Pesan Rahbar

Home » , , , » Media Sosial Jadi Lahan Maniak Seks Anak Mencari Mangsa

Media Sosial Jadi Lahan Maniak Seks Anak Mencari Mangsa

Written By Unknown on Wednesday, 30 July 2014 | 12:32:00


Terbuka lebarnya media social, ternyata menjadi lahan empuk bagi golongan penyakit seksual anak (pedoseksual). Hal ini diungkapkan Terre des Hommes Netherlands, Organisasi berbasis kepedulian hak anak.

Terre des Hommes Netherlands, menyatakan bahwa pedoseksual yang merupakan predator anak di media sosial ada di Indonesia, dan berpotensi berkembang.

“Posisi para predator anak ini ada di Indonesia, dan sangat berpotensi kejahatan ini terus meningkat,” kata Country Manager Terre des Hommes Netherlands, Sudaryanto, di kantornya, Jakarta, Kamis.

Ia menyatakan, pihaknya telah melakukan penelitian selama dua bulan dengan memanfaatkan karakter virtual bernama Sweetie yang dikendalikan para peneliti.

Para pedoseksual tersebut, menurut dia, secara jelas menyatakan ketertarikan mereka secara seksual, meski Sweetie mengaku usianya masih 10 tahun.

“Pada saat predator berinteraksi dengan gadis kecil virtual itu, para peneliti mengumpulkan identitas predator melalui media sosial untuk membuka samarannya,” kata Sudaryanto.

Hasilnya, ditemukan lebih dari 1.000 pedoseksual dari sekitar 65 negara dan sedikit-dikitnya ada tiga orang berdomisili di Indonesia yang ikut mengeksploitasi anak dengan praktik pariwisata seks anak melalui webcam atau webcam child sex tourism (WCST).

Para pedoseksual meminta anak untuk melakukan aksi seksual melalui webcam, hanya lima menit sejak percakapan di Internet dimulai.

Sudaryanto menyatakan bahwa kekhawatirannya terhadap pedoseksual itu dilandasi karena Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan tingkat kekerasan seksual terhadap anak-anak.
Media sosial yang biasanya digunakan para pedoseksual menjalankan aksinya adalah Facebook, Yahoo Messenger dan mobile Internet Relay Chat (mIRC).

Terre des Hommes Netherlands didirikan pada 1965 oleh sekelompok relawan. Awalnya lembaga yang berkantor pusat di Den Haag, Belanda, itu sebagai organisasi untuk memberikan bantuan darurat langsung kepada anak-anak.

Mandat dan kegiatan mereka kemudian bergeser ke dukungan struktural untuk menghentikan eksploitasi anak.

Sumber: siaga.co
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: