Pesan Rahbar

Home » » 1.600 Tentara Israel Terluka Selama Perang di Gaza

1.600 Tentara Israel Terluka Selama Perang di Gaza

Written By Unknown on Monday 11 August 2014 | 19:49:00


Laporan media Israel mengatakan puluhan tentara Israel tewas dan lebih dari 1.600 terluka akibat balasan atas serangan Tel Aviv di Jalur Gaza yang terkepung.

Para pejabat Israel mengatakan sedikitnya 1.620 tentara terluka dalam bentrokan dengan para pejuang perlawanan Palestina selama beberapa minggu terakhir.

Media Israel menyebutkan jumlah warga sipil yang terluka selama serangan lebih 680 orang selama para pejuang Palestina menembakkan rentetan roketnya ke Israel sebagai pembalasan atas serangan mematikan ke daerah kantong Palestina yang diblokade.

Militer Israel juga mengatakan kehilangan hampir 64 tentaranya selama bentrokan dengan pejuang Palestina, namun Hamas mengatakan 150 tentara Israel tewas, ini menjadi kerugian terberat bagi militer Israel dalam beberapa tahun.

Israel sejauh ini menutup mata publik terkait jumlah korban yang pasti.
Banyaknya tentara Israel yang tewas selama serangan berlangsung di Gaza telah menumbuhkan penentangan masyarakat Israel.

Ribuan warga Israel mengadakan unjuk rasa menentang perang Tel Aviv di Gaza dalam beberapa hari terakhir. Demonstran dari sayap kiri dan anti-perang mengecam keras pemerintah karena menyeret Israel ke dalam perang dan tindakan militer yang berulang.

Sebuah survei terbaru dari lembaga Israel, Panel Politik, mengungkapkan bahwa 66 persen masyarakat Israel percaya perang tidak mencapai tujuannya. Ini terlihat karena pasukan Israel telah mundur dari Gaza, sementara mereka mengklaim telah mencapai tujuan utamanya.

Agresi militer Israel juga telah merengut nyawa lebih dari 1.875 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, dan melukai lebih dari 9.600 orang di Gaza sejak 8 Juli 2014.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan telah meluncurkan penyelidikan internasional atas pelanggaran Israel terhadap hak asasi manusia dalam perang selama sebulan terhadap wilayah Palestina.

Netanyahu ; Kami tidak akan Menghentikan Serangan ini.


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan terus melakukan serangan mematikan di Jalur Gaza yang diblokade.

Netanyahu mengatakan hal itu pada pertemuan kabinet di Tel Aviv Minggu (10/8/14) bahwa pasukan udara dan darat Israel akan melancarkan serangan yang lebih mematikan ke daerah kantong pantai Palestina yang terkepung.

“Operasi Pelindung Perbatasan terus berlanjut, kami tidak menghentikan langkah ini, Operasi akan berlanjut sampai kami mencapai tujuan, kembalinya tenang dalam waktu lama,” kata Netanyahu.

Menteri Komunikasi Israel juga mengatakan bahwa Tel Aviv tidak memiliki pilihan lain kecuali menduduki kembali Gaza dan menggulingkan Hamas.

Sayap kanan Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman juga telah memuji serangan ke Gaza sebagai suatu keberhasilan.
“Tidak ada keraguan bahwa satu-satunya cara yang dilakukan sekarang adalah mengalahkan Hamas, membersihkannya dari wilayah dan mengeluarkannya secepat mungkin,” kata Lieberman.

Pernyataan itu datang setelah jajak pendapat terbaru menunjukkan pandangan bahwa sebagian besar orang Israel sama seperti gerakan perlawanan Palestina, Hamas, yang mengatakan Tel Aviv gagal mencapai tujuannya dalam serangan berdarah ke Gaza.

Meningkatnya korban tewas pasukan Israel selama serangan terhadap Gaza telah mendorong tumbuhnya penentangan terhadap perang di kalangan masyarakat Israel.
Sementara itu, Netanyahu juga mengatakan bahwa rezimnya tidak akan terlibat dalam negosiasi dengan Hamas untuk mengakhiri ofensif di Gaza.

Negosiator Palestina di Kairo mengancam akan meninggalkan kota kecuali jika Israel setuju untuk kembali ke perundingan dalam 24 jam berikutnya.
Hamas menyerukan pencabutan blockade yang sudah tujuh tahun di Jalur Gaza.

Perang Israel di Jalur Gaza dimulai pada tanggal 8 Juli, menurut pejabat kesehatan Palestina, keseluruhan korban tewas warga Palestina dalam serangan brutal Israel di Jalur Gaza telah mencapai 1.918, dimana sebagian besar kematian adalah warga sipil. Hampir 10.000 orang telah terluka dalam serangan.

Otoritas Palestina menganggap serangan Israel ini sebagai kasus kejahatan perang dan penting di bawa ke Pengadilan Kejahatan Internasional.

Analis : Israel menghadapi kebuntuan dalam perang Gaza.


Rezim Israel telah menghadapi jalan buntu dalam agresi militernya terhadap Jalur Gaza yang terkepung karena perlawanan Palestina, seorang analis politik mengatakan Press TV.

“Apa yang terjadi sekarang adalah bahwa Israel dan [Perdana Menteri Benjamin] Netanyahu menghadapi jalan buntu, ” kata Haidar Hayyan dalam sebuah wawancara dengan Press TV Jumat (8/8/14).
Haidar memuji rakyat Palestina karena mendukung para pejuang perlawanan dalam menegakkan hak-hak warga Palestina dan membela wilayah Palestina.

Analis politik mengatakan bahwa Netanyahu telah mengatur skenario perang Israel di Gaza dalam upayanya menenangkan kelompok sayap kanan ekstremis Israel di pemilu berikutnya. “Dia mengatur pemilu [mendatang] melalui darah dan melalui kerusakan lebih di sana (Gaza).”

Rezim Israel pada hari Jumat kembali menggempur Jalur Gaza, tak lama setelah berakhirnya 72 jam gencatan senjata antara Tel Aviv dan Hamas.
Perkembangan ini terjadi setelah pembicaraan tidak langsung di ibukota Mesir, Kairo, gagal untuk memperpanjang gencatan senjata.

Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompoknya tidak akan memperpanjang gencatan senjata karena Israel belum menanggapi salah satu tuntutan Palestina dalam negosiasi itu.
Tank-tank Israel sudah mulai dipindahkan ke posisi mereka sebelumnya perang Gaza.

Ribuan warga Palestina melarikan diri dari rumah mereka di timur Kota Gaza pada hari Jumat karena takut serangan Israel kembali setelah gencatan senjata berakhir.

Agresi militer Israel terhadap Gaza, yang dimulai pada tanggal 8 Juli, telah merenggut nyawa hampir 1.900 warga Palestina, termasuk lebih dari 400 anak-anak, dan melukai lebih dari 9.500 lainnya.

Gencatan Senjata Gaza Berakhir, Pembicaraan di Kairo Gagal.


Tiga hari gencatan senjata antara Israel dan gerakan perlawanan Palestina Hamas berakhir,  sementara pembicaraan tidak langsung kedua belah pihak di Kairo terkait perbatasan baru  Jalur Gaza menemui jalan buntu.

Berakhirnya genjatan senjata pada pukul 0800 (0500 GMT) pada hari Jumat (8/8/14). Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompok nya tidak akan memperpanjang gencatan senjata karena Israel tidak menanggapi salah satu tuntutan Palestina dalam negosiasi.

Gerakan ini mengatakan meskipun demikian pembicaraan gencatan senjata dengan Israel tetap akan dilanjutkan.
Kurang dari satu jam sebelum berakhirny gencatan senjata, militer Israel mengatakan dua roket Hamas ditembakkan dari Jalur Gaza dan mendarat di Israel selatan namun tidak menimbulkan korban. Hamas mengatakan tidak ada roket yang ditembakan.

Militer Israel kemudian mengatakan roket-roket ditembakkan kembali dari Gaza di menit-menit akhir gencatan senjata. Kelompok Palestina belum mengkonfirmasi hal ini.

Tank-tank Israel telah kembali ke posisi sebelum penyerangan Gaza.
Ribuan warga Palestina melarikan diri dari rumah mereka di timur Kota Gaza pada hari Jumat karena takut serangan Israel kembali dilakukan setelah gencatan senjata berakhir.

Serangan 29 hari serangan militer rezim Israel ke Jalur Gaza, yang dimulai pada tanggal 8 Juli, telah merenggut nyawa hampir 1.900 warga Palestina, termasuk lebih dari 400 anak-anak, dan melukai lebih dari 9.500 lainnya.

250.000 warga Gaza tidak Memiliki Rumah Pasca Serangan Israel.


Setidaknya 250.000 warga Palestina tidak bisa kembali ke rumahnya di Gaza akibat hancur saat di serangan rezim militer Israel, Press TV melaporkan.

Sekitar 80 keluarga  tewas akibat serangan Israel di Gaza. Agresi Israel 8 Juli  sejauh ini menewaskan sebanyak 1.940 warga Palestina,  termasuk diantaranya 470 anak-anak, dan hampir 10.000 orang telah terluka.

“Rumah-rumah kami di bom malam hari sehingga kami harus berlindung di lantai bawah bangunan, jet F16 dan tank membom rumah kami.  Kami memutuskan untuk melarikan diri ke kota terdekat Beit Hanoun. Kami melihat banyak pengungsi di dalam rumah sakit Beit Hanoun, terluka dan tewas, “Shadi Sahwheel, warga Gaza pengungsi, mengatakan kepada Press TV.

Pengungsi Palestina menuduh badan-badan bantuan internasional yang beroperasi di Gaza memihak Israel.
“PBB gagal untuk memenuhi kebutuhan dasar kami. Kami tidak memiliki cukup makanan atau air bersih dan sebagian besar anak-anak kami dan wanita hamil sakit. Saya dan istri saya memiliki enam anak dan PBB hanya memberikan kami satu kasur.  Ada kelalaian yang direncanakan oleh PBB dan masyarakat internasional, “Rafat Ghasem, seorang pengungsi warga Palestina mengeluhkan.

Genjatan sejata baru selama 72 jam, mulai berlaku pada Senin menyusul kesepakatan antara Israel dan gerakan perlawanan Hamas di ibukota Mesir, Kairo.

Mengapa Perang Gaza 2014 Berkepanjangan?


Sudah menjadi kebiasaan militer Zionis Israel untuk melakukan perang cepat dalam waktu yang pendek. Hal itu dikarenakan mereka tidak punya luas wilayah sebagai strategi dan jumlah penduduk yang sedikit dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang membuat rezim ini sangat lemah dan berisiko bila melakukan perang luas dan berkepanjangan. Artinya, rezim Zionis Israel senantiasa takut bila perang berkepanjangan.

Dalam Perang Gaza 2014, Zionis Israel menyiapkan rencana perang sepekan hingga 10 hari untuk menghancurkan kemampuan roket Muqawama. Tapi tujuan itu tidak terjadi di pekan pertama dan membuat perang berlanjut hingga sebulan.

Kita dapat menganalisa mengapa perang berkepanjangan dari tiga sudut pandang:
1. Politik.
Perang Gaza 2014 terjadi di tengah peristiwa politik regional dan internasional yang menjadi prioritas. Sebagai contoh, berita tentang ISIS di Irak dan Suriah, perundingan nuklir Iran dan kelompok 5+1, piala dunia Brazil dan yang terbaru adalah transformasi Ukraina. Sudah barang tentu, Zionis Israel mengagresi Jalur Gaza dengan mencermati transformasi regional dan internasional. Apa lagi dalam 10 hari pertama, berita agresi brutal Zionis Israel ke Jalur Gaza belum mendapat tempat serius di kantor-kantor berita internasional.
2. Sosial.
Tampaknya masyarakat Jalur Gaza dan Zionis Israel memiliki kesiapan bila perang berkepanjangan. Sekalipun warga Gaza mendapat serangan luar biasa dari militer Zionis Israel, tapi mereka tetap mendukung Muqawama. Karena sikap Zionis Israel tidak menerima syarat Muqawama dalam setiap perundingan gencatan senjata berarti blokade Gaza terus berlanjut. Sementara berlanjutnya blokade sama dengan berlanjutnya perang lain tanpa kontak senjata. Dengan demikian, warga Gaza harus memilih antara mati secara perlahan-lahan atau akibat pengeboman Zionis Israel. Dalam hal ini, warga Gaza memilih opsi kedua.
Di sisi lain, serangan roket Muqawama menyebabkan masyarakat Zionis Israel hidup dalam ketakutan dan was-was. Berlanjutnya serangan roket Muqawama dalam beberapa tahun terakhir sebagai balasan atas agresi Zionis Israel selama ini memunculkan satu keyakinan bagi warga Zionis Israel bahwa bagaimanapun juga mereka harus sudah tidak lagi menghadapi masalah ini. Itulah mengapa sikap mereka berbeda dengan Perang 8 Hari Gaza pada 2012. Bila waktu itu mereka memrotes rezim Zionis Israel, kali ini tidak terjadi hal yang demikian, bahkan sesuai dengan survei yang dilakukan, mereka justru mendukung serangan ke Gaza dan keberlanjutannya.
3. Militer.
Kegagalan strategi militer Zionis Israel membuat mereka berpikiran untuk menggunakan taktik baru. Sudah barang tentu setiap serangan dan strategi baru digunakan, maka dibutuhkan cara dan taktik baru untuk menghadapinya. Berangamnya operasi militer yang dilakukan oleh faksi-faksi Muqawama Palestina merupakan ciri khas dari Perang Gaza 2014. Roket Muqawama telah mencapai target 120 kilometer, operasi pasukan komando Muqawama baik di darat maupun di laut, pengiriman pesawat tanpa awak, penggunaan senjata anti tank, penggunaan terowongan, psywar, perang siber dan lain-lain merupakan strategi yang digunakan Muqawama. Militer Zionis Israel tentu saja membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghadapi keragaman strategi yang digunakan ini. Dengan demikian, setelah sebulan menyerang secara brutal ke Jalur Gaza dan gagal meriah tujuan yang telah dicanangkan sebelumnya, Zionis Israel memilih gencatan senjata 72 jam untuk menganalisa kembali strategi perangnya menghadapi Muqawama Palestina. Laporan : Saleh Lapadi.

Netanyahu menyebut serangan Israel di Gaza ‘dibenarkan’.


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membela diri atas sebulan agresinya ke Jalur Gaza yang terkepung.

Pada konferensi pers di Timur al-Quds (Yerusalem) pada hari Rabu (6/8/14), Bibi menyebut pemboman dan penembakan Israel terhadap Palestina “dibenarkan,” disamping menghancurkan daerah berpenduduk padat.
“Saya pikir [serangan] itu dibenarkan, saya pikir itu proporsional,” kata Bibi.

Selai itu Bibi juga mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat yang mendukung rezimnya selama serangan tersebut, mengacu pada bantuan $ 225 juta untuk sistem rudal Iron Dome Israel.
Sekitar 1.900 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, telah tewas dan lebih dari 9.500 lainnya terluka akibat serangan besar-besaran rezim Israel sejak 8 Juli.

Pesawat tempur Israel menggempur sejumlah lokasi di Jalur Gaza, menghancurkan rumah-rumah dan mengubur keluarga di bawah reruntuhan. Pasukan Israel juga mulai serangan daratnya terhadap tanah Palestina miskin pada 17 Juli.

Gencatan senjata kemanusiaan selama tiga hari mulai berlaku pada Selasa 08:00 (0500 GMT) dan pasukan Israel mundur dari Jalur Gaza.

Hampir 400.000 anak-anak Palestina membutuhkan segera bantuan psikologis karena dampak perang yang tragis, menurut Dana Anak-anak PBB (UNICEF).

Netanyahu : Tidak Menyerang Gaza adalah ‘kesalahan moral’.


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terang-terangan membela pembantaian berdarah Tel Aviv di Gaza sebagai sesuatu yang ‘proporsional,’ sebaliknya menyalahkan Hamas sebagai penyebab korban sipil.

Selama konferensi pers Rabu (6/8/14), Perdana Menteri Israel menganggap agresi militer rezim Tel Aviv selama sebulan terhadap penduduk Gaza sebagai tindakan yang “proporsional” dan “dibenarkan.”
“Saya pikir itu dibenarkan, saya pikir itu proporsional. Adapun terjadi korban sipil disesalkan, “kata Netanyahu pada konferensi pers di Yerusalem untuk media berita asing.

Pemimpin Israel berpura-pura merasa menyesal tentang kematian warga sipil di wilayah Palestina yang terkepung, mengatakan korban sipil yang tewas akibat “perbuatan Hamas sendiri.”
Dia menambahkan bahwa serangan terhadap sekolah-sekolah PBB tidak hanya tepat, tetapi itu “menjadi kesalahan moral” bila tidak diserang, karena tempat itu [sekolah-sekolah] dijadikan Hamas untuk melancarkan serangan.

“Itu jelas kesalahan. Ini kesalahan moral. Ini kesalahan operasional. Namun … bila tidak serangan itu sama saja menyerahkan kemenangan besar bagi teroris di mana-mana. ‘”

Netanyahu mengklaim bahwa Hamas menggunakan warganya sebagai “perisai manusia,” menambahkan bahwa kelompok perlawanan Palestina menggunakan sekolah dan rumah sakit untuk menyembunyikan para pejuang dan senjatanya.

Perdana menteri Israel keras itu membuat klaim dalam keputusasannya untuk membebaskan Tel Aviv dari kecaman internasional yang keras akibat pembantaian brutal di Jalur Gaza.

Pada hari Kamis, Amnesty International mengatakan Israel telah melakukan “serangan yang disengaja” terhadap rumah sakit dan petugas kesehatan di Gaza, menyerukan penyelidikan agresi Tel Aviv segera.
Laporan yang keluar dari Gaza juga menunjukkan bahwa militer Israel telah menggunakan senjata yang dilarang, termasuk bom fosfor putih, dalam serangan terhadap warga di daerah padat penduduk-.
Sekitar 1.900 warga Palestina, termasuk lebih dari 400 anak-anak, telah tewas dan lebih dari 9.500 lainnya luka-luka sejak militer Israel melancarkan serangan pertama brutal terhadap Jalur Gaza pada tanggal 8 Juli.
Sebuah gencatan senjata kemanusiaan selama tiga hari antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada 08:00 waktu setempat (0500 GMT) pada hari Selasa.

Tidak ada Kesepakatan Israel-Palestian.


Tidak ada kesepakatan yang dibuat antara negosiator Israel dan Palestina menindak lanjuti 72 jam gencatan senjata yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, kata seorang pejabat senior Hamas.
Mousa Abu Marzook, pejabat dari gerakan perlawanan Palestina, membuat pernyataan di ibukota Mesir Kairo pada akhir Rabu (6/8/14).

Beberapa jam sebelumnya, para pejabat Tel Aviv mengatakan Israel siap untuk memperpanjang gencatan senjata //di luar batas waktu hari Jumat.

“Tidak ada kesepakatan tentang perpanjangan gencatan senjata,” kata Marzook di Twitter.
Sementara itu, pejabat Mesir itu mengatakan delegasi Israel dan Palestina terus melanjutkan pembicaraan tentang gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak.

Para delegasi melakukan pembicaraan secara tidak langsung melalui pejabat Mesir.
Dana Anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan sebelumnya hampir 400.000 anak-anak Palestina membutuhkan segera bantuan psikologis.

Rezim Israel yang selama 29 hari melakukan serangan tanpa henti terhadap Jalur Gaza telah merenggut nyawa hampir 1.900 warga Palestina, termasuk diantaranya lebih dari 400 anak-anak, dan melukai lebih dari 9.500 lainnya.

Pesawat tempur Israel menggempur sejumlah lokasi di Jalur Gaza, menghancurkan rumah-rumah dan mengubur keluarga di bawah reruntuhan. Pasukan Israel juga mulai melakukan serangan darat terhadap tanah Palestina yang miskin sejak 17 Juli lalu.

Gencatan senjata kemanusiaan 72-jam antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada 08:00 (0500 GMT) pada hari Selasa.

Haniyeh : Pejuang Perlawanan Menang dalam perang Israel di Gaza.

Ismail Haniyeh, pemimpin senior gerakan perlawanan Hamas, mengatakan Palestina adalah pihak yang menang dalam perang Israel di Jalur Gaza yang terkepung.

Kepala Hamas membuat pernyataan yang disampaikan pada hari Selasa (5/8/14), mengatakan para pejuang perlawanan adalah sebagai pemenang sejati invasi rezim Israel dari Gaza.

Haniyeh juga mengatakan tujuh tahun blokade Gaza harus dicabut, mencatat, “Kemenangan militer perlawanan, dan kekuatan legendaris rakyat kita akan membawa kita ke pencabutan blokade di Jalur Gaza.”
Dia juga menyatakan dukungan penuh kepada delegasi Palestina di ibukota Mesir Kairo, mengatakan, “Semua orang bersatu berdiri di belakang delegasi kami di Kairo. Kami memenuhi semua prosedur diplomatik.”

Dia mencontohkan negosiasi gencatan senjata dengan Tel Aviv, berkata, “Apa yang musuh tidak bisa capai di medan perang itu juga tidak akan capai di medan diplomatik.”

Sejauh ini, sekitar 1.900 orang telah tewas dan lebih dari 9.500 lainnya terluka akibat serangan besar-besaran rezim Israel yang dimulai pada tanggal 8 Juli.

Pesawat tempur Israel menggempur sejumlah lokasi di Jalur Gaza, menghancurkan rumah-rumah dan mengubur keluarga di bawah reruntuhan. Pasukan Israel juga mulai serangan darat terhadap wilayah Palestina pada 17 Juli.

Tiga hari gencatan senjata mulai berlaku pada 08:00 (0500 GMT) Selasa dan pasukan Israel mundur dari Jalur Gaza.

(Republika/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: