Pesan Rahbar

Home » » Sayidah Zainab, Teladan Umat Manusia

Sayidah Zainab, Teladan Umat Manusia

Written By Unknown on Sunday, 6 July 2014 | 12:31:00

Mengenal Ahlul Bait:
Sayidah Zainab, Teladan Umat Manusia

Sayidah Zainab adalah wanita yang memiliki wawasan dan pandangan tinggi. Sejarah hidup beliau menjadi teladan bagi Muslimah maupun wanita non muslim. Di antara keutamaan wanita suci ini adalah ketinggian dan keluasan ilmunya. 



Sayidah Zainab al-Kubra dilahirkan di Madinah pada 5 Jumadil Awal tahun 5 Hijriah.
Ketika Sayidah Zainab lahir, Sayidah Fathimah Zahra as. Berkata kepada Amirul
Mukminin as., "Karena ayahku tengah bepergian, tolong beri nama bagi anak
ini. "Imam Ali as. Menjawab, "Aku tidak mau mendahului ayahmu."
 
Setelah tiga hari berlalu, Rasulullah saw, pulang dari perjalanan. Sebagaimana biasa,
pertama Rasulullah saw  datang ke rumah Sayidah Fathimah Zahra as.
Kemudian beliau berkata, "Anak-anak Fathimah adalah anak-anakmu."
 Rasulullah saw menunggu wahyu untuk memberi nama bayi tersebut. Kemudian
Jibril turun dan berkata, "Allah menyampaikan salam untukmu, dan dia
berfirman, ‘Beri anak ini nama Zainab, sebagaimana yang telah Kami tulis di
Lauh Mahfuz." 
 
Kemudian Rasulullah saw mencium Sayidah Zainab dan berkata, "Aku berpesan kepada
umatku, baik yang hadir maupun yang tidak hadir, untuk menghormati anak
perempuan ini. Karena dia sebanding dengan Khadijah Kubra." Kemudian
Rasulullah saw. mendekap Sayidah Zainab di dadanya dan meletakkan wajahnya yang
mulia di wajahnya. Tiba-tiba Rasulullah saw menangis. Begitu banyak air mata
yang mengalir hingga membasahi janggutnya. Sayidah Fathimah as. bertanya,
"Duhai ayah, mengapa engkau menangis?" Rasulullah saw. bersabda,
"Setelah kepergianku, anak ini akan mendapat musibah yang
bermacam-macam." Mendengar itu, Sayidah Fathimah as. pun menangis. 
 
Pesan Rasulullah kepada umatnya untuk menghormati Sayidah Zainab karena beliau ini
serupa dengan Khadijah al-Kubra adalah dikarenakan peran Sayidah Zainab tak
berbeda jauh dengan peran nenek buyutnya tersebut. Jika Sayidah Khadijah sejak
awal penyebaran Islam banyak menderita cobaan dan kesulitan serta dengan penuh
berani membela agama ini, Sayidah Zainab pun dengan kesabaran dan
pengorbanannya yang tinggi menanggung tekanan yang besar dan berjuang mencegah
kehancuran Islam.
 
Sayidah Zainab adalah wanita yang memiliki wawasan dan pandangan tinggi. Sejarah hidup
beliau menjadi teladan bagi Muslimah maupun wanita non muslim. Di antara
keutamaan wanita suci ini adalah ketinggian dan keluasan ilmunya. Dalam sejarah
disebutkan bahwa ketika Sayidah Zainab sa bersama keluarganya tinggal di Kufah
di masa pemerintahan Imam Ali as., para lelaki penduduk Kufah mendatangi Iman
Ali as dan memohon kepada beliau supaya putrinya, Sayidah Zainab sa,
mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada istri dan anak-anak perempuan mereka. Iman
Ali as, menerima permohonan tersebut dan Sayidah Zainab sa pun mengajari
mereka. Sejarah membuktikan dalam tempo empat tahun atau lebih, banyak para
perempuan yang berguru dan belajar kepada beliau.
 
Pada suatu hari Iman Ali as mendengar Sayidah Zainab sa mengajarkan tafsir
huruf-huruf muqatta'ah (yang terpotong-potong) dari al-Qur'an. Khususnya
tentang huruf permulaan surat Maryam, yaitu huruf "Kaaf, Haa, Yaa, Ain
Shaad". Seusai mengajar, Imam Ali as mendatangi beliau dan berkata kepadanya:
"Wahai cahaya mataku, tahukah bahwa huruf-huruf ini (Kaaf, Haa, Yaa, Ain,
Shaad) merupakan kunci rahasia peristiwa yang akan menimpa engkau dan saudaramu
Husain di padang Karbala?" Setelah itu lantas Imam Ali as menjelaskan
secara terperinci kepada beliau tentang tragedi Asyura yang akan menimpanya.
 
Poin penting lain terkait Sayidah Zainab adalah ketegasan beliau dalam mengambil
keputusan dalam berbagai kondisi. Beliau dengan baik mengetahui kapan harus
berbicara dengan lembut dan kapan harus tegas. Kapan harus mencucurkan air mata
dan kapan harus mengedepankan akal serta rasio. Pidato tegas dan berapi-api
Sayidah Zainab di istana Yazid bin Muawiyyah di saat kepala suci sudaranya,
Imam Huseain berada di depannya menunjukkan kemampuan beliau tersebut. 
 
Para pakar terkait hal ini menulis, "Sikap dan reaksi Sayidah Zainab terhadap
musuh sangat mencengangkan. Beliau sangat keras menghadapi musuh, padahal
mereka tengah berada di puncak kekuasaan. Zainab adalah singa Bani Hasyim.
Dengan suara lantang dan kefasihannya dalam berpidato, Zainab berhasil
menggetarkan istana Bani Umayyah yang zalim. Pidatonya yang berapi-api telah
membuat malu Yazid dan kambrat-kambratnya."
 
Salah satu keutamaan Sayidah Zainab adalah keberaniannya yang besar. Sikap beliau
saat menghadapi musuh membuat banyak orang tercengang. Dengan sepenuh hati,
Sayidah Zainab bangkit memerangi penguasa zalim. Zainab yang juga dikenal
sebagai Singa Betina Bani Hasyim, layaknya kaum pria berteriak dihadapan musuh,
menghina mereka dan melecehkannya. Ia tidak pernah merasa takut. Ia tidak takut
menyaksikan kilatan pedang para pembunuh yang belepotan darah. 
 
Sayidah Zainab saat berada di istana Ibnu Ziyad, gubernur Kufah duduk di pojok dan diam
tanpa menghiraukan pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Sikap beliau ini
merupakan pelecahan terhadap Ibnu Ziyad. Sayidah Zainab tak takut menghina Ibnu
Ziyad dan menyebutnya fasid dan bejat. Beliau berkata, "Segala puji bagi
Allah yang memuliakan kami dengan kenabian Muhammad dan membersihkan kami dari
segala kekotoran. Kalau kamu bilang kami dipermalukan, sesungguhnya yang
dipermalukan adalah orang yang fasik. Kalau kamu bilang kami berbohong,
sesungguhnya pelaku kezalimanlah yang berbohong, bukan kami dan segala puji
bagi Allah."
 
Saat berada di istana Yazid bin Muawiyah, Sayidah Zainab pun melontarkan perkataan
pedas terhadap penguasa zalim, pembunuh cucu Rasulullah ini. Yazid dalam
pandangan Sayidah Zainab adalah manusia yang sangat rendah dan hina sehingga
tidak layak menjadi orang yang diajak bicara oleh beliau. Tapi beliau terpaksa
berbicara dengan Yazid seraya mengatakan, "Bila musibah menyeretku ke sini
dan terpaksa harus bicara denganmu, ketahuilah posisimu di mataku sangat rendah
dan terhina. Sehingga sulit bagiku untuk menegur dan mengritikmu. Tapi aku
harus bagaimana? Mata-mata kami menangis dan dada-dada kami terbakar.
 
Kriteria agung lain Sayidah Zainab adalah kesabaran tinggi beliau. Sayidah Zainab harus
menanggung dan menyaksikan peristiwa terberat, terparah dan paling menyakitkan
sepanjang sejarah, yakni tragedi pembantaian saudara dan keluarganya, Imam
Husain as di Padang Karbala. Ketika Imam Husain as dan 72 sahabat-sahabatnya
gugur di Padang Karbala, segala kesulitan dan beban berat ini berada di pundak
Sayidah Zainab. Selain itu, beliau juga harus mengurus sisa-sisa keluarga
Rasulullah yang selamat dari pembantaian mulai dari Karbala hingga ke Syam dan
dari Syam hingga ke Madinah.
 
Sayidah Zainab menyikapi tragedi Karbala dengan penuh kearifan. Sejak terjadinya tragedi
Karbala hingga hari wafatnya, Sayidah Zainab satu kali pun tidak pernah
mengucapkan kekesalan dan pengaduannya. Meski menghadapi peristiwa berat dan
mengenaskan di Padang Karbala, Sayidah Zainab senantiasa bersyukur kepada Allah
Swt. Peristiwa ini sangat terkenal ketika beberapa hari setelah tragedi
Karbala, Ibnu Ziyad di istananya dengan penuh celaan berkata kepada Sayidah
Zainab, Kini bagaimana kamu melihat apa yang diperbuat Allah kepada keluargamu?
Artinya kini kamu lihat kami yang dimenangkan Allah dan kalian sekeluarga
hancur dengan tubuh yang tercabik-cabik. Dengan tenang Sayidah Zainab menjawab,
"Aku tidak menyaksikan kecuali keindahan."
 
Diantara kriteria agung lainnya Sayidah Zainab adalah pengorbanan dan sifat
pemaaf beliau. Zainab lahir dalam keluarga yang dipuji Allah Swt karena sikap
pemaaf dan pengorbanan mereka. Dalam surat al-Insan ayat 8-9, Allah berfirman
yang artinya, "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. 
 
Suatu hari Imam Ali as membawa tamu ke rumahnya dan ingin menjamunya. Ketika Imam Ali
as bertanya kepada Sayidah Fatimah adakah makanan di rumah untuk dihidangkan
kepada tamu. Sayidah Fatimah berkata, tidak ada makanan yang tersisa kecuali
sedikit makanan yang aku sisakan untuk Zainab. Saat itu, Sayidah Zainab yang
baru berusia empat tahun, kepada ibunya berkata, "Ibu! Berikan makananku
kepada tamu. 
 
Puncak pengorbanan Sayidah Zainab dapat disaksikan di Padang Karbala di hari kesepuluh
Muharram (Asyura). Hari itu, Zainab menyerahkan segala miliknya dengan ikhlas
kepada Allah. Pagi hari Asyura, Zainab dengan membawa dua anaknya, Muhammad dan
Aun, mendatangi Imam Husain as dan berkata, "Kakekku Ibrahim menerima
kurban Allah sebagai ganti dari mengorbankan Ismail. Saudaraku, hari ini
terimalah dua kurbanku ini. Dan jika kewajiban jihad tidak dicabut bagi kaum
wanita, aku akan korbankan ribuan kali jiwaku demi orang yang aku cintai. Dan
aku akan meminta dianugerahi kesyahidan ribuan kali."
 
Saat itu, Sayidah Zainab berkata, "Aku menginginkan anak-anakku maju terlebih
dahulu ke medan perang dari keponakan-keponakanku." Ketika dua anak Zainab
ini mereguk cawan syahadah setelah bertempur dengan musuh dan jenazah keduanya
yang berlumuran darah dibawa ke samping kemah, seluruh wanita keluar dari kemah
menyambutnya, namun Sayidah Zainab tidak keluar dari kemahnya demi menjaga
jangan sampai Imam Husain merasa malu menyaksikan dirinya.





Pengorbanan Sayidah Zainab tidak hanya sebatas itu, di detik-detik akhir dzuhur hari
Asyura, ketika berada atas kepala terpenggal saudaranya (Imam Husain as), Singa
Betina Bani Hasyim ini berkata, "Ya Allah! Terimalah hadiah dan kurban
Ahlul Bait Nabi-Mu ini." Munajat Sayidah Zainab ini menunjukkan puncak
keikhlasan dan pengorbanan beliau kepada dunia.


Sumber: http://www.abna.co/data.asp?lang=12&Id=514253
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: