SUMBER: http://politik.kompasiana.com
Oleh Fajri Mursalin
Melanjutkan analisis saya. Hal yang akan
terjadi ke depannya adalah Tim Prabowo-Hatta kini menyadari tentang
bagaimana sebuah Partai yang ada di Koalisinya menjadi ancaman. Apatah
lagi dengan syarat yang begitu banyak diajukan Partai ini menjadi
penilaian tersendiri bahwa Partai ini benar-benar pragmatis. Akan tetapi
kondisinya pada waktu itu adalah Pak Prabowo membutuhkannya jumlah
suara Partainya untuk bisa mencukupi
ambang batas pengajuan Capres. Akhirnya dengan terpaksa Prabowo menerima
syarat yang diajukan Partai itu. Karena saya sangat yakin bahwa Pak
Prabowo dalam hal ini sangat tahu bahwa Partai ini menjadi ancaman bagi
kebhinekaan.
Dan analisis saya berangkat dari bergabungnya Partai Golkar yang sebelumnya dikira akan membentuk poros tengah dari dua poros yang terbentuk sebelumnya (Prabowo dan Jokowi). Setelah bergabungnya Golkar ke Kubuh Prabowo, akhirnya secara perlahan tidak begitu lagi mengharapkan Partai itu ada di koalisinya. Ini mengingat bahwa jatah kursi kementrian dan syarat yang mereka ajukan. Apatah lagi Golkar memilikih jumlah suara di parlemen lebih banyak ketimbang Partai itu dan belum mendapat jatah apa-apa. tentu akhirnya kita tahu bahwa Prabowo menjanjikan sebagai “Menteri Utama” untuk menyenangkannya sementara.
Akan tetapi, Prabowo baru sadar bahwa jabatan menteri utama sulit bahkan mustahil untuk bisa diwujudkan karena melanggar konstitusi neagara. Kecuali jika konstitusi dirombak. Sehingga saya sanagt curiga bahwa Petinggi Prtai Golkar pada waktu itu banyak yang menolak akan ini. Bahkan ada beberapa yang menganggapnya sebagai penghinaan. Tapi, Prabowo tentu tak tinggal diam. Sehingga akhirnya ia harus mereposisi jabatan-jabatan menteri yang telah dibagi ke Partai Koalisi yang telah bergabung sebelum Golkar datang. Dan ironisnya bahwa harus ada jatah Partai yang diambil kursi menterinya. Tentu akan ada Partai yang harus rela melepaskan jatah menterinya itu.
Namun,
karena saya yakin bahwa Partai yang ada disana tentu semua bersi keras
dan tak mau melepaskan jatah kursi menterinya kepada Golkar maka (mau
atau tidak mau) Partai ini mulailah bersiasat satu sama lain. Dan
kenyataan yang terjadi adalah satu Partai akhirnya akan dikorbankan
untuk dikeluarkan dari Koalisi. Toh, hitung-hitungannya adalah meskipun
tanpa Partai itu Koalisi Prabowo-Hatta tetap kuat dan besar dengan
masuknya Golkar. Apatah lagi melihat sejarah partai itu yang selama ini
juga tidak memiliki kaitan yang dekat dengan Gerindra. Buktinya adalah
pernyataan Partai ini sebelum resmi berkoalisi dengan Prabowo sebagai
berikut “Kita suka sama Jokowi, kita juga welcome sama Prabowo,
tapi mereka tidak lahir dari rahim umat,” kata Jubir PKS, Mardani Ali
Sera, kepada detikcom, Selasa (22/7/2013). (Linknya bisa dibaca http://news.detik.com/read/2013/08/27/120358/2341678/10/)
Olehnya,
Prabowo tentu akan lebih memilih Partai Golkar ketimbang Partai itu.
Sehingga secara perlahan yang terjadi adalah Kubuh Prabowo (Ring satu
Tim Pemenangan) kini memperlihatkan sikap anti terhadap pernyataan yang
selama ini dikeluarkan Partai ini.
Saya mencatat ada 3 hal sementara yang telah menjadi indikasi bahwa Partai itu diisyaratkan keluar dari Koalisi.
1. Partai ini pernah menyatakan ke media bahwa satu diantara alasan memilih berkoalisi dengan Prabowo adalah manifesto tentang agama yang dikeluatkan oleh Prabowo. (Manifesto ke-8. Jika Prabowo Presiden akan menjamin kemurnian agama). Tapi beberapa hati lalu, Partai Gerindra menyatakan bahwa akan menghapus manifesto itu dan menggantinya (direvisi). (Silakan baca linknya http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/02/269581854/Gerindra-Hapus-Manifesto-Pemurnian-Agama)
2. Partai ini menyatakan bahwa jika Prabowo presiden ini akan menjadi ancaman terhadap syiah dan ahmadiyah (berdasarkan manifesto pemurnian agama). Tapi Fadli zon lagi lagi membungkamnya dengan katakan bahwa Prabowo akan lindungi syiah dan ahmadiyah. (Silakan baca linknya http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/06/10/250803/janji-prabowo-lindungi-ahmadiyah-dan-syiah-akan-ditagih)
3. Partai ini getol menyerang kubuh Jokowi yang meminta sumbangan dari Rakyat dengan menyatakan bahwa itu mengemis dan sampai melaporkan bahwa itu gratifikasi. Dan bahkan sampai menyatakan akan keluar Koalisi jika Kubuh Prabowo melakukan hal serupa. Dan faktanya hari ini (13-06-2014) Kubuh Prabowo resmi membuka rekening untuk menerima sumbangan masyarakat. (silakan baca linknya http://www.jpnn.com/read/2014/06/05/238459/index.php?mib=berita.detail&id=238459&page=4)
Akhirnya,
setelah melihat 3 indikasi di atas maka tentu jelas bahwa dalam hal ini
PKS benar-benar telah diberikan alasan untuk keluar dari Koalisi.
1. Alasannya mendukung Prabowo karena manifesto pemurnian agama, kini telahn dinyatakan dihilangkan (direvisi) oleh GERINDRA.
2.
Ancaman mereka untuk mnertibkan syiah dan ahmadiya (yang dianggapnya
menodai agama islam), dengan tegas juga dinyatakan akan dilindungi oleh
Prabowo.
3.
Pernyataannya untuk keluar Koalisi jika Kubuh Prabowo meminta sumbangan
rakyat, juga akhirnya tidak dipedulikan oleh GERINDRA. Maka ini sinyal
kuat yang ingin mengatakan bahwa silakan PKS keluar dari Koalisi.
Post a Comment
mohon gunakan email