Wasiat adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan menganjurkan bahwa selepas meninggalnya supaya (orang yang telah ditunjuknya, wakil atau wali) mengerjakan sesuatu untuknya atau berkata setelah meninggalnya maka hartanya diperuntukkan untuk seseorang, atau untuk anak-anaknya sendiri dan orang-orang yang ikhtiar mereka berada di tangannya. Seseorang yang berwasiat disebut sebagai mushi dan seseorang yang diwasiatkan adalah washi.
Syarat-syarat orang yang berwasiat (mushi): Harus akil baligh,
[1] dan berwasiat dengan kemauan sendiri (ikhtiar). Demikian juga, ia bukan orang dungu dan hakim syar’i tidak mencegahnya dalam mengatur dan mengelolah hartanya.
Syarat-syarat orang yang diwasiati (washi): Washi harus seorang Muslim, baligh, akil, dan dapat dipercaya.
[2] Syarat-syarat wasiat: Wasiat tidak memiliki syarat tertentu, melainkan pemberi wasiat dapat berwasiat pada segala hal yang bersifat legal (masyru’) dalam hukum Islam. Adapun dalam urusan harta, ia hanya dapat mewasiatkan sepertiga (1/3) dari hartanya. Dan wasiat yang melebihi sepertiga (1/3) tidak dapat dilaksakanan dan tidak berlaku.
[3] Untuk telaah lebih jauh dalam hal ini, silahkan rujuk pada indeks 19367 yang terdapat pada site Islam Quest ini
Refertensi:
[1]. Akan tetapi bocah sepuluh tahun yang dapat membedakan antara baik dan buruk, apabila ia berwasiat untuk melakukan perbuatan baik seperti membangun masjid, tempat penampungan air dan jembatan maka wasiat yang disampaikan itu adalah wasiat yang sah.
[2]. Imam Khomeini, Sayid Ruhullah, Taudhih al-Masâil, hal. 573-575, 1426 H.
[3]. Diadaptasi dari Indeks 32788.
__________________________________________
Sanad Hadis Syi’ah tidaklah lemah. Justru sanad hadis Sunnni tanpa kritik Historis, padahal Situasi Politik penyebab hadis sunni banyak dipalsukan.
Sanad Hadis Syi’ah tidaklah lemah. Justru sanad hadis Sunnni tanpa kritik Historis, padahal Situasi Politik penyebab hadis sunni banyak dipalsukan.
YANG JELAS,,SILAHKAN SIMAK RIWAYAT BERIKUT INI:
إن الخليفة أبا بكر نفسه كتب بيده خمسمائة حديث أثناء حياة الرسول، وانتقل الرسول إلى جوار ربه وهذه الأحاديث مكتوبة عنده، وبعد وفاة الرسول وعملا بتوجهاته وتوجهات دولة بطون قريش قام الخليفة الأول بإحراق الأحاديث النبوية التي سمعها من الرسول وكتبها بخط يده)
Ad-Dhahabi melaporkan bahwa Abu Bakar sendiri pernah menulis kurang lebih 500 buah hadits dengan tangannya sendiri ketika Rasulullah masih hidup (dan Rasulullah tidak melarangnya!). Akan tetapi ketika Rasulullah meninggal, ia memerintahkan umat Islam dan juga memerintahkan para gubernur dari suku Qurays untuk memerintahkan orang-orang membakar hadits-hadits yang mereka kumpulkan.
Kalau saja hadits yang jumlahnya 500 itu masih ada sampai sekarang, maka itu akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua karena hadits-hadits tersebut kemungkinan jauh lebih shahih ketimbang hadits-hadits yang sekarang karena mata rantai sanadnya langsung tidak melalui rantai sanad yang panjang yang kemungkinan mengurangi esensi dari hadits tersebut. Sayang sekali Abu Bakar sama sekali tidak memiliki visi yang jernih untuk masa depan umat Islam.
Al-Dhahabi, Ibnu Katsir, dan al-Muttaqi menyajikan fakta yang jauh lebih rinci tentang kebijakan Abu Bakar untuk melenyapkan hadits-hadits di awal masa pemerintahannya.
A’isyah melaporkan: “Ayahku mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah, dan jumlahnya kurang lebih ada 500 buah, dan kemudian ia menghabiskan malam itu tanpa tidur hanya berguling-guling di tempat tidur. Aku mengira bahwa ia sedang marah karena seseorang mungkin membuatnya begitu, atau mungkin ia mendengar berita yang tidak mengenakkan. Di keesokan harinya, ia berkata kepadaku, ‘Oh, anakku! Bawakanlah hadits-hadits yang ada padamu itu kepadaku,’ kemudian aku membawakan hadits-hadits itu kepada ayahku dan kemudian ia membakarnya.”
أن من كان عنده شئ مكتوب من سنة الرسول فليمحه
Al-Muttaqi al-Hindi menulis bahwa setelah Umar membakar semua hadits yang dikumpulkan dari orang-orang, kemudian ia menulis pesan kepada para gubernur untuk memusnahkan semua salinan hadits yang ada di tangan mereka:
Kisah TRAGEDI HARI KAMIS adalah contoh yang paling telanjang bahwa Rasulullah memerintahkan orang-orang untuk menuliskan Sunnahnya dan menyimpannya supaya mereka bisa belajar darinya dan kemudian menyampaikannya kepada orang-orang di generasi selanjutnya. Kisah TRAGEDI HARI KAMIS itu adalah sebagai berikut:
Ibn Abbas melaporkan: “Ketika Rasulllah (SAAW) hendak berangkat ke Rahmatullah, ada sekelompok orang yang mengelilinginya (sebagian ada di luar rumahnya). Umar bin Khattab adalah salah seorang diantaranya. Rasulullah (SAAW) bersabda: ‘Kemarilah, aku akan tuliskan sebuah surat wasiat untuk kalian; supaya kalian tidak akan tersesat setelahnya. Demi mendengar itu Umar berkata dengan keras:
‘Sesungguhnya Rasulullah sedang meracau. Kita memiliki Kitabullah. Kitabullah sudah cukup bagi kita semua.’ Mereka yang ada di rumah Rasulullah saling bertengkar satu sama lainnya. Sebagian dari mereka berkata: ‘Bawakanlah kepadanya (alat tulis—pena dan kertas) supaya Rasulullah bisa menuliskan sebuah surat wasiat untuk kalian dan engkau takkan tersesat lagi sepeninggalnya. Dan beberapa sahabat berkata seperti apa yang dikatakan oleh Umar. Ketika mereka bertikai satu sama lainnya di hadapan Rasulullah, kemudian Rasulullah bangkit dari tidurnya dan berkata: ‘Menyingkirlah dariku!’”
‘Ubaidullah berkata: Ibn Abbas selalu berkata: ‘Sungguh sebuah kerugian besar; kerugian yang amat besar. Karena orang-orang hiruk pikuk dan kegaduhan bising sekali dimana-mana, maka Rasulullah takbisa menuliskan (mendiktekan) surat wasiat untuk mereka.
LALU BAGAIMANA ATAS ABU BAKAR DAN UMAR YANG BUKAN SAJA MENYEMBUNYIKAN ,TAPI MEMBAKAR DAN MEMUSNAHKAN KEBENARAN ITU,,??
BICARA KEBENARAN,BERARTI BICARA ISLAM.
SEMBUNYIKAN KEBENARAN,BERARTI SEMBUNYIKAN ISLAM.
MUSTAHIL NABI MUHAMMAD SAAW TIDAK PERNAH BERWASIAT DAN TIDAK PERNAH MENGANGKAT IMAM ALI BIN ABU THALIB AS SEBAGAI PENGGANTINYA.
KALAU NABI TIDAK PERNAH BERWASIAT DAN MENGANGKAT IMAM ALI BIN ABU THALIB AS ,MAKA DENGAN KATA LAIN NABI MUHAMMAD SAAW TIDAK MELAKSANAKAN PERINTAH ALLAH DALAM AL QURAN.
NABI MUHAMMAD SAAW BERWASIAT KEPADA WASIHNYA IMAM ALI BIN ABU THALIB AS. MENJADI PEMIMPIN/ IMAM ISLAM SEPENINGGAL BELIAU.
AYAT YANG MEWAJIBKAN NABI BERWASIAT:
AL BAQARAH [2]
180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, BERWASIAT untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf[112], (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang BERTAKWA.
AL MAA`IDAH [5 ]
67. Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
ALBAQARAH [ 2 ]
240. Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya.
HADISTNYA SUDAH PASTI ADA YAITU HADIST GHADIR KHUM YANG DI AKUI OLEH 110 ULAMA SUNNI.
BAHWA IMAM ALI AS TELAH DI ANGKAT RASULULLAH SAAW.
PEMIMPIN ISLAM ITU DI PILIH ALLAH DAN RASUL. BUKAN MUSYAWARAH
AL HAJJ [22]
22: 75. Allah MEMILIH utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
AN NAHL [16]
16: 120. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam/PEMIMPIN
YUSUF [12]
12: 6. Dan demikianlah Tuhanmu, MEMILIH KAMU (untuk menjadi Nabi)
AL A`RAAF [7]
80. Dan (KAMI juga telah MENGUTUS ) Luth (kepada kaumnya.
AL AN`AAM [6]
87. Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari bapak-bapak mereka, KETURUNAN dan SAUDARA-SAUDARA mereka. Dan Kami telah MEMILIH mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami MENUNJUKI mereka ke jalan yang lurus.
6: 89. Mereka itulah orang-orang yang telah KAMI BERIKAN kitab, hikmat dan kenabian Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.
6: 90. MEREKA ITULAH orang-orang yang telah DIBERI petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran).” Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.
AL ` ANKABUUT [29]
27. Dan Kami anugrahkan kepda Ibrahim, Ishak dan Ya’qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia[1148]; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
1148]. Yaitu dengan memberikan ANAK CUCU yang baik, kenabian yang TERUS MENERUS t pada keturunannya, dan puji-pujian yang baik.
IMAM ALI BIN ABU THALIB AS ADALAH KETURUNAN PILIHAN YANG NASAB NYA SAMPAI KEPADA NABI IBRAHIM KHALILULLAH AS.
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu ia (berhasil) melengkapinya. Allah berfirman: “Sungguh aku akan menjadikanmu seorang imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim memohon: “ Juga dari keturunanku!”.Allah berfirman: “Janjiku ini (imamah) tidak akan dapat digapai oleh orang-orang yang zalim”.
Dalam Tafsir Al-Mizan karya Allamah Thabathaba’i juz 1 hal. 273, diriwayatkan bahwaImam Ja’far Ash-Shadiq as berkata : “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menerima Nabi Ibrahim as sebagai seorang hamba sebelum Dia mengangkatnya menjadi seorang nabi, mengangkatnya menjadi nabi sebelum Dia memilihnya menjadi rasul,mengangkatnya menjadi rasul sebelum Ia menjadikannya sebagai kekasih-Nya(Khalilullah), dan menjadikannya sebagai khalilullah sebelum mengangkatnya menjadi seorang imam. Dan setelah Allah menganugerahkan semua itu kepadanya, Dia berfirman: “Sungguh Aku telah mengangkatmu menjadi imam bagi seluruh manusia”. Karena imamah itu sangat agung baginya, maka beliau memohon kepada Allah: “Dan dari keturunanku juga!”. Kemudian Allah menjawab: “Janjiku ini (imamah) tidak akan dapat digapai oleh orang-orang yang zalim”. Selanjutnya Imam Ja’far berkata: “Orang yang bodoh tidak akan menjadi imam bagi orang yang bertakwa”.
Allamah Thabathaba’i mengatakan berdasarkan riwayat di atas, yang dimaksud dengan “Kalimat” dalam ayat ini adalah imamah Nabi Ibrahim as, Ishak dan keturunannyayang kemudian ia menyempurnakannya dengan janjinya dari keturunan Ibrahim yaitu Ismail, dan dari Ismail As, terpilihlah Bani Hasyim dari sebaik-baiknya qurais.jadi imamah Muhammad SAWW dan para imam Ahlul Bayt as dari keturunan Nabi Ismail as Kemudian Allah memperjelas persoalan ini dengan firman-Nya: “Sungguh Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia.”.
bukan dari keturunan yang zalim “ tentu adalah dari garis Bani Hasyim.
Apakah Urusan Ilahiyah ,atau Urusan kepemimpinan Islam ,bisa kita putuskan dengan Musyawarah manusai ? tanpa keterlibatan Allah dan Rasul ?
Logika : Pertanyaan:
1. Apakah Nabi-Nabi terdahulu tidak berwasiat kepada Pengganti2 nya ,dan adakah suksesi dari mereka bukan dari Petunjuk Allah ?
2. Kalau Allah dan Rasul ,tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang berhak mengatur hukum-hukum syariatnya, maka akan bertentangan dengan Ayat-Ayat dan juga Sunnah Nabi, yaitu taat kepada Allah ,Taat kepada Rasul dan Taat kepada Pemimpin mu, di sisi Allah
3. Dalam Al Quran banyak ayat yang menerangkan Bahwa taat dan patuh kepada Hukum-hukumnya serta taat kepada Rasul adalah suatu keharusan dan mutlak hukum nya.
4. Bahwa Seorang Pemimpin dalam Islam mutlak harus di Ridhahi Allah dan Rasul ,dan yang mengetahui Hukum-hukum Allah dan Rasul.
5. Bahwa sepeninggal Rasul , Allah telah sempurnakan Islam dengan segala Hukum-hukum syariat nya dalam Al Quran dan sunnah Rasul.
6. Kalau urusan Ilahiyah ,pasti Allah dan Rasul telah menetapkan hukum-hukmunya, terutama Masalah Suksesi.
7. Sangat mustahil Allah dan Rasul tidak mengatur semua itu.
Al-Mustafa: Manusia Pilihan Yang Disucikan
Imam Ahmad bin Hanbal adalah seorang pemuka mazhab Ahlus Sunnah yang besar. Ia terkenal sebagai muhaddits (periwayat hadis). Kedalaman ilmunya dan keluasan pengaruhnya di kalangan kaum Muslimin sangat disegani Khalifah Al-Mutawakkil . Imam Ahmad sering dimintai nasihat dalam menunjukkan hakim-hakim (qadhi) kerajaan.
Ketika Al-Mutawakkil hendak mengangkat Al-Tsalji sebagai qadhi, Imam Ahmad merasa keberatan. “Jangan angkat dia, karena dia pembuat bid’ah dan penurut hawa nafsu,” kata Imam Ahmad.
Al-Mutawakkil memperhatikan sarannya . Karena ketinggian martabatnya di hadapan raja, para ulama lain merasa irihati terhadapnya (Ah, betapa sering orang menutupi kerendahan akhlak dengan jubah ulama!). Mereka mencari jalan untuk mendiskreditkan Imam Ahmad .
Dikatakan kepada Al-Mutawakkil bahwa Imam Ahmad itu Syi’ah, membaiat. pengikut Ali, dan melindungi seorang ‘Alawi di rumahnya. Waktu itu, tidak ada tuduhan yang lebih berat daripada itu. Al-Mutawakkil mengirim tentara . Rumah Imam Ahmad dikepung. “Tuduhan ini dibuat-buat. Aku tidak tahu-menahu,” kata Imam Ahmad, “Aku menaati raja dalam suka dan duka.”.
Lalu ia disuruh bersumpah bahwa ia tidak melindungi pengikut Ali di rumahnya . Rumah Imam Ahmad kemudian digeledah — kamar anak-anak, kamar wanita, bahkan sumur. Tidak ada bukti apa pun tentang ke-Syi’ah-an Imam Ahmad . Sejarah, memang, tidak pernah mencatat Imam Ahmad sebagai Syi’ah. Ia pemuka mazhab Hambali. Lalu apa salah beliau? “Salah”-nya sedikit: di dalam Musnad Ahmad-nya, ia banyak meriwayatkan hadis-hadis tentang keutamaan Ahlul-Bait dan Ali bin Abi Thalib (karramallahu wajhah).
Abdullah, putra Imam Ahmad, pernah berkata: Aku mendengar ayahku (Imam Ahmad) berkata: “Tidak ada seorang pun di antara para Sahabat yang memiliki fadha’il (keutamaan) dengan sanad-sanadnya yang shahih seperti Ali bin Abi Thalib.” . Menganggap Ali bin Abi Thalib sebagai sahabat paling utama adalah keyakinan Syi’ah. Begitu anggapan umum, waktu itu. Orang membuktikan ke-Syi’ahan seseorang dengan menanyakan siapa yang paling utama di antara para sahabat . Ahlus-Sunnah akan menyebut dengan urutan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan seterusnya. Sedangkan Syi’ah akan memulai urutan pertama sahabat itu dari Ali . Pada suatu kali, Abdullah bin Ahmad bin Hambal menanyai ayahnya, “Bagaimana pendapat Anda tentang tafdhil (urutan keutamaan) sahabat?” Ahmad bin Hambal menjawab, “Dalam khilafah: Abu Bakar, Umar, Utsman.” . “Lalu bagaimana. dengan Ali?” tanya Abdullah.
“Wahai anakku,”• kata Ahmad bin Hambal, “Ali bin Abi Thalib termasuk Ahlul-Bait dan orang tidak dapat diperbandingkan dengan mereka!” . Pada kali yang lain, serombongan orang datang menyelidik, “Hai Abu Abdullah, bagaimana pendapat Anda tentang hadis – Ali pembagi neraka?” . Ahmad :Lalu apa yang kalian tolak? Bukankah Nabi s.a.w. pernah berkata kepada Ali: “Tidak mencintaimu kecuali mukmin, dan tidak membencimu kecuali munafik.” .
Orang-orang : Betul (Nabi Saw berkata begitu). . Ahmad : Di mana orang mukmin menetap? Orang-orang : Di surga. Ahmad : Di mana orang munafik menetap? Orang-orang : Di neraka. Ahmad : Kalau. begitu, Ali adalah pembagi neraka. . Pernyataan-pernyataan Imam Ahmad inilah yang memperkuat tuduhan Syi’ah kepadanya. Bukankah Syi’ah adalah mazhab yang mengikuti Ahlul-Bait — dengan Ali sebagai rujukannya. Lagi pula Ahmad bin Hambal banyak meriwayatkan hadis dari perawi-perawi yang bermazhab Syi’ah. Salah seorang gurunya yang dihormatinya adalah Abdurrahman bin Shalih, seorang Syi’ah. Ahmad bin Hambal diperingatkan untuk tidak bergaul dengannya.
Tetapi ia membentak, “Subhanallah, kepada orang yang mencintai keluarga suci Nabi kita berkata — jangan mencintainya? Abdurrahman bin Shalih adalah tsiqat (orang yang dapat dipercaya).” . Tuduhan Syi’ah terhadap Ahmad bin Hambal ini untungnya tidak berakibat parah. Rumahnya digeledah dan ditinggalkan. Ahmad bin Hambal tetap mengajar seperti biasa.
Lain halnya dengan Imam Syafi’i. Beliau beserta 300 orang Quraisy diseret dalam keadaan terbelenggu dari Yaman (menurut suatu riwayat, dari Makkah) ke Baghdad. Mereka dihadapkan kepada Harun Al-Rasyid. Seorang demi seorang dipancung di depan Khalifah. . Imam Syafi’i selamat, setelah ia mengucapkan salam kepada Harun Al-Rasyid.
Ia sempat menasihati raja dan membuatnya menangis. Begitu, kata sahibul-hikayat. Kita tidak tahu apa yang sebetulnya terjadi karena riwayat mihnah Imam Syafi’i ini bermacam-macam. Yang disepakati ialah kenyataan bahwa salah satu tuduhan kepada Imam Syafi’i ialah bahwa ia Syi’ah. Sebagian penyair mengejek Imam Syafi’i: .
Mati Syafi’i dan ia tak tahu Apakah Tuhannya Ali, atau Allah . Imam Syafi’i tentu saja tidak menganggap Ali sebagai Tuhan. Kalau Syi’ah diartikan sebagai mazhab yang menganggap khilafah adalah hak Ali, maka Imam Syafi’i bukanlah Syi’ah. “Jika Syi’ah berarti mencintai keluarga Muhammad,” kata Imam Syafi’i dalam salah satu bait, syairnya, “maka hendaknya kedua kelompok menjadi saksi bahwa aku ini Syi’ah.” Imam Syafi’i menggunakan kata “Rafidhi” untuk menyebut Syi’ah – gelaran yang lazim diberikan orang di zaman itu bagi pengikut Syi’ah. . Imam Syafi’I banyak menulis syair yang mengungkapkan kecintaannya kepadaAhlul-Bait.
Beberapa di antaranya kita kutipkan di sini: Kalau kulihat manusia mazhab mereka tenggelam dalam samudera kesesatan dan kebodohan dengan nama Allah aku naiki perahu keselamatan yakni keluarga al-Musthafa, penutup para rasul Kupegang tali Allah tempat bergantung mereka Sebagaimana kita pun diperintah berpegang pada tali itu Hai keluarga Rasulullah kecintaan kepadamu diwajibkan Allah dalam Al-Quran yang diturunkan Cukuplah bukti ketinggian sebutanmu Tidak sempurna shalat tanpa shalawat bagimu .
Inilah sebagian syair Imam Syafi’i, yang menyebabkannya dituduh Syi’ah. Ahli jarhhadis, Ibn Mu’in, ketika ditanya oleh Imam Ahmad mengapa ia menuduh Imam Syafi’i sebagai Syi’ah, menjawab: “Aku memperhatikan tulisannya tentang ahlul-baghiy (kaum pemberontak), dan aku melihat ia berhujjah dari awal sampai akhir dengan Ali bin Abi Thalib.” Rupanya, ini juga sebabnya mengapa di tempat lain – menurut Al-Khathib – Yahya bin Mu’in berkata, “Syafi’i tidak tsiqat!” . Celaan-celaan demikian tidak mengurangi kecintaan Imam Syafi’i kepada ahlu-bait. Suatu hari ia mengemukakan masalah agama. . Seseorang berkata, “Engkau bertentangan dengan Ali bin Abi Thalib.”.
Imam Syafi’i berkata, “Buktikan ucapanmu dari Ali bin Abi Thalib, supaya aku ratakan pipiku di atas tanah dan aku berkata aku telah salah.” Begitu cintanya Imam Syafi’i kepada Ali bin Abi Thalib, sehingga ia tidak mau berbicara di dalam suatu majelis yang di situ ada. keturunan Ali (Lihat Fihrist Ibn Al-Nadim, halaman 295). . Kita tidak ingin menguraikan lebih lanjut kecintaan para imam Ahlus-Sunnah kepada ahlul-bait. Tidak perlu juga kita sebut bagaimana Abu Hanifah (Imam Hanafi) membantu pemberontakan ahlul-bait yang dipimpin Imam Zaid bin Ali; sehinga para. ulama mengatakan, “Secara fiqh Abu Hanifah Sunni; secara politik, ia Syi’ah.” . Tentu saja, label (gelaran) Syi’ah lebih sering digunakan untuk mendiskreditkan orang ketimbang mendiskripsikannya. . Indikator yang dipergunakan seringkali sangat sederhana: kecintaan kepada keluarga. Rasulullah Saw. .
Al-Hakim, penulis Al-Mustadrak, dituding oleh Al-Dzahabi sebagai Syi’ah, karena meriwayatkan keutamaan Ali dan hadis Ghadir Khum Abdur-Razzaq bin Hamam, ahli hadis, dituduh Syi’ah karena mencintai Ali dan membenci pembunuhnya. . Ibn Jarir Al-Thabari penulis sejarah Islam abad ketiga, menurut Ibn Atsir (Al-Kamil8:49), dilempari dengan batu dan dikuburkan malam-malam. Ia juga dituduh Syi’ah karena dalam tarikhnya ia meriwayatkan hadis Ali bin Abi Thalib sebagaiwashiy (pembawa wasiat) dan khalifah Nabi s.a.w. . Yang paling menarik, Ibn Abdul-Barr, yang sangat memusuhi ahlul-bait dituding oleh Ibn Katsir sebagai Syi’ah karena meriwayatkan hadis yang mengecam Mu’awiyah. .
Buku ini, Teladan Suci Keluarga Nabi, terjemahan dari Is’af Al-Raghibin, ditulis oleh seorang ‘alim yang bermazhab Syafi’i, dan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah. Dalam buku ini ia meriwayatkan keutamaan keluarga Rasulullah Saw. dari hadis-hadis yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Ahlus-Sunnah.
Boleh jadi ia, dan juga penulis pengantar ini, akan didiskreditkan sebagai Syi’ah: hanya karena meriwayatkan ahlul-bait. Namun, kita yakin, zaman ini adalah zaman ilmu pengetahuan, zaman keterbukaan. Hanya orang-orang yang sempit pikirannya yang akan menyederhanakan persoalan dalam prasangka dan fanatisme mazhab. . Kecintaan pada ahlul-bait bukan monopoli Syi’ah. Seluruh kaum Muslimin diperintahkan untuk itu – apa pun mazhabnya.
Seperti diriwayatkan Muslim – dan dituliskannya juga dalam buku ini – keluarga Rasulullah s.a.w. adalah pusaka yang kedua (setelah Al-Quran) yang ditinggalkan Rasulullah s.a.w. untuk kaum Muslimin. . Rasulullah Saw bersabda, “Tidak akan bergeser telapak kaki anak Adam pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang 4 hal: dari usianya, untuk apa ia habiskan, dari tubuhnya, untuk apa ia rusakkan; dari hartanya, dari mana ia peroleh dan ke mana ia infaq-kan; dan dari kecintaan kepada kami ahlul-bait.” (Kanzul-Ummal 7: 212);diriwayatkan oleh Al-Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath). . Ibn Khalliqan dalam Wafiyat Al-A’yan bercerita tentang Al-Nasa-i, penulis kitab hadis Sunan Al-Nasa-i. Al-Nasa-i tiba di Damaskus. Ia didesak orang untuk meriwayatkan keutamaan Mu’awiyah. Kata Al-Nasa-i, “Aku tidak menemukan keutamaan Mu’awiyah kecuali sabda Rasul tentang dirinya – “Semoga Allah tidak mengenyangkan perutnya.” Banyak orang marah. Mereka mengeroyoknya, memukulinya sampai babak-belur Dalam keadaan parah, ia dibawa ke Al-Ramlah dan meninggal dunia di sana.
Ibnu Hajar di dalam Tandzib Al-Tandzib bercerita tentang Nashr bin Ali. Ia meriwayatkan hadis tentang keutamaan Hasan dan Husein: “Siapakah yang mencintai aku, mencintai keduanya, mencintai kedua orangtua mereka , ia bersamaku dalam derajat yang sama di hari kiamat.” Al-Mutawakkilmencambuknya 1.000 kali. .
Ja’far bin Abdul-Wahid berulang kali mengingatkan Khalifah: “Hadza min Ahlis-Sunnah” (Dia ini dari Ahlus Sunnah). Barulah Khalifah menghentikan hukuman cambuknya. . Hari ini, umat Islam telah demikian maju dan terbuka, sehingga – saya (Jalaluddin Rakhmat) berharap – penulis pengantar, penerbit, dan pembaca buku ini tidak mengalami nasib, seperti Al-Nasa-i dan Nashr bin Ali.
Ketika Karen Armstrong menulis Muhammad: Prophet of Our Time, ia mengisi salah satu babnya dengan ayat-ayat setan. Karena ia pernah belajar sastra inggris, Armstrong menggunakan teknik-teknik cerita yang dramatis. Seorang muslim Indonesia yang tinggal di Amerika terkagum-kagum dengan tulisan Armstrong. Ia dipuji sebagai orang barat yang memberikan pengertian yang benar tentang Nabi Muhammad dan agama Islam. Ketika ia membaca terjemahannya dalam bahasa Indonesia, ia membaca kata pengantar dari KH. Jalaluddin Rakhmat yang biasa di panggil dengan Kang Jalal ini.
“Saya baru tahu bahwa selama ini saya tidak bisa kritis membaca tarikh Nabi,” katanya dalam blognya di internet. Dalam pengantar buku itu Kang Jalal menulis: “Para penguasa politik menciptakan naratif Nabi yang sesuai dengan kepentingan politiknya. Para pendusta yang tampak saleh mencemari naratif Nabi dengan imajinasinya. Dongeng-dongeng mereka masuk ke dalam perbendaharaan hadis. Hadis adalah berita tentang perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifat –fisik dan mental — yang dinisbahkan kepada Nabi SAW. Hadis adalah bahan utama tarikh Nabi. Bila sebagian sumber hadis adalah rekaan para penguasa dan para pendusta, apa yang terjadi pada tarikh Nabi? Kita menemukan naratif Nabi yang tidak menggambarkan kesucian, kemuliaan, dan keagungan Nabi. Bayangkan biografi Anda ditulis oleh musuh-musuh Anda?
Kisah-kisah Nabi seperti itu bertebaran pada kitab-kitab hadis dan tarikh. Kaum Munafik membacanya dengan senang. Peneliti non-Muslim berusaha memahaminya dengan latar belakang kebudayaannya.” Jika kita tersinggung dengan naratif Salman Rushdie, kenapa kita tidak sakit hati dengan cerita-cerita Nabi yang melecehkan kemuliaannya; hanya karena kisah-kisah itu terdapat dalam kitab kuning atau disampaikan oleh ustaz-ustaz dan kiyai-kiyai yang soleh. Tentu saja tersinggung dengan mengadakan demonstrasi hanya akan mengantarkan penghina Islam dalam ketenaran global. Kisah itu akan terus diulangi.
Alih-alih logika kekuatan, kita harus menggunakan kekuatan kekuatan logika. Buktikan bahwa kisah-kisah itu tidak bisa dinisbahkan kepada Manusia Pilihan, yang disapa Tuhan dengan indah: Innaka la’ala khuluqin azhim! Sesungguhnya engkau di atas akhlak yang agung. Sebagaimana disebutkan dalam kata pengantar buku : Al-Mustafa edisi pertama (Buku yang ditulis oleh Kang Jalal), buku ini ditulis untuk mengembalikan kemuliaan dan kesucian Manusia Pilihan ke dalam cerita besar kita, Our grand narrative. Kaum mukmin yang sejati berusaha untuk menuliskan kisah hidupnya dengan pola kisah Nabi Saw. Celakalah dia, kalau kisah Nabi yang ditirunya, yang menjadi landasan misi hidupnya, adalah kisah yang keliru. Al-Mushthafa (buku kritik historis sirah nabawiyah versi Jalaluddin Rakhmat).
Tarikh Rasulullah saw sangat penting bagi kaum muslim. Tarikh merupakan kumpulan hadis. Dari hadis, orang-orang yang saleh mengambil sunah yang dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan merujuk kepada tarikh, kaum muslim menjalankan ibadahnya, mengembangkan akhlaknya, merencanakan perjuangannya, mengarahkan misi dan menetapkan tujuan hidupnya. Rasulullah saw. adalah Al-Mushthafa, manusia pilihan yang disucikan. Dibandingkan dengan semua nabi dan pendiri agama lainnya, pencatatan kehidupan Nabi Muhammad saw. adalah yang paling lengkap dan paling terperinci.
Sayangnya, dalam perkembangan zaman, orang-orang yang tidak bertanggung jawab telah memasukkan hal-hal yang tidak pantas ada pada diri Rasulullah ke dalam hadis. Berita-berita dusta dinisbatkan kepada Rasulullah saw. Orang awam yang saleh menganggap berita dusta itu hadis dan mereka beragama berdasarkan hadis yang dipercayainya. Untungnya, sepanjang sejarah muncul para ulama yang mengkritisi hadis dan tarikh Rasulullah saw., kadang-kadang dengan risiko dianggap mengingkari sunah Rasul. Jalaluddin Rakhmat melanjutkan upaya analisis kritis pada tarikh Rasulullah saw. dengan menggunakan metode historis berdasarkan aliran politik perawi hadis.
Ada beberapa hal yang perlu digugat :
1. Dampak Kebijakan Muawiyah terhadap hadis.
2. KERANCUAN PENGERTIAN HADIS DAN SUNAH Sunni.
3. Kerancuan Pengertian Hadis Sunni.
4. Pengujian Tarikh Nabi versi sunni dengan Al-Quran; Kritik Matan Hadis Kontradiksi.
5. Metode Historis dalam kritik Hadis dan Fungsi Analisis Historis.
6. Analisis Situasi Politik.
7. Analisis Aliran Politik.
Hal hal seperti ini akan menyadarkan kebenaran yang semestinya diketahui orang2 yang berhikmat terhadap agamanya.
KEKUASAN YANG TIDAK MENGIKUTI AL QURAN DAN RASULULLAH SAAW.
ALLAH ANCAM : LAKNAT DAN KUTUK MEREKA DALAM NERAKA JAHANAM
QURAN : MUHAMMAD [ 47 ].
22. Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?
23: 23. Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.
22: 25. Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.
AN NISSA [4] 4: 51. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang DI BERI BAHAGIAN DARI AL KITAB ? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut[309], dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
4: 52. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.
4: 53. Ataukah ada bagi mereka BAHAGIAN dari kerajaan (KEKUASAN ) ? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada manusia[310].
4. 54 ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia[311] yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya KERAJAAN /KEKUASAAN YANG BESAR .
PERHATIKAN KELUARGA MUHAMMAD DAN KELUARGA IBRAHIM
4: 55. Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.
4: 56. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka
ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka HANGUS, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
OLEH KARENA INI MENYANGKUT KELANGSUNGAN PERJALANAN UMMAT ISLAM KE DEPAN MAKA,KUAT SEKALI DARI SISI AL QURAN MAUPUN SUNNAH NABI,BAWHA SEMUA KEPUTUSAN TENTANG KEPEMIMPINAN HARUS BERDASARKAN AL QURAN DAN SUNNAH NABI.
(Syiahali/Sunni-Syiah/Islam-Quest/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email