Penulis buku ini mengaku beliau adalah
pengikut Hasan bin `Ali As Saqqaf (السقاف) dari Jordan. Perkataan As
Saqqaf pada namanya berarti beliau berasal dari keluarga tersebut. Di
Malaysia keluarga ini di sebut sebagai Assagoff (di Indonesia disebut
Assegaf). Hasan As Saqqaf yang menjadi guru penulis berkenan, di
kalangan yang mengenalinya menyatakan dia seorang agak pro-Syiah. Dia
mengkafirkan para Shahabat yang terlibat dalam peperangan dengan ‘Ali.
Sebagaimana ada di kalangan rumpun tersebut di Malaysia dan Nusantara,
yang berpegang kepada Syi`ah. Beliau coba menonjolkan diri bahwa beliau
seorang Ahlus Sunnah dan bermazhab Al Imam Asy Syafi`i. Dalam masa yang
sama, beliau selalu menghantam secara lisan para Shahabat yang terlibat
dalam peperangan menentang Sayidina `Ali. Sementara dalam bukunya, Shahih Sifat Salat An Nabi
beliau menyebut: “Maka jelas bahwa hadits (kamu tidak akan sesat selagi
kamu berpegang dengan) “kitab Allah dan kaum keluargaku (Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam)” itulah yang shahih lagi tsabit di dalam Shahih Muslim,
adapun lafaz (berpegang) dengan kitab Allah dan sunnahku” adalah batil
dari segi sanad dan tidak shahih. Maka hendaklah para khatib, penceramah
dan imam meninggalkan lafaz ini..”[1]
Dalam buku Salafiyah Wahabiyah,
penulisnya mencatatkan nasihat gurunya itu, dengan katanya: “Aku
berpesan kepada engkau agar beriltizam dengan jalan ahli Al Haq dan Ahli
Bait (kaum keluarga)”[2].
Hasan As Saqqaf juga memarahi Ibnu Taimiyah karena menyatakan para
ulama sepakat bahwa Sayidina Abu Bakar dan `Umar lebih afdhal daripada
Sayidina `Ali. Muridnya yang menulis buku ini turut membuat bantahan
yang sama dalam buku tersebut.[3] Walaupun begitu coba menyembunyikan racun Syiahnya, tetapi ianya tetap dapat dicium oleh orang lain.
Oleh karena di dalam Ahlus Sunnah, Ibnu
Taimiyah adalah tokoh yang paling hebat mempertahankan aqidah Ahlus
Sunnah dan menyerang hujah-hujah Syi`ah, maka cara terbaik untuk
mempertahankan Syi`ah adalah dengan menghantam habis-habisan Ibnu
Taimiyah. Hantaman itu pula akan dilihat lebih mantap dengan menggunakan
nama Ahlus Sunnah itu sendiri. Ini dengan cara diselewengkan
fakta-fakta ulama, membuat pengkhianatan ilmiah dan membohongi pembaca
yang tidak mampu membuat penyelidikan. Tokoh pendakwah Islam yang
terkenal di kurun ini, Maulana Abu Al Hasan `Ali An Nadwi berkata dalam
bukunya yang ditulis khusus mengenai sejarah perjuangan Ibnu Taimiyah
sebagai tokoh pemikir dan dakwah yang hafizh, berjudul “Al Hafizh Ahmad
bin Taimiyah (الحافظ أحمد بن تيمية): ”Sesungguhnya Al Imam Ibnu Taimiyah
telah bangkit menjawab Syi`ah dalam banyak tempat dalam buku-bukunya.
Dia telah benar-benar menunaikan tanggungjawab dengan kuatnya
mempertahankan sunnah, aqidah Ahlus Sunnah, Al Khulafa Al Rasyidin dan
para Shahabat yang mulia Radhiyallahu ‘Anhum. Di samping itu, dia
mengkhususkan menjawab Syi`ah dalam sebuah kitab khusus, dinamakan “Minhaj As Sunnah An Nabawiyah fi Naqd Kalam Asy Syi`ah wa Al Qadariyah” (Artinya: Jalan Sunnah Nabi dalam menolak pendapat Syi`ah dan Qadariyah).[4]
Maka, kita akan dapati Hasan As Saqqaf begitu marah kepada buku “Minhaj As Sunnah An Nabawiyah fi Naqd Kalam Asy Syi`ah wa Al Qadariyah
منهاج السنة النبوية في نقد كلام الشيعة والقدرية., karya agung Ibnu
Taimiyah tersebut. Namun beliau mempermasalahkannya dengan caranya yang
seolah-olah membela Ahlus Sunnah. Dalam buku “Salafiyah Wahabiyah”,
penulisnya juga menghantam kitab Ibnu Taimiyah tersebut berkali-kali
sebagai mengikut jejak langkah gurunya itu dengan tuduhan sesat dan yang
seumpamanya.
Kata Maulana Abu Al Hasan An Nadwi lagi:
“Siapa yang ingin melihat lautan ilmu Ibnu Taimiyah, keluasan
pandangannya, penguasaannya, kekuatan hafalannya, ingatannya terhadap
masalah-masalah (yang di bahaskan), kematangannya, ketelitiannya,
kebijaksaannya dan kegemilauannya, maka bacalah kitab tersebut.”[5]
Cobalah lihat perbedaan dan bandingkan
antara dua sikap, Maulana Abu Al Hasan `Ali An Nadwi Rahimahullah
seorang tokoh umat dan pendakwah yang dikagumi. Sementara yang seorang
lagi seorang yang mengaku Ahlus Sunnah, namun menyembunyikan racun
Syi`ahnya. Ini diikuti oleh murid Melayu-nya yang menulis buku Salafiyah Wahabiyah.
Saya meyakini, penulis buku tersebut tidak membuat sembarang kajian
melainkan menciduk sepenuhnya dari gurunya itu dan menterjemahkannya ke
dalam bahasa Melayu. Siapa yang membaca tulisan Hasan As Saqqaf, akan
mengetahui bahwa beliau menjadikan kebohongan fakta sebagai mainan
tulisannya. Ini diikuti oleh murid Melayu tersebut. Maka pengkhianatan
ilmu jelas pun pribadi. Pengkhianatan yang diwarisi dari sikap para
penulis yang ikut-ikutan dengan rentak orientalis dan tokoh-tokoh
Syi`ah. Saya akan perlihatkan contoh-contohnya untuk para pembaca secara
ringkas.
Post a Comment
mohon gunakan email