Sultan Muhammad I dilahirkan pada tahun 781 H/ 1379 M.[1]
Dia menjadi penguasa pemerintahan Utsmani sepeninggal ayahnya, Bayazid
I. Dalam sejarah, dia dikenal dengan sebutan Muhammad Jalabi. Sosok
Muhammad memasuki arena politik ketika kondisi pemerintahan Utsmani
terpuruk, pasca kekalahan dalam perang Ankara melawan Timurlenk.
Dia bertubuh tinggi sedang, wajah
bundar, kedua alisnya bersatu, berkulit putih, kedua pipinya merah,
berdada bidang, memiliki tubuh yang kuat dan sangat dinamis. Muhammad
adalah sosok yang sangat pemberani, dia seorang pegulat yang kuat dan
mampu menarik busur anak panah yang paling kuat sekalipun. Pada saat
memerintah, dia telah ikut terjun dalam 24 peperangan dan di tubuhnya
ada 40 bekas luka.[2]
Muhammad I, mampu meredam perang saudara
antar putra-putra Bayazid, berkat kemampuan serta kecerdikan tinggi
yang Allah karuniakan kepadanya. Dengan cerdas, dia mampu menundukkan
saudara-saudaranya satu demi satu, samapai akhirnya kekuasaan jatuh ke
tangannya. Dalam masa pemerintahan yang berlangsung selama 8 tahun, dia
mampu membangun kembali pemerintahan Utsmani dan mengokohkan
sendi-sendinya.[3] Sebagian sejarawan menganggap, bahwa Muhammad I adalah “pendiri kedua” pemerintahan Utsmani.[4]
Satu keunggulan yang sangat berkesan
dari tabiat Sultan Muhammad I, bahwa dia mampu menggabungkan TEKAD kuat
dengan KESABARAN tinggi dalam menghadapi tekanan dari pihak-pihak yang
terus menggoyang keutuhan pemerintahan Utsmani. Tatkala melakukan
penyerbuan ke negeri Raja Karman yang sebelumnya telah menyatakan
merdeka, dia memberinya ampunan setelah bersumpah dengan menggunakan
Al-Qur’an, bahwa dia tidak akan melakukan pengkhianatan kembali kepada
pemerintahan Utsmani. Kemudian dia memberikan ampunan kedua kalinya,
tatkala dia mengingkari janji untuk kedua kalinya.[5]
Siasat demikian dia lakukan, dalam
rangka menjaga wibawa pemerintah Utsmani, sekaligus “mengulur waktu”
untuk melakukan pembangunan pemerintahan Utsmani dan konsolidasi
internal. Untuk menyempurnakan strateginya, Sultan Muhammad melakukan
kesepakatan damai dengan Kaisar Byzantium dan mengajaknya bersekutu. Dia
pun mengembalikan beberapa kota yang berada di tepi Laut Hitam dan
Thessalie kepadanya. Selain itu, dia melakukan perjanjian damai dengan
pemerintah Venesia setelah kekalahan pasukan lautnya di hadapan
Clitopoli. Dia mampu meredam semua fitnah dan pemberontakan yang timbul
di Asia dan Eropa; serta dia mampu menaklukkan beberapa negeri Asia yang
didukung oleh Timurlenk dan negeri-negeri ini kembali tunduk di bawah
pemerintahannya.[6]
Dari sisi kepribadian, Sultan Muhammad I
sangat menyukai syair, adab dan seni. Disebutkan, bahwa dia adalah
Sultan Utsmani pertama yang mengirimkan hadian tahunan kepada penguasa
Makkah. Hadiah itu lebih dikenal dengan sebutan “pundi uang”. Uang
tersebut diberikan ke penguasa disana untuk dibagikan kepada kaum
fakir-miskin di Makkah dan Madinah.[7]
Rakyat sangat senang kepada Sultan
Muhammad I. Mereka menggelarinya sebagai “Al Bathol” (sang Pahlawan).
Gelar itu diberikan berkat amal-amal sosialnyan yang banyak dan
keberanian tanpa pilih tanding. Sebagaimana tindakan-tindakan yang
mulia, kejeniusan yang produktif, serta intuisi kepemimpinan unik;
sehingga dalam memimpin pemerintahan Utsmani tercipta keamanan. Begitu
pula sikapnya yang baik, lembut, kecerdikan, serta rasa cinta yang
tinggi terhadapa keadilan dan kebenaran; hal itu membuat rakyat negeri
Utsmani mencintainya. Rasa cinta dan kagum inilah yang mambuat mereka
member Sultan Muhammad I gelar Jalabi. Gelar itu memiliki makna
kehormatan, dimana di dalamnya terkandung keberanian dan sifat kesatria.
Banyak Sultan Utsmani yang memiliki
kemasyhuran lebih dari Sultan Muhammad. Namun demikian, dia bisa
dianggap Sultan Utsmani yang paling baik. Para sejarawan Timur dan
Yunani mengakui, jiwa kemanusiaannya begitu tinggi. Sementara para
sejarawan Utsmani menganggapnya, laksana seorang nakhoda cekatan yang
mampu mengendalikan kapal (pemerintahan Utsmani) tatkala kapal itu
berada di tengah ancaman badai (serangan pasukan Timurlenk dan perang
internal). [8]
[1] Akhtha’ Yajibu An Tushahhah (Al Daulah Al Utsmaniyah), hlm. 33
[2] As-Salathin Al-Utsmaniyun, hlm. 41
[3] Muhammad Al-Fatih, hlm.37
[4] As-Salathin Al-Utsmaniyun, hlm. 41
[5] Tarikh Al-Daulah Al Utsmaniyah, hlm.249
[6] Muhammad Al-Fatih, hlm.37
[7] Al Daulah Al’Aliyah Al Utsmaniyah, hlm.152
[8] Fi Ushul Al-Utsmaniyun, hlm.41
Post a Comment
mohon gunakan email