Pesan Rahbar

Home » » Wahabi itu Penyebar Fitnah Dan Menjadikan Mereka teroris Serta Membantai Para Muslim. Hati-hati terhadap Isyu Syi’ah Bukan Islam, Akhirnya Sunni juga Dibantai

Wahabi itu Penyebar Fitnah Dan Menjadikan Mereka teroris Serta Membantai Para Muslim. Hati-hati terhadap Isyu Syi’ah Bukan Islam, Akhirnya Sunni juga Dibantai

Written By Unknown on Monday 21 July 2014 | 21:55:00


Saat ini hanya MUI Jatim yang menyatakan Syi’ah itu sesat. Tapi pimpinan para Ulama NU dan Muhammadiyyah tidak menyetujuinya:
http://nasional.kompas.com/read/2012/09/07/09330267/Din.Muhammadiyah.Keberatan.Fatwa.Sesat.Syiah

*****

Din: Muhammadiyah Keberatan Fatwa Sesat Syiah.

Jumat, 7 September 2012 | 09:33 WIB 
JAKARTA, KOMPAS.com — Pengurus Pusat Muhammadiyah menegaskan keberatannya atas fatwa sesat Syiah yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, fatwa tersebut justru akan memicu tindakan intoleransi yang tidak sesuai dengan semangat Islam. 

"Atas dasar apa MUI Jatim mengeluarkan fatwa itu? Baik Sunni maupun Syiah adalah sama-sama Muslim karena masih berada di lingkaran syahadat. Menurut kami, yang mempercayai syahadat itu otomatis Islam, apa pun mazhabnya," ujar Din, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (6/9/2012) malam.

Menurutnya, baik Syiah maupun Sunni pasti mempunyai keunggulan dan kekurangan. Kedua hal itu, lanjutnya, harus disikapi dengan mengedepankan rasa saling menghargai dan toleransi satu sama lain. Kemunculan dua mazhab itu, kata Din, setelah Nabi Muhammad SAW sehingga dapat dipandang sebagai pandangan kritis dalam memaknai Islam. Oleh karena itu, menurutnya, hal itu tidak perlu dipertentangkan. 

"Hal yang perlu diingat adalah bagimu pendapatmu dan bagiku pendapatku, mari kita bertoleransi," kata Din.

Ia pun berharap fatwa tersebut dapat dicabut.

Sebelumnya, MUI Jatim tetap pada pendirian tidak akan mencabut fatwa sesat Syiah dengan nomor keputusan 01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiah di Indonesia. Alasannya, fatwa itu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ajaran Syiah. MUI Jatim berdalih fatwa tersebut sebenarnya untuk memperkuat fatwa MUI Pusat tahun 1984. Dalam fatwa itu, MUI menegaskan agar masyarakat mewaspadai aliran Syiah.

MUI Jatim turut berpendapat, seorang presiden pun tidak memiliki kuasa mencabut fatwa kesesatan Syiah.

"Bahkan Presiden pun tidak bisa mencabut fatwa kesesatan Syiah," tegas Sekretaris MUI Jawa Timur, M Yunus, Kamis (6/9/2012).


Penulis: Aditya Revianur
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
*****
Ada pun MUI pusat tidak sampai mengeluarkan FATWA Syi’ah sesat. Tapi cuma REKOMENDASI (beda dgn fatwa) dan tidak ada kata SESAT DAN MENYESATKAN DI SITU. Banyak kaum Takfir memutar balikkan ini:

http://media-islam.or.id/2012/01/11/rekomendasi-mui-tentang-syiah/
*****

Rekomendasi MUI Tentang Syi’ah.

Berikut Rekomendasi MUI (bukan Fatwa) tentang Syi’ah: Faham Syiah.


بسم اللّه الرحمن الرحيم

Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M merekomendasikan tentang faham Syi’ ah sebagai berikut:
Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jamm’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia.
Perbedaan itu di antaranya :

1. Syi’ah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu Bait, sedangkan Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu mustalah hadis.
2. Syi’ah memandang “Imam” itu ma ‘sum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).
3. Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ ah mengakui Ijma’ tanpa mensyaratkan ikut sertanya “Imam”.
4. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) memandang dari segi kemaslahatan umum dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi da’wah dan kepentingan umat.
5. Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).
Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah” (pemerintahan)”, Majelis Ulama Indonesia menghimbau kepada umat Islam Indonesia yang berfaham ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah
Ditetapkan : Jakarta, 7 Maret 1984 M
4 Jumadil Akhir 1404 H

KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua
ttd
Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML
Sekretaris
ttd
H. Musytari Yusuf, LA

Sumber: http://mui.or.id/index.php?option=com_docman&task=search_result&Itemid=73
Fatwa MUI/Bidang Aqidah dan Aliran Keagamaan
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/12/fatwa-mui-tentang-syiah.htm

Meski masyarakat banyak yang mengira tulisan di atas Fatwa, namun bukan. Itu rekomendasi.
Berikut penjelasan dari beberapa Ketua MUI:
http://www.sabili.co.id/indonesia-kita/mui-tak-punya-fatwa-sesat-tentang-syiah

MUI Tak Punya Fatwa Sesat tentang Syiah.

JUMAT, 10 JUNI 2011 16:49 DWI HARDIANTO.

Namun, sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai kumpulan ulama yang mayoritas berpaham Sunni, tidak memiliki fatwa kesesatan Syiah.
“Pada tahun 1984, MUI hanya mengeluarkan himbauan paham Syiah. Yang Saat itu ditandatangani oleh Prof Ibrahim Hosen,” papar Ketua MUI KH Kholil Ridwan pada diskusi tentang ajaran Syiah di Masjid Al-Furqan, Komplek Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Kramat Raya, Jakarta (10/6/2011).
Dikatakan Kholil, anggota MUI bersifat heterogen sehingga banyak kepentingan yang diakomodir, salah satunya ada yang membela kepentingan Syiah. “Di MUI ada ulama yang membela kepentingan Syiah sehingga tidak ada fatwa sesat Syiah,” katanya.
====
http://www.metrotvnews.com/index.php/read/newsvideo/2012/01/01/142507/MUI-Syiah-Tak-Sesat/3

MUI Mengatakan: Syiah Tak Sesat.

Nasional / Minggu, 1 Januari 2012 16:01 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta:Majelis Ulama Indonesia (MUI) tak pernah memberi fatwa ajaran Syiah adalah sesat. MUI bahkan menyayangkan peristiwa pembakaran pondok pesantren Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur.
“Saya katakan, MUI berprinsip pertama, Mazhab Syiah tidak sesat. Karena ada yang mengatakan Syiah sesat. kedua, mazhab Ahl As-sunnah wal Jamaah (Sunni) dan Syiah adalah mazhab besar dalam dunia Islam. Bahkan, dalam pertemuan internasional yang dihadiri ulama Sunni juga dihadiri ulama Syiah,” kata Ketua MUI Umar Shihab di Jakarta, Ahad (1/1)
=====
Pandangan FPI (Front Pembela Islam) soal Syi’ah dan Wahabi. Patut diketahui, menurut Ustad Arifin Ilham, Habib Rizieq Syihab ternyata seorang DOKTOR di bidang Ilmu Syari’ah. Jadi ilmu beliau cukup dalam. Beliau juga pengurus organisasi Keturunan Ahlul Bait Rabithoh yang meski mayoritas Sunni, namun ada juga Syi’ah yang minoritas. Jadi tahu langsung soal Syi’ah dari penganutnya. Bukan dari katanya..katanya… atau sekedar copy paste dari internet:
http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98

Sikap FPI Terhadap SYI’AH Dan WAHABI.

SENIN, 15 FEBRUARI 2010 | 16:43 WIB
Sehubungan dengan bermunculan beragam macam pertanyaan bahkan fitnah dan tuduhan dalam berbagai blog mau pun facebook di dunia maya tentang aqidah FPI, ditambah lagi banyaknya desakan dari berbagai pihak agar FPI menyampaikan sikapnya secara terbuka tentang SYI’AH dan WAHABI. Maka kami redaksi fpi.or.id berinisiatif untuk menukilkan pernyataan Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA, saat DIKLAT Sehari FPI di akhir tahun 2009 yang lalu berkaitan dengan ASASI PEJUANGAN FPI yang terkait asas, aqidah, dan madzhab Organisasi.
FPI adalah organisasi AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR yang berasaskan ISLAM dan ber-aqidahkan AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH serta bermadzhab fiqih SYAFI’I. Jadi, FPI bukan SYI’AH atau pun WAHABI.

SYI’AH.

Pandangan FPI terhadap SYI’AH sebagai berikut : FPI membagi Syi’ah dengan semua sektenya menjadi TIGA GOLONGAN ; Pertama, SYI’AH GHULAT yaitu Syi’ah yang menuhankan/menabikan Ali ibn Abi Thalib RA atau meyakini Al-Qur’an sudah di-TAHRIF (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Syi’ah golongan ini adalah KAFIR dan wajib diperangi.

Kedua, SYI’AH RAFIDHOH yaitu Syi’ah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar RA dan Umar RA atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti ‘Aisyah RA dan Hafshah RA. Syi’ah golongan ini SESAT, wajib dilawan dan diluruskan.

Ketiga, SYI’AH MU’TADILAH yaitu Syi’ah yang tidak berkeyakinan Ghulat dan tidak bersikap Rafidhah, mereka hanya mengutamakan Ali RA di atas sahabat yang lain, dan lebih mengedapankan riwayat Ahlul Bait daripada riwayat yang lain, secara ZHOHIR mereka tetap menghormati para sahabat Nabi SAW, sedang BATHIN nya hanya Allah SWT Yang Maha Tahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Syi’ah golongan inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Sa’id Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah dan lainnya, sebagai salah satu Madzhab Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syi’ah golongan ketiga ini mesti dihadapi dengan DA’WAH dan DIALOG bukan dimusuhi.

Dengan demikian, FPI sangat MENGHARGAI PERBEDAAN, tapi FPI sangat MENENTANG PENYIMPANGAN. Oleh karena itu semua, FPI menyerukan kepada segenap Umat Islam agar menghentikan/membubarkan semua majelis/mimbar mana saja yang secara terbuka melecehkan/menghina/menistakan Ahlul Bait dan Shahabat Nabi SAW atau menyebarluaskan berbagai KESESATAN atau melakukan PENODAAN terhadap agama, lalu menyeret para pelakunya ke dalam proses hukum dengan tuntutan PENISTAAN AGAMA. (redaksi fi.or.id/adie)
fpi.or.id/adie
====

Beda Syi’ah dengan Alawiy.

Hidayatullah.com. Adanya sebagian dari kalangan alawiyin (Arab keturunan sayyid yang menisbatkan diri sebagai keturuan Rasulullah SAW dari jalur Fatimah Ra) yang menganut Syi’ah, menimbulkan persepsi sebagian masyarakat, bahwa kaum alawiyin atau habaib identik dengan Syi’ah.

Namun, anggapan ini dibantah oleh Rabithah Alawiyah, satu-satunya organisasi resmi kalangan alawiyyin di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1928 di Jakarta. Salah seorang ketua Rabithah yang juga Ketua Umum Front Pembela Islam, Habib Muhammad Rizieq Shihab menjelaskannya secara singkat saat Suara Hidayatullah mengunjunginya di rumah tahanan Polda Metro Jaya, awal Maret lalu.

“Jangan samakan alawiyyin dengan Syi’ah. Itu menyinggung semua habaib, karena tidak semua habaib itu Syi’ah. Ana (saya) bukan Syi’ah,” jawab Rizieq.

Memang, ada sebagian habaib yang menganut Syi’ah, tapi prosentasenya sangat kecil, tidak sampai sepuluh persen. Pengurus Rabithah sendiri, kata Rizieq, bebas dari Syi’ah. Semuanya Sunni.

Rizieq menjelaskan, alawiyyin terbagi menjadi dua, yakni alawiyyin nasaban dan alawiyyin madzhaban. Alawiyyin madzhaban itu yang Syiah. Mereka bermadzhab Alawiy. Sedang alawiyyin nasaban, yakni nasabnya atau silsilahnya dari Ali bin Abi Thalib Ra. yang bermadzhab Syafi’i. Yang berasal dari Hadramaut, Yaman, termasuk alawiyyin nasaban.

Meski demikian, kata Rizieq, secara nasab sebagian pengikut Syi’ah tadi memang alawiy. Mereka memang berasal dari Hadramaut tapi tidak secara langsung hijrah ke Indonesia. Sebagian mereka hijrah dahulu ke Irak ataupun Iran sebelum berlabuh di Indonesia.

Menurut Rizieq, Rabithah mengambil sikap dialogis menanggapi para alawiyyin Syi’ah tersebut. Tidak konfrontif. Hal ini dikarenakan para alawiyyin Syi’ah tersebut termasuk keluarga besar alawyyin di bawah naungan Rabithah. Sehingga mereka punya hak untuk untuk diperhatikan, diajak dialog, dibina, dan diayomi. Laporam mereka yang merasa diancam oleh kalangan Sunni juga ditampung Rabithah.

Meski demikian, kata Rizieq, Rabithah juga meminta kalangan Syi’ah untuk introspeksi diri. “Adanya aksi anarkis disebabkan aksi dari kalangan Syi’ah yang membuat selebaran, buku, yang menyinggung hal yang sangat sensitif bagi Ahlus Sunnah. Seperti soal Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, juga tentang istri-istri nabi, Aisyah dan Hafsah.”.

Sebagai ketua FPI, meski masih bersedia dialog dengan kalangan Syi’ah, Rizieq punya garis tegas mengenai masalah Syi’ah. Suatu hal yang katanya sering ia sampaikan kepada anggota FPI dan di hadapan habaib Syi’ah sendiri. “Kalau ada dai-dai di atas mimbar mencaci maki ahlul bait atau sahabat Nabi, turunkan! Bakar mimbarnya! Ana nggak mau tahu, mau Syi’ah kek, wahabi kek. Caci maki sahabat, caci maki ahlul bait, berarti musuh ana”. *Surya Fachrizal/Suara Hidayatullah

http://majalah.hidayatullah.com/?p=262
===

Pendapat Habib Munzir Al Musawwa dari Majelis Rasulullah tentang Syi’ah dan Salafi Wahabi:

2. sebagian besar kaum syiah memvonis para sahabat sebagai para pengkhianat pada Nabi saw. termasuk Abubakar Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, Aisyah ummulmukminin ra, dan masih banyak lagi, dan mereka pun menghalalkan Mut’ah (kawin kontrak) yg suidah diharamkan oleh Rasul saw, dan masih banyak lagi penyimpangan kaum syiah.

http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=5&func=view&id=957&catid=7

Kalau Ketua MUI, Ketua NU, Ketua Muhammadiyyah disebut pembela aliran sesat Syi’ah, lalu yang benar siapa? Ulama Salafi Wahabi?

Menurut Habib Rizieq, Syi’ah itu terbagi 3: Ghulat yg menTuhankan Ali (Sesat), Rafidhoh yg mencaci Khalifah/para Sahabat (Sesat), dan Mu’tazilah (tidak sesat).

Syi’ah golongan inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Sa’id Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah dan lainnya, sebagai salah satu Madzhab Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syi’ah golongan ketiga ini mesti dihadapi dengan Da’wah dan Dialog bukan dimusuhi.

Mereka semua ulama. Kalau mereka semua dianggap sesat, lalu yang benar siapa?
Jangan sebut ulama Pembela Paham Sesat Syi’ah karena mereka membela Syi’ah dengan anggapan minimal ada sebagian Syi’ah yang tidak sesat. Jika ada yang menyebut ulama sebagai pembela paham sesat, maka orang itu adalah Khawarij yang menghina ulama. Jangankan ulama, Nabi pun dihina oleh ulama. Bahkan Khalifah Ali mereka bunuh.

Inilah Tokoh Para Pembela Paham Sesat Syiah.

Jakarta (Voa-Islam) – Rupanya, ada banyak tokoh yang mengklaim dirinya sebagai tokoh Islam yang membela paham sesat Syiah. Mulai dari Ketua MUI Umar Syihab, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, dan sebagainya. Berikut Voa-Islam tampilkan pendapat mereka mengenai ajaran Syiah:

Umar Syihab (Ketua MUI).
Menurut Umar Syihab, ia tak sependapat dengan MUI Jawa Timur yang menyebut aliran Syiah sesat. Umar menegaskan bahwa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa bahwa ajaran Syiah sebagai aliran sesat.
Mengenai insiden pembakaran pesantren Syiah di Sampang, Madura beberapa waktu lalu, Umar berpendapat insiden hanyalah ditumpangi pihak-pihak yang ingin mengadu domba umat Islam dengan kedok ajaran Syiah yang dituding sesat.

Kata Umar, MUI tidak pernah menyatakan, bahwa Syiah itu sesat. Syiah dianggap salah satu mazhab yang benar, sama halnya dengan ahli sunnah wal jama’ah. Kendati pun ada perbedaan pandangan, kata dia, Islam tidak pernah menghalalkan kekerasan, apalagi perusakan tempat ibadah dan majelis taklim seperti terjadi di Sampang.

Ajaran Syiah, kata Umar, sudah diakui di dunia islam sebagai mazhab yang benar sampai saat ini. “Karena itu jangan kita membuat peryataan yang bisa mengeluapkan gejolak di tengah-tengah masyarakat kita dan bisa menyebabkan korban.”.

Said Aqil Siraj (Ketua NU).
Menurut Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, ada desain besar di balik aksi pembakaran pesantren penganut Syiah di Sampang, Madura. Tak mungkin peristiwa tersebut terjadi tanpa ada yang membuatnya. Padahal kerukunan hidup beragama di sana sebelumnya baik-baik saja.

Said meminta pemerintah dan aparat keamanan bekerja lebih keras, mencegah aksi serupa terulang di kemudian hari. “Ini pasti ada big design-nya. Ada pihak-pihak yang ingin merusak suasana damai di Indonesia,” kata Said.

Menurut Said Aqil, Sunni dan Syiah hanya dijadikan alat seolah-olah memang ada permusuhan. Padahal tidak, mereka dari dulu sampai sekarang hidup damai berdampingan. Ketua Umum PBNU itu meminta semua pihak bisa menahan diri dengan tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis. “Pihak ketiga itu selalu melancarkan provokasi supaya konflik terus terjadi. Dan bukan tidak mungkin kasus serupa akan terjadi di kemudian hari,” katanya.

Prof Dr Said Agil Siraj mengungkapkan, di sejumlah negara Islam maupun Timur Tengah yang hidup faham Suni dan Syiah, dapat hidup rukun dan berdampingan. ”Bahkan Mufti Syria Badruddin Hassun yang berasal dari Suni, fatwa-fatwanya sangat didengar oleh kelompok Syiah,” jelas Kiai Siraj seraya menambahkan kondisi serupa terjadi di Saudi Arabia, Pakistan, maupun Libanon.

Bahkan di Libanon Selatan, lanjut Said, Hizbullah dari kelompok Syiah didukung juga oleh kelompok Suni. Dikatakan Said, sepanjang sejarah, perbedaan yang terjadi antara Suni dan Syiah sebenarnya, terkait soal kekuasaan atau lazim disebut imamah. Karena itu, kelompok Syiah memasukkan masalah imamah ke dalam rukun agama dan sejak dini anak-anak mereka diajarkan pengetahuan tentang imamah. “Dalam perkembangan Islam, kedua kelompok Suni dan Syiah sama-sama memberikan andil dan peran yang sangat besar dalam peradaban Islam,” tegas kyai Siraj.

Said menyebut sejumlah tokoh Syiah yang memberikan andil besar bagi kemajuan Islam. Sebut saja misalnya Ibnu Sina, seorang filsuf yang juga dikenal sebagai seorang dokter, Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai penemu ilmu hitung atau aljabbar, dan seorang sufi Abu Yazid al Busthami. Mereka yang beraliran Syiah ini telah menyumbangkan ilmunya bagi kemajuan Islam. “Jadi, kedua kelompok ini adalah aset yang sangat berharga bagi umat Islam.”.

Syafii Maarif (Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah)
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengutuk keras aksi pembakaran terhadap pondok pesantren Syiah di Kecamatan Karang Penang, Sampang. Terlebih jika aksi pembakaran tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan keagamaan.

Menurutnya, kebenaran bukanlah milik individu apalagi kelompok. Syafii mengatakan, Syiah telah diakui sebagai mazhab kelima dalam Islam. Dia pun menyatakan bahwa setiap orang, sekalipun atheis berhak hidup. Terpenting, katanya, bisa hidup rukun dan toleran.

Din Syamsudin (Ketua Muhammadiyah).
Pada Konferensi Persatuan Islam Sedunia yang berlangsung 4-6 Mei 2008 di Teheran, Iran, Din Syamsuddin pernah mengatakan, bahwa Sunni dan Syi’ah ada perbedaan, tapi hanya pada wilayah cabang (furu’yat), tidak pada wilayah dasar agama (akidah). Menurut Din, Sunni dan Syi’ah berpegang pada akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat penghormatan terhadap sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad, yakni Ali bin Abi Thalib.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga mengatakan, sewajarnya jika dua kekuatan besar Islam ini (Sunni dan Syi’ah) bersatu melawan dua musuh utama umat saat ini yaitu kemiskinan dan keterbelakangan. (Detikcom 5 Mei 2008).

Dikatakan Din, seandainya tidak dicapai titik temu, maka perlu dikembangkan tasamuh atau toleransi. Seluruh elemen umat Islam dalam kemajemukannya perlu menemukan “kalimat sama” (kalimatun sawa) dalam merealisasikan misi kekhalifahan di muka bumi.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan bahwa persatuan umat Islam khususnya antara kaum Sunni dan kaum Syiah, adalah mutlak perlu sebagai prasyarat kejayaan Islam. Kejayaan umat Islam pada abad-abad pertengahan juga didukung persatuan dan peran serta kedua kelompok umat Islam tersebut. (Desastian/dbs)

http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/01/04/17291/inilah-tokoh-para-pembela-paham-sesat-syiah/

Syi’ah muncul saat Mu’awiyah berontak terhadap Khalifah ‘Ali sehingga akhirnya Islam pecah jadi 3 bagian: Sunni (Pendukung Mu’awiyah), Syi’ah Ali (Pendukung Ali), dan Khawarij (Orang-orang yang keluar dari Islam). Saat itu aqidah dan ibadah ummat Islam baik Sunni, Syi’ah, mau pun Khawarij adalah sama. Namun Khawarij dianggap sesat atau keluar dari Islam karena mengkafirkan sesama Muslim dan menghalalkan darah ummat Islam.

Khawarij ingin membunuh Mu’awiyah dan Ali karena menganggap mereka berdua sumber fitnah. Namun hanya Ali yang terbunuh. Mu’awiyah selamat dan jadi khalifah.

Meski awalnya sama, namun seiring perjalanan waktu mulai timbul perbedaan. Sunni mengambil hadits dari seluruh sahabat. Syi’ah hanya mengambil dari Ali dan dari keturunan Husein bin Ali. Syi’ah tidak mengakui Mu’awiyah sebagai Khalifah. Sebaliknya mereka mengakui Ali dan keturunan Nabi dari Siti Fatimah dan Ali sebagai Imam. Di antaranya adalah Hasan, Husein. Urutan Imamnya:

Urutan imam mereka yaitu:
  1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
  2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
  3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
  4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
  6. Jafar bin Muhammad (703765), juga dikenal dengan Ja’far ash-Shadiq
  7. Musa bin Ja’far (745799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
  8. Ali bin Musa (765818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
  9. Muhammad bin Ali (810835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi
  10. Ali bin Muhammad (827868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
  11. Hasan bin Ali (846874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari
  12. Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi
Itu adalah Imam dari Syi’ah Imamiyah yang merupakan kelompok Syi’ah terbesar.
Sebagian kaum Sunni menuduh bahwa ajaran Syi’ah adalab buatan Yahudi Abdullah bin Saba’ yang masuk Islam di zaman Khalifah Usman guna menimbulkan perpecahan. Oleh sebab itu ada kelompok Sunni yang menuding Syi’ah = Yahudi:
Namun kaum Syi’ah menolak. Allamah Murtadha Askari telah mengesan dan membuktikan bahawa cerita Abdullah ibn Saba’ yang terdapat dalam versi sunni adalah bersumberkan dari Al-Tabari (w.310H/922M), Ibn Asakir (w571H/1175M), Ibn Abi Bakr (w741H/1340M) dan al-Dhahabi (w747H/1346M). Mereka ini sebenarnya telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ dari satu sumber iaitu Sayf ibn Umar dalam bukunya al-Futuh al-kabir wa al-riddah dan al-Jamal wal-masir Aishah wa Ali [Murtadha Askari, Abdullah ibn Saba' wa digar afsanehaye tarikhi, Tehran, 1360 H].Sayf adalah seorang penulis yang tidak dipercayai oleh kebanyakan penulis-penulis rijal seperti Yahya ibn Mu’in (w233/847H), Abu Dawud (w275H/888M), al-Nasai (w303H/915M), Ibn Abi Hatim (w327H/938M), Ibn al-Sukn (w353H/964M), Ibn Hibban (w354H/965M), al-Daraqutni (w385H/995M), al-Hakim (w405H/1014M), al-Firuzabadi (w817H/1414M), Ibn Hajar (w852H/1448M), al-Suyuti (w911H/1505M, dan al-Safi al-Din (w923H/1517M).
Tapi memang jika kelompok Syi’ah Ali yang merupakan sahabat Nabi disebut taqlid terhadap ajaran Abdullah bin Saba’ aneh juga. Sebab Sahabat Nabi adalah satu generasi terbaik. Mereka mungkin bisa terperdaya oleh taktik pecah-belah yang dilakukan Abdullah bin Saba’. Tapi jika mengikuti ajaran buatan Abdulllah bin Saba’ yaitu Syi’ah yang sesat itu sangat aneh. Apa kemudian Hasan, Husen, Ali bin Husain (658713), Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir, Jafar bin Muhammad (703765), juga dikenal dengan Ja’far ash-Shadiq yang merupakan keturunan Nabi akhirnya tertipu mengikuti ajaran sesat Abdullah bin Saba’?
Apalagi Imam Ja’far Ash Shadiq pendiri Madzhab Ja’fariyah merupakan guru dari Imam Hanafi dan Imam Malik yang merupakan 2 tokoh dari 4 Madzhab Sunni. Tak mungkin beliau tertipu oleh Yahudi. Prof. Dr Quraish Shihab meragukan tuduhan para sahabat dan keturunan Nabi taqlid terhadap ajaran Syi’ah buatan Yahudi lewat bukunya ““Sunni-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah ?”
Ada pula yang menuding bahwa Imam Ja’far menolak dijadikan Imam oleh Syi’ah. Jika itu benar, harusnya Imam Ja’far menolak secara terbuka sehingga kaum Syi’ah membatalkannya menjadi Imam. Bahkan jika perlu menulis 1 buku kesesatan Syi’ah karena ini adalah perkara besar:
Ada Syi’ah yang sesat, agak sesat, dan ada juga yang lurus. Terhadap Syi’ah yang menTuhankan Ali, menganggap Al Qur’an palsu kita nyatakan itu adalah kafir. Yang menghina sahabat dan istri Nabi ‘Aisyah itu sesat dan kita ajak mereka agar menghentikan hal itu dengan baik-baik. Tapi terhadap yang lurus, hendaknya kita juga bertoleransi meski ummat Islam tetap harus lurus sesuai Al Qur’an dan Hadits.
Ada pun dalil-dalil untuk menyesatkan bahkan mengkafirkan Syi’ah selain ada yang benar, ada juga yang dusta. Jika Syi’ah itu memang kafir seluruhnya, tentu Jema’ah Iran yang 99% Syi’ah itu tidak boleh pergi Haji untuk menginjak Tanah Suci Mekkah karena Mekkah itu haram bagi orang-orang kafir. Toh nyatanya kaum Syi’ah dari dulu hingga tahun 2011 kemarin tetap berhaji dan umrah ke tanah Suci. Iran mendapat kuota Haji 50 ribu orang dari pemerintah Arab Saudi.

Pernyataan bahwa Al Kafi adalah Kitab Hadits yang setara dengan Sahih Bukhari dan Muslim juga menyesatkan karena menurut Ulama Syi’ah sendiri 58% dari hadits di Al Kafi adalah dhoif/palsu. Sementara Kulayni sendiri menyatakan hadits yang sesuai dengan Al Qur’an terimalah dan hadits yang berlawanan dengan Al Qur’an tolaklah. Silahkan lihat:
Kulayni also states, in reference to hadiths:
“whatever (hadith) agrees with the Book of God (the Qur’an), accept it. And whatever contradicts it, reject it”
Mulla Baqir Majlisi stating in his commentary on al-Kafi, named Mir’at al-’Uqul, that 58% of narrations in al-Kafi are unreliable.
http://en.wikipedia.org/wiki/Kitab_al-Kafi
Jika Bukhari dari 200 ribu hadits akhirnya hanya memuat sekitar 7000 hadits. Kulayni mengumpulkan hadits apa adanya tanpa menyaringnya.
Menurut Ulama Syi’ah Zayn al-Din al-`Amili, yang dikenal sebagai al-Shahid al-Thani (911-966/1505-1559), yang meneliti sanad Al Kafi,  5.072 hadits dinyatakan Sahih, 144 hadits Hasan, 1118 muwaththoq, 302 hadits qowi, dan 9.485 dhaif/lemah. Karena itulah mungkin Kitab Syi’ah tersebut jarang didapat karena perlu ulama untuk menentukan kesahihannya.

Oleh karena itu saat kaum Salafi Wahabi menunjukkan kesesatan Syi’ah berdasar hadits Al Kafi, harusnya mereka menyebut derajad haditsnya itu Sahih apa bukan? Sebab jika dhoif dan bertentangan dengan Al Qur’an, menurut penyusun Hadits tersebut, Kulayni harus ditolak. Bukan diterima.

Jangankan hadits dho’if, hadits Sahih seperti Bukhari saja tidak bisa sembarang dipakai untuk memvonis Sunni sesat seperti hadits yang menyatakan bahwa pria dewasa boleh menetek pada wanita yang bukan muhrimnya sehingga jadi mahrom dan bebas keluar masuk rumah. Itu kan sudah mendekati zina namanya.
Tentang Syi’ah punya Al Qur’an tersendiri, yaitu Mushaf Fatimah yang panjangnya 3 x Al Qur’an dan tak ada satu ayat pun dari Al Qur’an kita harus tabayyun langsung ke orang yang dituduh yaitu Syi’ah sebagaimana surat Al Hujuraat ayat 6. Bukan ke penuduhnya.

Ternyata Al Qur’an kaum Syi’ah sama dengan kita. Di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi mereka membaca Al Qur’an yang sama dengan kita. Ada pun Mushaf Fatimah meski kata Mushaf mengingatkan kita pada Mushaf Usmani yang Al Qur’an, namun ternyata bukan Al Qur’an. Tapi adalah “hiburan” Jibril kepada Siti Fatimah usai Nabi Muhammad meninggal dunia. Secara fisik saat ini sudah tidak ada sehingga tidak ada seorang Syi’ah pun yang memiliki dan membacanya. Konon menurut mereka nanti Imam Mahdi akan membawanya. Ini penjelasan Mushaf Fatimah menurut Syi’ah:
Munculnya Mushaf Fathimah.
Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.
Imam menjelaskan kandungannya:
1. Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
2. Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
3. Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
4. Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
5. Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
6. Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
7. Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
8. Ciri-ciri orang-orang pendusta.
9. Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
10. Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
11. Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
12. Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
13. Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
14. Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.
http://syiahali.wordpress.com/2010/07/02/mushaf-fatimah/
There are several versions of this tradition, but common to all are that the angel Gabriel appeared to her and consoled her by telling her things (including future events regarding her offspring)[1] that she wrote in a book. During these revelations, Ali acted as the scribe for Fatima.[2] According to one tradition [3] they were prophecies. The book, if it was ever physical, did not survive, and was seen to be something that the Mahdi would reveal in the last days.[4]
http://en.wikipedia.org/wiki/Book_of_Fatimah
Menurut kita tetap saja aneh. Namun hendaknya kita mengajak mereka ke jalan yang lurus dengan cara yang bijak. Bukan justru menjauhkan mereka dari Islam.
Pernyataan kaum Salafi Wahabi bahwa Yahudi dan Nasrani lebih baik daripada Syi’ah hanya karena Syi’ah menghina sahabat bukan hanya bertentangan dengan akal, namun juga Al Qur’an. Dalam surat Al Fatihah dan ayat-ayat lainnya Allah mengutuk kaum Yahudi dan Nasrani. Bukan Syi’ah:
http://media-islam.or.id/2011/10/11/ummat-islam-akan-mengikuti-kaum-yahudi-dan-nasrani-hingga-masuk-lubang-biawak/

Menghina sahabat memang dosa besar. Tapi menghina Allah, Al Qur’an, dan Nabi Muhammad jauh lebih besar lagi. Bagaimana mungkin kita bisa menempatkan sahabat yang bukan termasuk Rukun Iman di atas Allah, Al Qur’an, dan Nabi Muhammad (yang termasuk Rukun Iman) sehingga orang yang menghina Allah, Al Qur’an, dan Nabi Muhammad seperti kaum Yahudi dan Nasrani lebih baik daripada Syi’ah?
http://kabarislam.wordpress.com/2011/12/31/ketika-as-dan-israel-menyerang-iran-anda-memihak-siapa/ 

Membongkar Kesesatan Syiah.

Penulis : Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al-Atsari, Lc.

Serupa tapi tak sama. Barangkali ungkapan ini tepat untuk menggambarkan Islam dan kelompok Syi’ah. Secara fisik, memang sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah. Namun jika ditelusuri -terutama dari sisi aqidah- perbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga, tidak mungkin disatukan.
Apa Itu Syi’ah?

Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Al-Awaji).

Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm).

Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat, dan Isma’iliyyah. Dari kelimanya, lahir sekian banyak cabang-cabangnya. (Al-Milal Wan Nihal, hal. 147, karya Asy-Syihristani).

Dan tampaknya yang terpenting untuk diangkat pada edisi kali ini adalah sekte Imamiyyah atau Rafidhah, yang sejak dahulu hingga kini berjuang keras untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Dengan segala cara, kelompok sempalan ini terus menerus menebarkan berbagai macam kesesatannya. Terlebih lagi kini didukung dengan negara Iran-nya.

Rafidhah , diambil dari yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna , meninggalkan (Al-Qamus Al-Muhith, hal. 829).

Sedangkan dalam terminologi syariat bermakna: Mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakr dan ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, berlepas diri dari keduanya, dan mencela lagi menghina para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil Yahud, 1/85, karya Abdullah Al-Jumaili).

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata:
“Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka beliau menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar’.” (Ash-Sharimul Maslul ‘Ala Syatimir Rasul hal. 567, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah).

Sebutan “Rafidhah” ini erat kaitannya dengan Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib dan para pengikutnya ketika memberontak kepada Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan di tahun 121 H. (Badzlul Majhud, 1/86).

Asy-Syaikh Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
“Zaid bin ‘Ali adalah seorang yang melebihkan ‘Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai Abu Bakr dan ‘Umar, dan memandang bolehnya memberontak1 terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai’atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakr dan ‘Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka:
“Kalian tinggalkan aku?” Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka “Rafadhtumuunii.” (Maqalatul Islamiyyin, 1/137). Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (13/36).

Rafidhah pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah.
Rafidhah ini terpecah menjadi beberapa cabang, namun yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan kali ini adalah Al-Itsna ‘Asyariyyah.

Siapakah Pencetusnya?
Pencetus pertama bagi faham Syi’ah Rafidhah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang bernama Abdullah bin Saba’ Al-Himyari, yang menampakkan keislaman di masa kekhalifahan ‘Utsman bin Affan.2

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
“Asal Ar-Rafdh ini dari munafiqin dan zanadiqah (orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran, pen). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba’ Az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrim di dalam memuliakan ‘Ali, dengan suatu slogan bahwa ‘Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa, pen).” (Majmu’ Fatawa, 4/435).

Sesatkah Syi’ah Rafidhah ?
Berikut ini akan dipaparkan prinsip (aqidah) mereka dari kitab-kitab mereka yang ternama, untuk kemudian para pembaca bisa menilai sejauh mana kesesatan mereka.
a. Tentang Al Qur’an.
Di dalam kitab Al-Kaafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih Al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja’far Ash-Shadiq), ia berkata : “Sesungguhnya Al Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (ada) 17.000 ayat.”
Di dalam Juz 1, hal 239-240, dari Abu Abdillah ia berkata: “…Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fathimah ‘alaihas salam, mereka tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata: ‘Apa mushaf Fathimah itu?’ Ia (Abu Abdillah) berkata: ‘Mushaf 3 kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al Qur’an kalian…’.”
(Dinukil dari kitab Asy-Syi’ah Wal Qur’an, hal. 31-32, karya Ihsan Ilahi Dzahir)
Bahkan salah seorang “ahli hadits” mereka yang bernama Husain bin Muhammad At-Taqi An-Nuri Ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat dari para imam mereka yang ma’shum (menurut mereka), di dalam kitabnya Fashlul Khithab Fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.

b. Tentang shahabat Rasulullah.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Jarh Wat Ta’dil mereka (Al-Kisysyi) di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hal. 12-13) dari Abu Ja’far (Muhammad Al-Baqir) bahwa ia berkata: “Manusia (para shahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata: “Siapa tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata: “Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi…” kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat 144. (Dinukil dari Asy-Syi’ah Al-Imamiyyah Al-Itsna ‘Asyariyyah Fi Mizanil Islam, hal. 89).

Ahli hadits mereka, Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini berkata: “Manusia (para shahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi.” (Al-Kafi, 8/248, dinukil dari Asy-Syi’ah Wa Ahlil Bait, hal. 45, karya Ihsan Ilahi Dzahir)
Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir Al-Husaini Al-Majlisi di dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab Asy-Syi’ah Wa Ahlil Bait, hal. 46).

Adapun shahabat Abu Bakr dan ‘Umar, dua manusia terbaik setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan do’a mereka (Miftahul Jinan, hal. 114), wirid laknat untuk keduanya:
Ya Allah, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, laknatlah kedua berhala Quraisy (Abu Bakr dan Umar), setan dan thaghut keduanya, serta kedua putri mereka…(yang dimaksud dengan kedua putri mereka adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Hafshah).

(Dinukil dari kitab Al-Khuthuth Al-‘Aridhah, hal. 18, karya As-Sayyid Muhibbuddin Al-Khatib)
Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Lu’lu’ Al-Majusi, si pembunuh Amirul Mukminin ‘Umar bin Al-Khaththab, adalah seorang pahlawan yang bergelar “Baba Syuja’uddin” (seorang pemberani dalam membela agama). Dan hari kematian ‘Umar dijadikan sebagai hari “Iedul Akbar”, hari kebanggaan, hari kemuliaan dan kesucian, hari barakah, serta hari suka ria. (Al-Khuthuth Al-‘Aridhah, hal. 18).

Adapun ‘Aisyah dan para istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya, mereka yakini sebagai pelacur -na’udzu billah min dzalik-. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab mereka Ikhtiyar Ma’rifatir Rijal (hal. 57-60) karya Ath-Thusi, dengan menukilkan (secara dusta) perkataan shahabat Abdullah bin ‘Abbas terhadap ‘Aisyah: “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang ditinggalkan oleh Rasulullah…” (Dinukil dari kitab Daf’ul Kadzibil Mubin Al-Muftara Minarrafidhati ‘ala Ummahatil Mukminin, hal. 11, karya Dr. Abdul Qadir Muhammad ‘Atha).

Demikianlah, betapa keji dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu, Al-Imam Malik bin Anas berkata: “Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk menghabisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka cela para shahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) adalah seorang yang jahat, karena kalau memang ia orang shalih, niscaya para shahabatnya adalah orang-orang shalih.” (Ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimirrasul, hal. 580).

c. Tentang Imamah (Kepemimpinan Umat).
Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan dari Al-Kulaini dalam Al-Kaafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata: “Islam dibangun di atas lima perkara:… shalat, zakat, haji, shaum dan wilayah (imamah)…” Zurarah berkata: “Aku katakan, mana yang paling utama?” Ia berkata: “Yang paling utama adalah wilayah.” (Dinukil dari Badzlul Majhud, 1/174).

Imamah ini (menurut mereka -red) adalah hak ‘Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu dan keturunannya sesuai dengan nash wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun selain mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin dari Abu Bakr, ‘Umar dan yang sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam, menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta memperluas dunia Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah para perampas (kekuasaan). (Lihat Al-Khuthuth Al-‘Aridhah, hal. 16-17).

Mereka pun berkeyakinan bahwa para imam ini ma’shum (terjaga dari segala dosa) dan mengetahui hal-hal yang ghaib. Al-Khumaini (Khomeini) berkata: “Kami bangga bahwa para imam kami adalah para imam yang ma’shum, mulai ‘Ali bin Abu Thalib hingga Penyelamat Umat manusia Al-Imam Al-Mahdi, sang penguasa zaman -baginya dan bagi nenek moyangnya beribu-ribu penghormatan dan salam- yang dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa, ia hidup (pada saat ini) seraya mengawasi perkara-perkara yang ada.” (Al-Washiyyah Al-Ilahiyyah, hal. 5, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/192).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Minhajus Sunnah, benar-benar secara rinci membantah satu persatu kesesatan-kesesatan mereka, terkhusus masalah imamah yang selalu mereka tonjolkan ini.

d. Tentang Taqiyyah.
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq, dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Mu’ashirah, 1/195 dan Asy-Syi’ah Al-Itsna ‘Asyariyyah, hal. 80)
Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam Al-Kaafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar Al-A’jami: “Wahai Abu ‘Umar, sesungguhnya sembilan per sepuluh dari agama ini adalah taqiyyah, dan tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/196).

Oleh karena itu Al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka beliau berkata:
“Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.”.

Demikian pula Al-Imam Asy-Syafi’i berkata:
“Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz-Dzahabi).

e. Tentang Raj’ah.
Raj’ah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. ‘Ahli tafsir’ mereka, Al-Qummi ketika menafsirkan surat An-Nahl ayat 85, berkata: “Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj’ah, kemudian menukil dari Husain bin ‘Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini: ‘Nabi kalian dan Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) serta para imam ‘alaihimus salam akan kembali kepada kalian’.” (Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu’ ‘Alar Riwayatit Tarikhiyyah, hal. 32, karya Dr. Abdul ‘Aziz Nurwali).

f. Tentang Al-Bada’.
Al-Bada’ adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka berkeyakinan bahwa Al-Bada’ ini terjadi pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam Al-Kaafi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdullah (ia berkata): “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi Al-Bada’.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/252). Suatu keyakinan kafir yang sebelumnya diyakini oleh Yahudi 4.

Demikianlah beberapa dari sekian banyak prinsip Syi’ah Rafidhah, yang darinya saja sudah sangat jelas kesesatan dan penyimpangannya. Namun sayang, tanpa rasa malu Al-Khumaini (Khomeini) berkata: “Sesungguhnya dengan penuh keberanian aku katakan bahwa jutaan masyarakat Iran di masa sekarang lebih utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan Madinah, pen) di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan lebih utama dari masyarakat Kufah dan Iraq di masa Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) dan Husein bin ‘Ali.” (Al-Washiyyah Al-Ilahiyyah, hal. 16, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hal. 192).

Perkataan Ulama tentang Syi’ah Rafidhah.
Asy-Syaikh Dr. Ibrahim Ar-Ruhaili di dalam kitabnya Al-Intishar Lish Shahbi Wal Aal (hal. 100-153) menukilkan sekian banyak perkataan para ulama tentang mereka. Namun dikarenakan sangat sempitnya ruang rubrik ini, maka hanya bisa ternukil sebagiannya saja.
1. Al-Imam ‘Amir Asy-Sya’bi berkata:
“Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syi’ah.” (As-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin Al-Imam Ahmad)
2. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar, beliau berkata:
“Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata: “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)
3. Al-Imam Malik dan Al-Imam Asy-Syafi’i, telah disebut di atas.
4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
“Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah) itu orang Islam.” (As-Sunnah, 1/493, karya Al-Khallal)
5. Al-Imam Al-Bukhari berkata:
“Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi, dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh -red). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal. 125)
6. Al-Imam Abu Zur’ah Ar-Razi berkata:
“Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita haq, dan Al Qur’an haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al Qur’an dan As Sunnah adalah para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh mereka mencela para saksi kita (para shahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah.” (Al-Kifayah, hal. 49, karya Al-Khathib Al-Baghdadi).

Demikianlah selayang pandang tentang Syi’ah Rafidhah, mudah-mudahan bisa menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari kebenaran…Amin.
Sumber : http://www.asysyariah.com
http://shirotholmustaqim.wordpress.com/2012/01/14/membongkar-kesesatan-syiah/

Sesuai berita di atas, Syi’ah ada yang sesat, ada yang agak sesat, dan ada pula yang lurus.
*****
Ulama Malaysia tahun 1984 menyatakan Syi’ah mazhab Ja’fariyah dan Zaidiyah itu lurus. Namun saat Wahabi sudah dominan, di tahun 1996 menyatakan sesat:

Fatwa Ulama Sunni Tentang Syi’ah


Ulama Malaysia tahun 1996 membatalkan Fatwa tahun 1984 yang menerima paham Syi’ah Zaidiyah dan Jaafariyah menjadi menolak.

Banyak rujukan untuk menentukan sesatnya Syi’ah berasal dari KItab Hadits Al Kafi yang menurut Sunni 100% Sahih seperti Sahih Bukhari. Ternyata menurut Syi’ah, Al Kafi tidak 100% Sahih seperti Kitab Hadits non Sahih seperti Sunan Ahmad, dsb. Berikut pernyataan dari situs Syi’ah:

Tidak diragukan lagi bahwa karya-karya mereka memuat riwayat-riwayat dalam kitab rujukan Syiah sendiri seperti Al Kafi tanpa penjelasan pada para pembacanya apakah riwayat tersebut shahih atau tidak di sisi Ulama Syiah. Karya-karya mereka ini jelas menjadi rujukan oleh orang-orang(termasuk oleh mereka yang menamakan dirinya salafi) untuk mengkafirkan atau menyatakan bahwa Syiah sesat.
Sungguh sangat disayangkan, karena kenyataan yang sebenarnya adalah Al Kafi di sisi Syiah tidak sama kedudukannya dengan Shahih Bukhari di sisi Sunni. Al Kafi memang menjadi rujukan oleh ulama Syiah tetapi tidak ada ulama Syiah yang dapat membuktikan bahwa semua riwayat Al Kafi shahih. Dalam mengambil hadis sebagai rujukan, ulama syiah akan menilai kedudukan hadisnya baru menetapkan fatwa. Hal ini jelas berbeda denganShahih Bukhari dimana Bukhari sendiri menyatakan bahwa semua hadisnya adalah shahih, dan sudah menjadi ijma ulama(sunni tentunya) bahwa kitab Shahih Bukhari adalah kitab yang paling shahih setelah Al Quran.
http://www.shia-explained.com/my/archives/472
Dari Wikipedia dinyatakan 58% Hadits dari Al Kafi tidak bisa dipercaya (Dho’if/Palsu):
Kulaynis aim of Kitab Al-Kafi was to collect as many hadith as possible pertaining to the Shia school of thought. Narrations were not cross referenced or checked for authenticity but rather collected extensively to collate as many narrations as possible for future reference.
Mulla Baqir Majlisi stating in his commentary on al-Kafi, named Mir’at al-’Uqul, that 58% of narrations in al-Kafi are unreliable.
Kulayni also states, in reference to hadiths: “whatever (hadith) agrees with the Book of God (the Qur’an), accept it. And whatever contradicts it, reject it”
http://en.wikipedia.org/wiki/Kitab_al-Kafi
Beberapa sumber yang menyatakan kesesatan Syi’ah berasal dari Imam Jaafar Ash Shadiq. Jika pernyataannya sesat, berarti hadits itu palsu karena Imam Jaafar baik dari pandangan Syi’ah atau pun Sunni merupakan Imam yang lurus. Imam Jaafar adalah guru dari Imam Malik dan Imam Abu Hanifah:
Banyak para imam besar (semoga Allah meridhoi mereka) yang mengambil ilmu dari beliau (Imam Jaafar), diantaranya Yahya bin Sa’id, Ibnu Juraid, Imam Malik, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, Abu Hanifah, Su’bah dan Ayyub.
http://alkisah.web.id/2008/10/al-imam-jafar-bin-muhammad-al-baqir-ra.html
Ja’far ash-Shadiq (Bahasa Arab: جعفر الصادق), nama lengkapnya adalah Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, adalah Imam ke-6 dalam tradisi Islam Syi’ah. Ia lahir di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah / 20 April 702 Masehi (M), dan meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah / 13 Desember 765 M. Ja’far yang juga dikenal dengan julukan Abu Abdillah dimakamkan di Pekuburan Baqi’, Madinah. Ia merupakan ahli ilmu agama dan ahli hukum Islam (fiqih). Aturan-aturan yang dikeluarkannya menjadi dasar utama bagi mazhab Ja’fari atau Dua Belas Imam; ia pun dihormati dan menjadi guru bagi kalangan Sunni karena riwayat yang menyatakan bahwa ia menjadi guru bagi Abu Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi) dan Malik bin Anas (pendiri Mazhab Maliki).

Syiah Di Malaysia.

Keputusan:
Muzakarah Khas Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia yang bersidang pada 5 May 1996 telah membincangkan Syiah Di Malaysia. Muzakarah telah memutuskan bahawa:
  1. Bersetuju supaya keputusan Muzakarah Jawatankuasa Fatwa yang telah diadakan pada 24 dan 25 September 1984 [Kertas Bil. 2/8/84, Perkara 4.2. (2)] mengenai aliran Syiah yang menetapkan seperti berikut :” Setelah berbincang dan menimbang kertas kerja ini Jawatankuasa telah mengambil keputusan bahawa hanya Mazhab Syiah dari golongan Al – Zaidiyah dan Jaafariah sahaja yang diterima untuk diamalkan di Malaysia.” Dimansuhkan.
  2. Menetapkan bahawa umat Islam di Malaysia hendaklah hanya mengikut ajaran Islam yang berasaskan pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah dari segi Aqidah, Syariah dan Akhlak.
  3. Menyokong dan menerima cadangan pindaan Perlembagaan Persekutuan dan Perlembagaan Negeri – Negeri bagi memperuntukkan dengan nyata bahawa agama bagi Persekutuan dan Negeri – Negeri hendaklah agama Islam berasaskan pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah dari segi Aqidah, Syariah dan Akhlak.
  4. Memperuntukkan pindaan kepada semua Undang – Undang Negeri dan Hukum Syarak bagi menyelaraskan takrif hukum Syarak atas Undang- Undang Islam seperti berikut :” Hukum Syarak atau Undang – Undang Islam ertinya Undang – Undang Islam yang berasaskan pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah dari segi Aqidah, Syariah dan Akhlaq. ”
  5. Memperakukan bahawa ajaran Islam yang lain daripada pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah bercanggah dengan Hukum Syarak dan Undang – Undang Islam dan demikian penyebaran apa –apa ajaran yang lain daripada pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah dilarang.
  6. Menetapkan bahawa semua umat Islam di negara ini adalah tertakluk kepada undang – undang Islam Hukum Syarak yang berasaskan pegangan kepada ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah sahaja.
  7. Menetapkan bahawa penerbitan , penyiaran dan penyebaran apa- apa buku, risalah , filem , video dan lain – lain berhubung dengan ajaran Islam yang bertentangan dengan pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah diharamkan.
Keputusan (English):
Shi’ism in Malaysia.

Decision:
The 40th Special Muzakarah (Conference) of the Fatwa Committee of the National Council for Islamic Religious Affairs Malaysia held on 5th May 1996 has discussed Shi’ism in Malaysia. The Conference decided to:1. Agree with the decision of the Fatwa Committee Muzakarah (Conference) held on 24th-25th September 1984 [Paper No. 2/8/84, Article 4.2. (2)] concerning Shi’ism that decided as follows:
“After discussing and deliberating on this working paper, the Committee has decided that only the Zaidiyyah and Jaafariyyah Shi’ite sects are accepted to be practiced in Malaysia” is abolished.
2. Decided that Muslims in Malaysia must only follow the teachings of Islam based on the doctrine of the Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah on creed, religious laws and ethics.
3. Support and accept the amendments proposed to the Federal Constitution and States Constitutions in stating that the religion of the Federal and States must be the religion of Islam based on the doctrine of the Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah on creed, religious laws and ethics.
4. Provide amendments to all State Laws and Religious Laws to standardize the definition of Religious Laws for Islamic Laws to be as follows:
“Religious Laws or Islamic Laws means Islamic Laws based on the doctrine of the Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah on creed, religious laws and ethics.”
5. Recommended that Islamic teachings other than that of the Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah contradict with the Religious Laws and Islamic Laws and as such, the propagation of any teachings other than that of the Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah is prohibited.
6. Decided that all Muslims in this country are bound to Islamic Laws and Religious Laws based on the teachings of the Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah only.
7. Decided that the publication, broadcasting and distribution of any books, leaflets, films, videos, and others relating to the teachings of Islam that contradict with the doctrine of the Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah is prohibited and unlawful (haram).

Fatwa Mengenai Ajaran Syiah (Kelantan).

Tarikh Keputusan:
30 May, 1996
Keputusan:
Mesyuarat Jemaah Ulama’ Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan yang bersidang pada 30 Mei 1995 telah membincangkan fatwa mengenai golongan ajaran Syiah. Mesyuarat telah membuat keputusan bersetuju menfatwakan sebagaimana berikut:
(1) Bersetuju dengan keputusan Muzakarah Khas Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan  yang diadakan pada 3 Mei 1996 supaya  keputusan Muzakarah Khas Jawatankuasa Fatwa yang telah diadakan pada 24 dan 25 September 1984 [Kertas bil.2/8/84, perkara 4.2(2)] mengenai aliran Syiah yang menetapkan seperti berikut:
Setelah berbincang dan menimbang kertas kerja ini Jawatankuasa telah mengambil keputusan bahawa hanya Mazhab Syiah dari golongan Zaidiah dan Ja’fariah sahaja yang diterima untuk diamalkan di Malaysia). (dibatalkan).
(2). Menetapkan bahawa umat Islam di Kelantan hendaklah hanya mengikut ajaran Islam yang berasaskan pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah dari segi akidah, syariah dan akhlak. Ini adalah kerana ajaran Syiah jelas menyeleweng dari segi akidah, syariah dan akhlak.
(3) Menyokong dan menerima cadangan pindaan Perlembagaan Persekutuan dan Perlembagaan Negeri-Negeri bagi memperuntukkan dengan nyata bahawa agama bagi persekutuan dan negeri –negeri hendaklah agama Islam yang berasaskan peganganAhli Sunnah Wal Jamaah dari segi akidah, syariah dan akhlak.
(4) Memperakukan pindaan kepada semua undang-undang negeri yang berhubungan dengan hukum syarak bagi menyelaraskan takrif (hukum syarak) atau (undang-undang Islam) seperti berikut:
(Hukum syarak) atau ( undang-undang Islam) ertinya undang-undang Islam yang berasaskan pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah dari segi akidah, syariah dan akhlak.
(5) Memperakukan bahawa ajaran Islam yang lain daripada pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah bercanggah dengan hukum syarak dan undang-undang Islam; dan dengan demikian penyebaran apa-apa ajaran yang lain daripada pegangan ahli-ahli Sunnah Wal Jamaah adalah dilarang.
(6) Menetapkan bahawa semua umat Islam di negeri ini adalah tertakluk kepada undang-undang Islam dan hukum syarak yang berasaskan pegangan kepada ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah.
(7) Menetapkan bahawa penerbitan, penyebaran dan penyiaran apa-apa buku, risalah, filem, video dan lain-lain yang berkaitan dengan ajaran Islam yang bertentangan dengan pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah diharamkan.
Keterangan/Hujah:
  1. Penyelewengan akidah.
(I) Muhamad bin Ya’akob Al kulini meriwayatkan dalam Usul Kafi dari Abi Abdullah kata beliau, ))sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam. Dia boleh meletakkannya dimana dikehendakinya dan memberikan kepada sesiapa yang dikehendakinya. Ini adalah satu kebenaran dari pihak Allah kepadanya (Al Kafi, jilid1, halaman 409) bab dunia ini semuanya kepunyaan Imam, sedangkan Allah berfirman di dalam Al Quran:
  ( إن الارض لله يورثها من يشاء من عباده, الاعراف, اية 128)
Yang bermaksud: Sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah diberikan kepada sesiapa yang dikehendakinya dari hamba-hambanya.
Allah berfirman:

( الحديد, اية 2)   له ملك السموات والارض
Yang bermaksud: (kepunyaannyalah kerajaan langit dan bumi).
(ب) Imam adalah pangkat tertinggi bahkan menjadi salah satu rukun  iman;
(ج) Imam adalah maksum tidak melakukan sebarang dosa-dosa baik  dosa kecil atau dosa besar.
( د ) Imam masih mendapat wahyu dari Tuhan dan mewarisi pangkat nabi;
( ه ) Mempertikaikan kesempurnaan al-Quran.
(ii) Penyelewengan Syariah.
(ا) Golongan Syiah juga tidak memandang berat terhadap sembahyang, zakat dan haji kerana mereka ada meriwayatkan daripada Jaafar as-Sodik bahawa beliau berkata,(( Sesungguhnya Allah menghindarkan azab dan kebinasaan daripada orang yang tidak bersembahyang dari kalangan kita dengan orang yang bersembahyang daripada Syiah kita. Dan sesungguhnya Allah menghindarkan (azab dan seksaan) daripada Syiah yang tidak mengeluarkan zakat dengan Syiah kita yang mengeluarkan zakat, dan sesungguhnya Allah menolak azab dan seksaan daripada syiah kita yang tidak mengerjakannya.  (Tafsir  القمي, jilid satu halaman 83,84, tafsir العياشي, jilid 1, halaman 135). Mereka tidak memandang berat terhadap sembahyang, zakat dan haji kerana dengan adanya segolongan daripada orang yang mengerjakan sembahyang dan menunaikan haji dianggap sudah mencukupi.
 (ب) Menghalalkan perkahwinan mutaah. Untuk menggalakkan amalan tersebut, golongan Syiah mereka hadis-hadis palsu yang disandarkan kepada Imam dua belas mereka.  Antara hadis tersebut, Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa keluar dari dunia ini dalam keadaan tidak pernah melakukan kahwin mutaah dia akan datang pada hari akhirat dalam keadaan rompong.  Dalam kitab Tahzib al-Ahkam, jilid 7, halaman 254 ada menyebut bahawa kahwin mutaah tidak memerlukan saksi,wali dan perisytiharan.
(iii) Penyelewengan Akhlak.
Golongan Syiah dan orang-orang yang diracuni fikirannya oleh fahaman Syiah bersifat biadab terhadap nabi-nabi dan rasul-rasul dengan berpegang kepada riwayat daripada  ملا باقرالمجلسي dalam kitabnya Baharul Anwar (secara dusta) daripada nabi (SAW) bahawa nabi berkata kepada Ali (Wahai Ali, Engkau memiliki apa yang tidak dimiliki olehku.  Fatimah isterimu, sedangkan aku tidak mempunyai isteri seumpamanya, sedangkan aku tmempunyai isteri yang seumpamanya, daripadanya engkau memperolehi dua orang anak lelaki yang mana tidak ada bagiku dua orang anak lelaki seumpamanya.  Khadijah pula ibu mertuamu sedangkan aku tidak mempunyai ibu mertua yang penyayang seumpamanya.  Aku sendiri bapa mertuamu sedangkan aku sendiri tidak mempunyai bapa mertua yang penyayang seperti bapa mertuamu.Jaafar adalah saudaramu sedangkan aku tidak mempunyai saudara seumpama Jaafar.  Fatimah al-Hashimah adalah ibumu dimana aku tidak mendapat ibu seumpamanya.)) Kitab Bihar al-Anwar, kitab al-Syahadah jilid 5, halaman 511).
الكليني  menyebutkan bahawa darjah Imamah adalah lebih tinggi dari darjah kenabian, kerasulan dan khilatullah (خلة الله).  Untuk maksud ini dia الكليني)) telah berdusta atas nama Jaafar al-Sodik bahawa beliau berkata sesungguhnya Allah menjadikan Ibrahim sebagai hamba sebelum menjadikannya sebagai rasul, dan sesungguhnya Allah telah menjadikannya rasul sebelum menjadikan khalil dan sesungguhnya Allah menjadikannya sebagai khalil sebelum menjadikannya sebagai Imam.(Kitab al-Hujjah Minal Khafi, jilid 1 halaman 175).
Status Penwartaan:
Tidak Diwartakan
Negeri:
http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-negeri/fatwa-mengenai-ajaran-syiah-kelantan

Perkembangan Fahaman Syiah Di Selangor.

Huraian Tajuk/Isu:
Laporan ini dikemukakan kepada Ahli Jawatankuasa Perunding Hukum Syara’(FATWA) Negeri Selangor, untuk menimbang dan memutuskan mengenai perkembangan penyebaran fahaman Syiah di Selangor
Keputusan:
Jawatankuasa Perunding Hukum Syara’(FATWA) telah membincangkan perkara di atas dengan penuh teliti dan keputusannya adalah seperti berikut:’Jawatankuasa FATWA kali 1/98 memutuskan bahawa fahaman Syiah didapati menyeleweng dan bertentangan dengan ajaran Islam yang berlandaskan Ahli Sunnah Wal Jamaah. Umat Islam yang menganut fahaman ini hendaklah kembali kepada ajaran Islam yang sebenar’
Keterangan/Hujah:
Penyebaran fahaman Syiah di Malaysia dilakukan melalui beberapa cara :
a) Lawatan pembesar-pembesar Iran ke Malaysia yang di susuli dengan kempen dan penerangan fahaman mereka serta lawatan pelawat-pelawat Malaysia ke Republik itu.
b) Melalui pelajar-pelajar Malaysia yang ditawarkan belajar ke Republik itu dengan diberi biasiswa dan kemudahan asas yang secukupnya atau melalui pegawai-pegawai Kedutaan Iran di Malaysia yang membuat lawatan ke pusat-pusat pengajian tinggi di Malaysia.
c) Memberi hadiah berupa buku fahaman Syiah kepada perpustakaan-perpustakaan umum seperti perpustakaan universiti, masjid dan toko-toko buku yang terkenal.2.2 Di Malaysia terdapat 3 kumpulan Syiah yang berkembang beberapa tahun lalu : 
a) Syiah Tayyibi Bohra (Dawood Bohra)
Kumpulan ini berasal dari India dan di Malaysia dikenali sebagai golongan yang memiliki kedai Bombay. Kumpulan yang berpusat di daerah Klang ini mempunyai tanah perkuburan dan masjid sendiri dengan jumlah pengikut dianggarkan 200 hingga 400 orang. 
b) Syiah Ismailiah
Kumpulan ini dikenali dengan nama kedai Perbhai yang bergerak di Lembah Klang. Bilangan pengikutnya lebih kecil dari kelompok Bohra. 
c) Syiah Ja”fariyah @ Imamiah Ithna Asyariah
Kumpulan ini dipercayai mula bertapak di Malaysia pada tahun 1979. pengaruh ajaran dan fahaman ini menular melalui bahan bacaan dan individu seperti pensyarah IPT. Beberapa buku utama Syiah telah dijadikan rujukan dan telah diterjemah dalam Bahasa Melayu. Pengikut kumpulan ini dianggarkan 300 hingga 500 orang. 
3. Perkembangan Syiah Di SelangorBerdasarkan kajian dan siasatan Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) dan polis, Syiah di Negeri Selangor dikategorikan seperti berikut :

a) Pusat Pengajian Tinggi.
Beberapa buah Pusat Pengajian Tinggi telah dikenal pasti menjadi sasaran Syiah bergerak iaitu Universiti Malay, Universiti Kebangsaan Malaysia, Universiti Islam Antarabangsa dan Institut Teknologi Mara.

b) Orang Awam.
Hasil penyiasatan JAIS bersama Polis dan JAKIM didapati beberapa orang penyebar fahaman ini telah bergerak cergas dalam kelompok kecil untuk berkempen dari rumah ke rumah. Di antara individu yang telah dikenalpasti ialah Syed Jaafar bin Abdul Hamid Al-Sagof, beliau didapati menyebarkan fahaman ini di Taman Permata dan Taman Melor di Hulu Klang. 
c) Menubuhkan Persatuan.
Terdapat usaha-usaha kumpulan ini menubuhkan persatuan untuk mengembangkan fahaman Syiah kepada orang ramai yang dikenali dengan nama “Darul Husaini” tetapi pendaftaran ditolak pada 19September 1992 atas nasihat MAIS dan JAKIM. 
4. Penyelewengan Syiah.
Berikut adalah antara cirri-ciri ajaran Syiah yang bertentangan dengan ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah: 
a). Imam Adalah Maksum
Syiah meyakini bahawa imam-imam adalah maksum iaitu terpelihara daripada dosa kecil dan besar dari peringkat kanak-kanak hinggalah meninggal dunia, kedudukan mereka sama seperti nabi-nabi. Pada iktiqad mereka Imam memelihara syariat dalam kitab Aqaid al-Imamiah oleh Syeikh Muhammad Redha al-Muzaffar, hal 72.
b). Kemunculan Imam Mahadi Bersama Orang Yang Telah Mati.
Golongan Syiah dikehendaki mempercayai bahawa Allah akan menghidupkan semula orang-orang yang telah mati ke dunia ini bersama-sama Imam Mahadi untuk menghukum orang-orang yang telah melakukan kezaliman seperti Saidina Abu Bakar, Omar, Uthman, Aishah, Hafsah, Muawiah dan lain-lain lagi.Fakta ini dijelaskan dalam kertas Aqaid al-Imamiah oleh Syeikh Muhammad Redha al- Muzaffar, hal 83.
c). Berpura-Pura.
Mengikut aqidah Syiah, al-Taqqiyah ialah menunjukkan sesuatu yang boleh membahayakan diri atau harta bendanya dengan melahirkan yang bukan hakikat sebenar dari kandungan hatinya. Al-Taqiyyah ini diamalkan dalam setiap perkara kecuali dalam masaalah arak dan menyapu khuf. Perkara ini dijelaskan dalam buku Al-Usul Min Al-Kafi juz 2 oleh Abu Jaafar Muhammad bin Yaakub bin Ishak al-Khulaini al-Razi.
d). Menyanjung Saidina Ali Secara Keterlaluan.
Syiah menyanjung Saidina Ali secara berlebih-lebihan hingga disamatarafkan dengan Rasulullah. Bahkan dalam beberapa hal Saidina Ali dianggap lebih tinggi lagi. Perkara ini dinyatakan dalam kitab Al-Usul Min Al-Kafi oleh Al Khulaini. Jld.1.Hal. 197.
e). Menghalalkan Nikah Mut”ah.
Golongan Syiah menghalalkan Nikah Mut”ah. Perkara ini dinyatakan dalam kitab Man La Yahduruhu Al- Faqih oleh Abu Jaafar Muhammad bin Ali bin Hussain Bahawiah Al-Qanuni. Juzu” 1 hal 358.
f). Menambah Syahadah.
Golongan Syiah menambah nama Saidina Ali dalam syahadah selepas nama Nabi Muhammad S.A.W. Perkara ini dinyatakan didalam kitab Al-Usul Min Al-Kafi oleh Khulaini, Juzu”1, hal 441.
g). Menolak Hadis Yang Diriwayatkan oleh Ahli Sunnah Wal Jamaah Sekalipun Hadis Mutawatir. 
Golongan Syiah juga menolak semua hadis yang diriwayatkan oleh golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah walaupun hadis itu sampai kepada darjat mutawatir. Mereka hanya berpegang kepada hadis yang diriwayatkan oleh Ahli Bait sahaja. Pegangan ini disebut dalam buku Aslu Al Syiah Wa Usuluha oleh Muhammad Al Husain Ali Kasyif Al-Ghita”, hal 149.
h). Menolak Ijmak Ulama”.
Golongan Syiah tidak menerima pakai Ijmak Ulama” buktinya mereka menolak perlantikan Khalifah Abu Bakar, Umar dan Uthman. Malah mereka berpegang kepada pendapat-pendapat Imam mereka, kerana ijmak pada mereka adalah kesalahan, sedangkan pendapat Imam adalah maksum. Perkara ini dinyatakan di dalam kitab Mukhtasar al-Tuhfah al-Ithna Asyariyyah oleh Shah Abdul Aziz al-Imam Waliyullah Ahmad Abdul Rahim al-Dahlawi, hal 51.
i). Menolak Qias.
Golongan Syiah juga menolak Qias kerana beramal dengan qias akan merosakkan agama. Perkara ini dinyatakan dalam kitab Aslu al- Syiah Wa Usuluha oleh Muhammad bin Husain Ali Kasyif al-Ghita”, hal 149
:j). Menziarahi Kubur Saidina Husain Ganjarannya Syurga.
Syiah mendakwa bahawa orang yang menziarahi kubur Saidina Husain akan memasuki syurga, perkara ini dinyatakan di dalam kitab al-Irsyad oleh as-Syeikh al-Mufid halaman 252, sebagaimana yang diriwayatkan daripada Rasulullah S.A.W.
k). Menyeksa Tubuh Badan Sempena 10 Muharam.
Golongan Syiah mengadakan upacara memukul dada dan mnyeksa tubuh badan sempena 10 Muharam bagi menangisi kematian Saidina Husain. Perkara ini dinyatakan dalam kitab al-Syiah Wa al-Tashih al-Sira”, Baina al-Syiah wa al-Tasyayu”, oleh Doktor Musa al-Musawi. Hal 98.
l). Menghina Isteri-Isteri Nabi.
Golongan Syiah juga menghina isteri-isteri nabi. Perkara ini dinyatakan dalam kitab Tuhfah al-
Status Penwartaan:
Tidak Diwartakan
*****
Ada pun 542 Ulama dari 84 negara di antaranya Hasyim Muzadi, Din Syamsuddin, Qaradhawi, Al Buthi, bahkan raja Arab Saudi Abdullah dan Ulama Saudi Syekh Mani menyatakan Syi’ah itu lurus dalam Risalah Amman:
*****

RISALAH AMMAN – Ijma Ulama Dianggap Akal2an Syiah oleh Wahabi

Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: