari quraisy.” Sebagian redaksinya:

لا يزال هذا الدين عزيزاً منيعاً إلى إثنا عشر خليفة كلهم من قريش

“Agama ini akan selalu mulia dan terjaga di bawah pimpinan dua belas khalifah, semuanya dari quraisy.”

3. Shahih At-Turmidzi, jilid 2:

لا يزال الاسلام عزيزاً إلى اثنى عشر امـيرا كلهم من قريش

“Islam akan selalu tegak di bawah pimpinan dua belas amir yang semuanya dari quraisy.”

4. Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 1, halaman 398:

عن الشعبي عن مسروق قال كنا جلوساً عند عبد الله بن مسعود وهو يقرئنا القرآن فقال له رجل يا أبا عبد الرحمن هل سألتم رسول الله (صلى الله عليه وآله) كم تملك الامة من خليفة فقال عبد الله بن مسعود ما سألني عنها أحد منذ قدمت العراق قبلك ثم قال نعم ولقد سألنا رسول الله (صلى الله عليه وآله)فقال اثنا عشر كعدة نقباء بني إسرائيل

Diriwayatkan dari Asy-Sya’bi dari Masyruq, ia berkata, aku pernah duduk-duduk dengan Abdullah bin Mas’ud, ia membacakan ayat Al-Qur’an kepada kami. Kemudia ada seseorang bertanya kepadanya: wahai Aba Abdurrahman, apakah kamu pernah bertanya kepada Rasulullah saw berapa jumlah khalifah yang akan memimpin ummat. Kemudian Ibnu Mas’ud menjawab: Ya, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw, lalu beliau bersabda: “Dua belas khalifah seperti jumlah pemimpin Bani Israil.”

Dalam redaksi yang lain:

عن جابر بن سمرة قال سمعت رسول الله (صلى الله عليه وآله) يقول في حجة الوداع لا يزال هذا الدين ظاهراً على من ناواه ولا يضره مخالف ولا مطارق حتى يمضي من امتي إثنا عشر أميراً كلهم من قريش

Diriwayatkan dari Jabir bin Sammarah, ia berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda dalam haji wada’: “Agama ini selalu jelas pada orang yang bermaksud padanya, dan membahayakan padanya orang yang menentang dan menyerangnya, sehingga berlalu dari ummatku dua belas amir yang semuanya dari quraisy.” (Musnad Ahmad bin Hanbal jilid 5, halaman 89).

5. Shawa’iqul Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 11, pasal 2:

عن جابر بن سمرة أن النبي صلى الله عليه وآله قال: «يكون بعدي إثنا عشر أميراً كلهم من قريش.

Diriwayatkan dari Jabir bin Sammarah bahwa Nabi saw bersabda: “Akan ada sesudahku dua belas amir semuanya dari quraisy.”

6. Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 6, halaman 160:

عن النبي صلى الله عليه وآله أنه قال: يكون بعدي إثنا عشر خليفة

Dari Nabi saw, beliau bersabda: “Akan ada sesudahku dua belas khalifah.”

7. Dalam Kitab Yanabi’ul Mawaddah oleh Al-Qunduzi Al-Hanafi, bab 95:

جابر بن عبدالله قال: قال رسول الله (صلى الله عليه وآله) يا جابر أن اوصيائي وأئمة المسلمين من بعدي أولهم علي، ثم الحسن، ثم الحسين، ثم علي بن الحسين، ثم محمد بن علي المعروف بالباقر ستدركه يا جابر فإذا لقيته فاقراه مني السلام، ثم جعفر بن محمد، ثم موسى بن جعفر، ثم علي بن موسى، ثم محمد بن علي، ثم علي بن محمد، ثم الحسن بن علي، ثم القائم اسمه اسمى وكنيته كنيتي ابن الحسن ابن علي ذاك الذي يفتح الله تبارك وتعالى على يديه مشارق الارض ومغاربها، ذاك الذي يغيب عن أوليائه غيبة لا يثبت القول بامامته الا من امتحن الله قلبه للايمان قال جابر: فقلت يا رسول الله فهل للناس الانتفاع به في غيبته؟ فقال اي والذي بعثني بالنبوة انهم يستضيئون بنور ولايته في غيبته كانتفاع الناس بالشمس وان سترها سحاب هذا سر مكنون سر الله ومخزون علم الله فاكتمه الا عن أهله

Jabir bin Abdillah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Wahai Jabir, sesungguhnya para washiku (penerima wasiatku) dan para Imam kaum muslimin sesudahku adalah pertama Ali, kemudian Al-Hasan, kemudian Al-Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang terkenal dengan julukan Al-Baqir dan kamu akan menjumpainya wahai Jabir, dan jika kamu menjumpainya sampaikan padanya salamku; kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Al-Hasan bin Ali; kemudian Al-Qaim, namanya sama dengan namaku, nama panggilannya sama dengan nama panggilanku, yaitu putera Al-Hasan bin Ali, di tangan dialah Allah tabaraka wa ta’ala membuka kemenangan di bumi bagian timur dan barat, dialah yang ghaib dari para kekasihnya, ghaib yang menggoncangkan kepercayaan terhadap kepemimpinannya kecuali orang yang hatinya telah Allah uji dalam keimanan. Kemudian Jabir berkata, aku bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulallah, apakah manusia memperoleh manfaat dalam keghaibannya? Nabi menjawab: Demi Zat Yang Mengutusku dengan kenabian, mereka memperoleh cahaya dari cahaya wilayahnya (kepemimpinannya) dalam keghaibannya seperti manusia memperoleh manfaat cahaya matahari walaupun matahari itu tertutup oleh awan; inilah rahasia Allah yang tersimpan dan ilmu Allah yang dirahasiakan, Allah menyimpannya kecuali dari ahlinya.



Dalam Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 20:
Ali bin Abi Thalib (as) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:

إنّ الله حرم الجنة على من ظلم أهل بيتي أو قاتلهم أو أغار عليهم أو سبهم

“Sesungguhnya Allah mengharamkan surga bagi orang yang menzalimi Ahlul baitku, atau memerangi mereka, atau menyerang mereka, atau mencerca mereka.”

Dalam Nurul Abshar, Asy-Syablanji, halaman 100:
Rasulullah saw bersabda:

حرمت الجنة على من ظلم أهل بيتي وآذاني في عترتي … الحديث

“Diharamkan surga bagi orang yang menzalimi Ahlul baitku dan menyakitiku karena menyakiti ‘itrah(keturunan)ku….”

Hadis ini dan yang semakna terdapat dalam:
1. Kanzul Ummal, jilid 7 halaman 273. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik.
2. Tafsir Ad-Durrul Mantsur Jalaluddin As-Suyuthi, tentang tafsir surat Al-Kautsar.


Surat AN-NISA’: 59;
Ulil amri adalah para Imam dari Ahlul bait (as)

يَأَيهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَ أَطِيعُوا الرَّسولَ وَ أُولى الأَمْرِ مِنكمْ

“Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah, dan taatlah kamu kepada Rasul-Nya dan Ulil amri kamu.”

Yang dimaksud “Ulil-amri” dalam ayat ini adalah Ali bin Abi Thalib (as) dan Ahlul bait Nabi saw.
Dalam Tafsir Al-Burhan tentang ayat ini disebutkan suatu riwayat yang bersumber dari Jabir Al-Anshari (ra), ia berkata: Ketika Allah menurunkan ayat ini aku bertanya: Ya Rasulallah, kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, tetapi siapakah yang dimaksud dengan Ulil-amri yang ketaatannya kepada mereka Allah kaitkan dengan ketaatan kepada-Nya dan Rasul-Nya? Rasulullah saw menjawab:
Wahai Jabir, mereka itu adalah para penggantiku: Pertama, Ali bin Abi Thalib, kemudian Al-Hasan, kemudian Al-Husein, kemudian Ali bin Al-Husein, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Muhammad bin Ali yang dalam Taurat gelarnya masyhur Al-Baqir. Wahai Jabir, kamu akan menjumpai dia, sampaikan salamku kepadanya. Kemudian Ash-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Al-Hasan bin Muhammad, kemudian dua nama Muhammad dan yang punya dua gelar Hujjatullah di bumi-Nya dan Baqiyatullah bagi hamba-hamba-Nya yaitu Ibnul Hasan, dialah yang Allah perkenalkan sebutan namanya di seluruh belahan bumi bagian barat dan timur, dialah yang ghaib dari para pengikutnya dan kekasihnya, yang keghaibannya menggoyahkan keimamahannya kecuali bagi orang-orang yang Allah kokohkan keimanan dalam hatinya.”
.
Ringkasan Kritik Allamah Thabathaba’i terhadap Fakhrur Razi.
Fakhrur Razi mengatakan: Pembatasan kata Ulil-amri dengan kata minkum menunjukkan salah seorang dari mereka yakni manusia biasa seperti kita, yaitu orang yang beriman yang tidak mempunyai keistimewaan Ishmah Ilahiyah (jaminan kesucian dari Allah). Yang perlu diragukan adalah pendapat yang mengatakan: Mereka (Ulil-amri) adalah satu kesatuan pemimpin, yang ketaatan kepada masing-masing mereka hukumnya wajib
.
Ar-Razi lupa bahwa makna ini sudah masyhur digunakan dalam bahasa Al-Qur’an, misalnya: “janganlah kamu mentaati orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah)” (Al-Qalam: 8), “Janganlah kamu mentaati orang-orang kafir.” (Al-Furqan: 52), dan ayat-ayat yang lain dalam bentuknya yang bermacam-macam: kalimat positif, kalimat negatif, kalimat berita, kalimat perintah dan larangan.

Ringkasan Kritik Allamah Thabathaba’i terhadap Tafsir Al-Manar.
Syeikh Rasyid Ridha mengatakan: Ulil-amri adalah Ahlul hilli wal-Aqdi yaitu orang-orang yang mendapat kepercayaan ummat. Mereka itu bisa terdiri dari ulama, panglima perang, dan para pemimpin kemaslatan umum seperti pemimpin perdagangan, perindustrian, pertanian. Termasuk juga para pemimpin buruh, partai, para pemimpin redaksi surat kabar yang Islami dan para pelopor kemerdekaan.

Inikah maksud dari Ulil-amri? Pendapat ini dan yang punya pandangan seperti ini telah menutupi makna Al-Qur’an yang sempurna dengan makna yang tidak jelas. Ayat ini mengandung makna yang jelas yaitu Ismah Ilahiyah (jaminan kesucian dari Allah) bagi Ulil-amri. Karena ketaatan kepada Ulil-amri bersifat mutlak, dikaitkan dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Apakah yang mempunyai sifat kesucian (‘ishmah) adalah para pemimpin lembaga-lembaga itu sehingga mereka dikatagorikan sebagai orang-orang yang ma’shum? Yang jelas tidak pernah terjadi para Ahlul hilli wal-‘Iqdi yang mengatur urusan ummat, mereka semuanya ma’shum. Mustahil Allah swt memerintahkan sesuatu yang penting tanpa mishdaq (ekstensi) yang jelas. Dan mustahil sifat ‘ishmah dimiliki oleh lembaga yang orang-orangnya tidak ma’shum, bahkan yang sangat memungkinkan mereka berbuat kezaliman dan kemaksiatan. Pendapat mereka ini jelas salah dan mengajak pada kesesatan dan kemaksiatan. Mungkinkah Allah mewajibkan kita taat kepada orang-orang seperti mereka?

Pendapat Ahlul Bait (as).
Ulil-amri adalah Ali bin Abi Thalib dan para Imam suci (as).
Dalam Tafsir Al-‘Ayyasyi tetang ayat ini menyebutkan bahwa:
Imam Muhammad Al-Baqir (as) berkata tentang ayat ini: “Mereka itu adalah para washi Nabi saw.”
Tentang ayat ini Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Mereka adalah para Imam dari Ahlul bait Rasulullah saw.”

Tentang ayat ini Imam Muhammad Al-Baqir (as) berkata: “Mereka adalah para Imam dari keturunan Ali dan Fatimah hingga hari kiamat.”.

Dalam kitab Yanabi’ul Mawaddah disebutkan suatu riwayat dari Salim bin Qais Al-Hilali, ia berkata bahwa Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata: “Yang paling dekat bagi seorang hamba terhadap kesesatan adalah ia yang tidak mengenal Hujjatullah Tabaraka wa Ta’ala. Karena Allah telah menjadikannya sebagai hujjah bagi hamba-hamba-Nya, dia adalah orang yang kepadanya Allah perintahkan hamba-hamba-Nya untuk mentaatinya dan mewajibkan untuk berwilayah kepadanya.

Salim berkata: Wahai Amirul mukmin, jelaskan kepadaku tentang mereka (Ulil-amri) itu.
Amirul mukminin (as) berkata: “Mereka adalah orang-orang yang ketaataannya kepada mereka Allah kaitkan pada diri-Nya dan Nabi-Nya.” Kemudian ia berkata: “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah, Rasul-Nya, dan kepada Ulil-amri kalian.”

Salim bin Qais berkata: Wahai Amirul mukminin, jadikan aku tebusanmu, jelaskan lagi kepadaku tentang mereka itu.

Amirul mukminin (as) berkata: “Mereka adalah orang-orang yang oleh Rasulullah saw disampaikan di berbagai tempat dalam sabda dan khutbahnya, Rasulullah saw bersabda: ‘Sungguh aku tinggalkan pada kalian dua perkara, jika kalian berpegang teguh dengan keduanya kalian tidak akan tersesat sesudahku: Kitab Allah dan ‘itrahku, Ahlul baitku’.”.

Riwayat hadis ini dan yang semakna dengan hadis tersebut terdapat dalam:
1. Tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang ayat ini.
2. Tafsir Ath-Thabari tentang ayat ini.
3. Tafsir Fakhrur Razi, jilid 3 halaman 357, tentang ayat ini.
4. Yanabi’ul Mawaddah, oleh Syaikh Sulaiman Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman 134, cet. Al-Haidariyah; halaman 114 dan 117, cet. Islambul.
5. Syawahidut Tanzil, oleh Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi, jilid 1, halaman 148, hadis ke 202, 203 dan 204.
6. Ihqaqul Haqq, oleh At-Tustari, jilid 3, halaman 424, cet. pertama, Teheran.
7. Faraid As-Samthin, jilid 1, halaman 314, hadis ke 250.

Sumber:  http://syiahali.wordpress.com/2012/03/16/hadis-tentang-dua-belas-imam-surga-diharamkan-bagi-orang-yang-menzalimi-dan-memerangi-ahlul-bait-sa/
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: