Pesan Rahbar

Home » » Al Quran menyatakan Tidak Semua Sahabat Rasulullah Adalah Adil

Al Quran menyatakan Tidak Semua Sahabat Rasulullah Adalah Adil

Written By Unknown on Saturday, 16 August 2014 | 18:58:00


Syi’ah Mencela Sahabat Nabi ?? Syi’ah Hina Sahabat Nabi ?? Syi’ah Mencaci Sahabat Nabi ?? Syi’ah mengkafirkan para Sahabat ??

Yg mengatakan sebagian sahabat itu ingkar, lari dari medan perang, meninggalkan rasulullah sedang khutbah jumat dan mereka keluar mengejar pedagag makanan, sahabat yg mengancam mengawini istri nabi saw. dll. ITU SEMUA ALLAH YG MENGATAKANNYA. KALO ANTUM TIDAK PERCAYA SILAHKAN SURAT DAN AYAT YG SAYA KEMUKAKAN ANTUM CEK BENAR APA SALAH.


ADA YANG MENINGGALKAN NABI KETIKA SEDANG KHOTBAH JUM’AT, HANYA UNTUK MELIHAT PERNIAGAAN DAN PERMAINAN.

Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (Al Jumuah : 11).

Sangat kasiahan melihat keyakinan yg telah didoktrin oleh salafi-wahabi yang mengatakan bahwa semua sahabat baik, jujur, adil dan sebanding. INI ADALAH PENDAPAT YG MENYIMPANG DARI KEBENARAN. BAIK ITU DARI HADIST SHOHIH MAUPUN AYAT-AYAT AL-QURAN.

BAGAIMANA ANTUM BISA MEMBENARKAN PENDAPAT SALAFI-WAHABI TERSEBUT DAN MEMBUANG HADIST SHAHIH DAN FIRMAN ALLAH YG MENGECAM MEREKA ?

BAHKAN BANYAK HADIST YG MENCERITAKAN BAHWA NANTI PARA SAHABAT BANYAK DICAMPAKAN KEDALAM NERAKA. APAKAH SAHABAT SEPERTI ITU YG ANTUM TIRU ?

PENDAPAT YG BENAR ADALAH SAHABAT ADA YANG SHOLEH DAN ADA YG SALAH, ADA YG TAAT KEPADA ALLAH DAN JUGA ADA YG INGKAR PADA ALLAH.

saya akan mulai satu persatu tentang sahabat2 yg ingkar pada Allah dan rasulNYA. tujuannya adalah untuk membuka mata kita agar jangan mudah dicekoki dgn org2 yg hanya copy paste dan dengan sengaja menutup kebenaran dgn tujuan tertentu dan kebencian mereka kepada ahlul bait. Dampaknya sekarang umat tidak tahu siapa yg diikuti setelah rasulullah saw. dan mereka mendoktrin dgn hal-hal bodoh seperti sahabt semua adil, kita harus memahami Al-quran dan hadist berdasarkamn pemahaman sahabat dll.

Pertanyaannya adalah dimana posisi ahlul bait nabi saw yg telah ditetapi oleh nabi saw menjadi panutan umat dan dan umat islam wajib mengikuti mereka (ahlul bait tersebut telah disucikan oleh Allah)bukan mengikuti yg serba tidak jelas, tanpa dalil yg qothi seperti mengikuti semua sahabat.

Tapi dalil-dalil yg kita terima adalah bahwa ahlul bait menurut salafi seperti ortu nabi saw, kakek beliau abdul muthalib dan pamannya yg memberi segalanya pada nabi saw mulai dari makan, minum, rumah utk berteduh, menjadi penolong disaat satu orgpun sahabat tidak menolong nabi saw dari kafir quraisy abu thalib tampil walaupun darah, air mata, kelaparan bahkan nyawa anak, istri dan dirinya beliau pertaruhkan demi tegaknya Agama islam ini divonis oleh kaum salafi-wahabi yg menyimpang ini bahwa abu thalib mati dalam keadaan kafir artau musryik lewat hadist2 palsu, dimana tidak mungkin hadist tersebut keluar dari mulut yg mulia yaitu rasulullah saw. ITULAH FITNAH MEREKA UNTUK MEMBERANGUS AHLUL BAIT.

Baik saya akan mulai dan anda jangan terkejut. semoga bermanfaat:

DEMI PERUT (BACA:MENGEJAR PEDAGANG MAKANAN), SAHABAT MENINGGALKAN NABI SAW YG SEDANG KHUTBAH JUM’AT.

Qs. 62 ayat 11;

Qs. Al Jumuah ayat 11 : Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, “Apa yang ada disisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik

Asbabun Nuzul ayat 11;
Jabir mengatakan bahwa saat Rasulullah menyampaikan khotbah pada hari jum’at, tiba tiba rombongan kafilah datang membawa dagangan dari Syam, kaum muslimin mendatangi rombongan itu, hingga hanya tersisa 12 orang yang mendengarkan Rasulullah berkhotbah. Atas peristiwa itu, turunlah ayat ini” (Hr.Bukhari dan Muslim).

Ibnu Katsir menulis tentang sahabat yang meninggalkan Rasul yang sedang khutbah Jum’at hanya karena perdagangan. Dia berkata bahwa Imam Ahmad berkata: Berkata kepada Ibnu Idris dari Hushain bin Salim dari Jabir, ia berkata: Aku sering masuk ke Madinah dan ketika RasuluLLAAH SAW. sedang berkhutbah orang-orang meninggalkan beliau dan tersisa hanya dua belas orang saja,kemudian turunlah ayat “Dan apabila mereka melihat perdagangan (yang menguntungkan) ataupermainan (yang menyenangkan) mereka bubar dan pergi ke sana meninggalkan engkau berdiri (berkutbah)(al- Jumu’ah ayat 11).

Kejadian ini juga termuat dalam Shahihain. (lih. Tafsir Ibnu Katsir 4/378, ad-Durrul Mantsur Suyuthi hal.220-223, Shahih Bukhari 1/316, Shahih Muslim, 2/590).

Untuk penelitian dan eksplorasi yang mendalam tentang naqd al-Qur’an terhadap sahabat, silahkan anda buka kitab-kitab berikut:

– Tafsir Ibn Katsir 1/421 dan Tafsir at-Tabari 4/155, tafsir surah al-Imran ayat 161.
Mereka berhamburan keluar masjid sementara Nabi saw. sedang berkhutbah di atas Mimbar… mereka tega meninggalkan Nabi saw. berdiri di atas mimbar hanya kerena ada seorang pedagang makanan datang dengan menabuh genderang sebagai alat memanggil para pelanggan! Dari ribuan sahabat yang hadir shalat Jum’at hanya tersisa belasan sahabat saja yang masih setia duduk mendengar pidato Nabi saw.


Sungguh luar biasa!!

Para Ulama Ahluusunnah Mengaitkan Penghinaan Itu Dengan Sebuah Ayat Al Qur’an!

Tidak cukup sampai di sini, para ulama Ahlusunnah sepakat mempertegas tuduhan menghinakan itu dengan mengaitkannya dengan sebuah ayat Al Qur’an.

Allah SWT berfirman:
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah:” Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik- baik Pemberi rezeki.” (QS. Jumu’ah [62];11).


Keterangan Para Ulama Ahlusunnah Tentang Ayat di Atas

Tentang ayat di atas, para ulama Ahlusunnnah mengaitkannnya dengan sebuah peristiwa yang menggemparkan penghuni langit sebelum menggemparkan penduduk bumi, sehingga Allah SWT langsung menurunkan ayat teguran bahkan ancaman keras dan Nabi pun tidak ketinggalan menampakkan murkanya atas para pelaku tindakan hina yang biadab itu.

Untuk menyingkat waktu mari kita dengar langsung penghinaan ulama Ahlusunnah terhadap para sahabat Nabi mulia saw.

Setelah menerangkan makna ayat bahwa para sahabat itu meninggalkan Nabi saw. berpidato di atas mimbar, Ibnu Jarir ath Thabari (mufassir tertua Ahlusunnah) mengutip berbagai riwayat, di antaranya:

“…. dari Abu Mâlik, ia berkata, ‘Dihyah datang dengan membawa dagangan (berupa minyak) dari negeri Syam. Saat itu Nabi saw. sedang berkhutbah Jum’at, sepontan ketika melihat itu, para sahabat berdiri menujunya di tanah Baqi’. Mereka takut kedahuluan orang lain. Ia berkata, ‘Lalu turunlah ayat “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).”.

“… dari as Suddi dari Qarrah, ‘Tentang ayat {.. apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat} ia berkata, “Dihyah al kalbi datang membawa dagangan sementara Nabi saw. berdiri (berkhutbah) dalam shalat Jum’at, maka mereka serempak meninggalkan Nabi saw. dan keluar menghampiri Dihyah. Lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).” hingga akhir surah.

“… (sahabat) Jabir bin Abdillah berkata, ‘Kami bersama Rasulullah saw. di hari Jum’at, lalu lewatah kafilah dagang membawa makanan. Ia (Jabir) berkata, ‘Maka manusia keluar kecuali dua belas orang saja, lalu turunlah ayat surah Jum’at”.

“ … Hasan berkata, ‘Penduduk kota Madinah mengalami kelaparan dan mahalnya bahan makanan, lalu datanglah kafilah dagang sementara Nabi saw. sedang berkhutbah shalat Jum’at, ketika mendengar kedatangan kafilah itu mereka bergegas keluar dan meninggalkan Nabi saw. yang sedang berdiri seperti yang difirmankan Allah.”.

“… dari Qatadah, ia berkata, ‘Ketika Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan manusia pada hari Jum’at, tiba-tiba mereka berangsur-angsu r bangun dan keluar sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’

Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan.

Kemudian di hari jum’at berikutnya beliau berkhutbah di hadapan mereka …

Sufyan berkata, ‘Aku tidak mengetahui dari hadisnya melainkan beliau menasihati dan mengingatkan mereka, lalu mereka berangsur-angsu r meninggalkan beliau sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’

Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan.

Kemudian pada hari jum’at ketiga beliau berkhutbah lalu mereka berangsur-angsu r meninggalkan beliau sehingga tidak tersisa kecuali sekelompok kecil.’ Maka beliau bertanya, ‘Berapa jumlah kalian?’

Para sahabat itu kemudian menghitung jumlah mereka, maka hanya dua belas orang laki-laki dan satu perempuan. Setelah itu beliau bersabda (mengancam) ;“Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, andai orang terakhir kamu mengikuti orang pertama kamu (yang keluar) pastilah lembah ini akan dilahab api membakar kalian!.”.

Lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).”.

Ibnu Katsir meyakinkan kita dengan kata-katanya:
“Allah –Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi- telah menegur (para sahabat) atas apa yang terjadi iaitu meninggalkan Nabi (sawa) ketika khutbah Juma’at menuju kafilah dagang yang datang ke kota Madinah pada hari itu. Allah -Ta’ala- berfiman: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri.” berkhutbah di atas mimbar. Demikian telah disebutkan oleh para ulama tabi’în seperti Abul ‘Âliyah, al Hasan, Zaid bin Aslam dan Qatadah. Dan Muqatil bin Hayyân berpendapat bahwa kafilah dagang itu milik Dihyah sebelum ia memeluk Islam. Ia membawa genderang (dan memukulnya) lalu orang-orang -kecuali beberapa orang saja- keluar menujunya dan meninggalkan Rasulullah (sawa) berdiri di atas mimbar. Dan telah shahih berita tentang kejadian ini.”.

Kemudian ia menyebutkan beberapa riwayat tentangnya, di antaranya adalah:
Imam Ahmad(Musnad Ahmad 3-313) telah meriwayatkan dari … Jabir, ia berkata, “Pada suatu hari ada kafilah dagang datang ke kota Madinah ketika Rasulullah (sawa) sedang berkhutbah, maka orang ramai keluar (dari masjid) kecuali dua belas orang saja, lalu turunlah ayat: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri.” Dan hadis ini juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab Sahahih mereka dari hadis Salim dengan sanad di atas.


Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bahwa beliau SAWW pernah bersabda kepada kaum Anshar: “Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat sepeninggalku. Karena itu bersabarlah sehingga kalian menemui Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh.” Anas berkata, “Kami tidak sabar.“(1)

Ala’ bin Musayyab dari ayahnya pernah berkata: “Aku berjumpa dengan Barra’ bin A’zib ra. Kukatakan padanya, “berbahagialah Anda karena dapat bersahabat dengan Nabi SAWW dan membai’atnya di bawah pohon (bai’ah tahta syajarah). Barra’ menjawab, “wahai putera saudaraku, engkau tidak tahu apa yang telah kami lakukan sepeninggalnya.”(2)

Jika sahabat utama yang tergolong di antara as-Sabiqin al-Awwalin dan pernah membai’at Nabi di bawah pohon, serta Allah rela kepada mereka dan Maha Tahu apa yang ada dalam hati mereka sehingga diberinya ganjaran yang besar; apakah mereka yang menghianati Bai’ah itu tetap diridhoi Allah ? apalagi sahabat-sahabat ini kemudian bersaksi bahwa dirinya dan para sahabat yang lain telah melakukan “sesuatu yang berbeda (baca bid’ah)” sepeninggal Nabi, pengakuan mereka ini adalah bukti kebenaran yang disabdakan oleh Nabi SAW bahwa sebagian dari sahabatnya akan berpaling darinya sepeninggalnya.

Rasululah SAW juga telah bersabda: “Siapa yang mencaci Ali maka dia telah mencaciku; dan siapa yang mencaciku maka dia telah mencaci Allah; dan siapa yang mencaci Allah maka Allah akan menjatuhkannya ke dalam api neraka.“(3)

Sangat jelas hukuman bagi orang yang mencaci Imam Ali AS. Lalu apa hukuman bagi mereka yang melaknatnya dan memeranginya., sementara sejarah mengabarkan bahwa Muawiyah melaknati Imam Ali AS selama 70 tahun lebih , dan juga beliau AS telah diperangi oleh 3 kelompok dalam 3 Perang Besar.

Referensi:

1. Shahih Bukhari jil. 2 hal. 135
2. Shahih Bukhari jil.3 hal. 32.
3. Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 121; Khasais an-Nasai hal. 24; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 6 hal. 33; Manaqib al-Khawarizmi.


Syi’ah Mencela Sahabat Nabi ?? Syi’ah Hina Sahabat Nabi ?? Syi’ah Mencaci Sahabat Nabi ?? Syi’ah mengkafirkan para Sahabat ??

(1) ADA YANG MENINGGALKAN NABI KETIKA SEDANG KHOTBAH JUM’AT, HANYA UNTUK MELIHAT PERNIAGAAN DAN PERMAINAN.

Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (Al Jumuah : 11).


(2) ADA YANG MENYAKITI NABIT DENGAN MEMBUAT GOSIP MURAHAN.

Di antara mereka ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (At Taubah : 61).


(3) ADA YANG BERSUMPAH PALSU.

Mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (At Taubah : 74).


(4) ADA YANG KIKIR DAN ENGGANG BERSEDEKAH.

Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).(At Taubah : 75-76).


(5) ADA YANG MENINGGIKAN SUARA DIHADAPAN NABI DAN BERKATA DENGAN SUARA KASAR (KERAS).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Al Hujuraat : 2).


(6) ADA YANG MENCAMPUR ADUKKAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN.

“Dan ada pula yang lain, yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. At-Taubah: 102).


(7) ADA YANG BERPRASANGKA SEPERTI PRASANGKA JAHILIYA KEPADA ALLAH – KETIKA RASULULLAH MENYERUKAN UNTUK BERPERANG.

Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.(Ali Imran : 154).


(8) ADA YANG MENGANGGAP JANJI ALLAH DAN RASULULLAH SEBAGAI TIPU DAYA.

“Dan (ingatlah) ketika orang- orang munafik DAN orang-orang yang berpenyakit dalam hatinyaberkata:” Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzâb ;12).


(9) ADA YANG ENGGAN UNTUK IKUT DALAM BERPERANG.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) secara berkelompok atau majulah bersama-sama (serentak). Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah dia berkata, “Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku, karena aku tidak ikut berperang bersama mereka.” (Qs. An-Nisa’: 71-72).


(10) JIKA MEREKA IKUT PERANG, MALAH MEMBUAT KEKACAUAN DAN MELEMAHKAN”.

Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju kedepan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan (dibarisanmu); sedang diantara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka. Allah mengetahui orang-orang yang dzalim.”(Qs. At-Taubah: 47).


(11) LARI DARI MEDAN PERANG.

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(At Taubah : 25).


(12) TIDAK MEMATUHI PERINTAH NABI, HANYA DEMI BEREBUT RAMPASAN PERANG.

(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran : 153).


Mengenai sikap terhadap sahabat, kaum Syi’ah berpegang pada Al-Quran dan Sunnah serta catatan sejarah. Bahwa diantara para sahabat ada juga yang lalim

Lihat buku-buku sejarah Islam, seperti “Riwayat Hidup Rasulullah SAW” karangan Abul Hasan Ali Al-Hasany an-Nadwy, terjemahan Bey Arifin dan Yunus Ali Muhdhar, hal. 213 atau Ibnu Hisyam, “Sirah Nabawiyah” jilid II, hal. 213. Atau Mu’awiyah dan para jendralnya yang melakukan pembersihan etnis dengan membunuh kaum Syi’ah secara berdarah dingin, shabran, menyembelih bayi-bayi Syi’ah, memperbudak para muslimah dan membakar kebun dan membakar manusia hidup-hidup, mengarak kepala dari kota ke kota, minum arak, berzina dan sengaja merencanakan dan membuat hadits hadits palsu yang bertentangan dengan hukum syar’i. Mengapa saudara tidak membaca sejarah dan hadits-hadits kita sendiri?

Bila saudara-saudara menganggap cerita-cerita yang membuka ‘aib’ para sahabat sebagai kufur, maka tidak akan ada lagi ahli sejarah dan ahli hadits yang tidak kafir. Syi’ah menolak hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat lalim. Mereka heran mengapa kaum Sunnah keberatan bila mereka meriwayatkan hadits-hadits dari keluarga Rasulullah sebab ayat-ayat Al-Qur’an turun dirumah mereka.

Dan Rasulullah tinggal serumah dan mengajari mereka? Mengapa mereka harus mencari hadits-hadits Abu Hurairah misalnya, yang meriwayatkan bahwa Allah menciptakan Adam seperti wajah Allah dengan panjang 60 hasta (sittuna dzira), sedang Al-Qur’an mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang menyerupaiNya, laisa kamitslihi syai’un, atau Nabi Musa lari telanjang bulat karena bajunya dibawa lari oleh batu, atau sapi berbahasa Arab, atau hadits yang menyatakan kalu lalat masuk ke dalam kuah, maka seluruh lalat harus dimasukkan kedalamnya sehingga menimbulkan ‘perang lalat’ di koran-koran Mesir karena dokter-dokter muda menolak hadits yang ‘berbahaya’ tersebut? Dan Allah yang turun ke langit bumi, sepertiga malam, sehingga Allah tidak punya kesempatan untuk kembali karena kesiangan?

Mengapa mereka harus berpegang pada Abu Hurairah yang oleh sahabat-sahabat besar seperti ummul mu’minin Aisyah dan Umar bin Khattab dan ulama-ulama besar seperti Ibnu Qutaibah menganggapnya sebagai pembohong? Bukankah Ibnu Qutaibah disebut sejarawan sebagai nashibi atau pembenci Ahlul Bait dan bukan Syi’ah? Baca sejarah dan hadits-hadits shahih Bukhari Muslim! Haruslah diakui bahwa pandangan Syi’ah ini berbeda dengan kaum Sunni yang menganggap semua sahabat itu adil, ‘udul, dan bila mereka membunuh atau memerangi sesama muslim, mereka akan tetap mendapat pahala. Bila tindakan mereka salah, mereka akan mendapat satu pahala dan kalau benar mendapat dua pahala.

Malah ada ulama Sunni, seperti Ibnu Katsir, Ibnu Hazm dan Ibnu Taymiyyah menganggap ‘Abudrrahman bin Muljam yang membacok Imam ‘Ali bin Abi Thalib yang sedang shalat shubuh sebagai mujtahid. Demikian pula pembantai Husain dan keluarganya di Karbala. Pembunuh-pembunuh cucu Rasulullah ini dianggap mendapat pahala, satu bila salah dan dua bila benar! Suatu hari, saya kedatangan tiga orang Afghanistan. Saya tanyakan, mengapa kaum muslimin di Afghanistan saling berperang? Mereka menjawab: mereka berperang karena berijtihad seperti ummul mu’minin ‘Aisyah yang memerangi ‘Ali dalam perang Jamal. Kalau benar dapat dua pahala dan kalau salah dapat satu.

Dan saya dengar, koran-koran Jakarta pun telah memuat keyakinan mereka ini. Kaum Thaliban di Afghanistan, yang punya pendapat seperti ini, yang mengurung dan tidak membolehkan wanita bekerja atau sekolah bukanlah Syi’ah, tetapi kaum Wahabi! Sebaliknya kaum Syi’ah juga berpendapat bahwa banyak pula sahabat yang mulia, yang harus diteladani kaum muslimin. Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa diantara para sahabat ada yang ‘kufur’ dan ‘munafik’. (Termasuk ayat-ayat terakhir bacalah At-Taubah ayat 48, 97).

Banyak sekali hadits-hadits seperti hadits Al-Haudh, diantaranya tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Mereka membenarkan ayat Al-Qur’an tersebut dan menceritakan adanya sekelompok sahabat digiring ke neraka dan tatkala ditanya Rasul, ada suara yang menjawab “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sesudahmu”. Ahli-ahli sejarah kita dengan gamblang menggambarkan ulah beberapa sahabat tersebut. Apakah pandangan Syi;ah tersebut ‘kufur’ atau ‘sesat’? Apakah mereka harus dikafirkan karena keyakinan mereka itu? Kita boleh menyesali perbedaan itu, tetapi perbedaan ini menyangkut masalah cabang agama bukan pokok, bukan ushuluddin.

Mengenai mencela dan melaknat sahabat, saya belum pernah membaca fatwa ulama yang mengkafirkan mereka. Misalnya, selama 80 tahun dinasti ‘Umayyah, kecuali di zaman khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis yang hanya dua setengah tahun.

Muawiyyah dan para pejabatnya serta para ulamanya melaknat dan mencaci Ali bin Abu Thalib dan keluarga beserta pengikutnya diatas mimbar diseluruh dunia Islam termasuk di Makkah dan Madinah, kecuali di Sijistan.

Di Sijistan, sebuah kota yang sekarang terletak antara Afghanistan dan Iran, hanya sekali melakukan pelaknatan diatas mimbar. Ali dilaknat dan dicaci atas perintah sahabat dan ipar Rasulullah SAWW, Mu’awiyyah, serta khalifah-khalifah Bani Umayyah lainnya. Pada masa itu, misalnya, Ali tidak dianggap khalifah yang lurus.

Abdullah bin Umar tidak mau membai’at Ali malahan membai’at Mu’awiyyah, Yazid bin Mu’awiyyah dan gubernur Hajjaj bin Yusuf yang terkenal sebagai penjahat yang mebunuh 120 ribu kaum muslimin dan muslimat secara berdarah dingin, shabran. Umar bin Abul Azis mengatakan bahwa Hajjaj pasti akan menjadi juara dunia bila para penjahat dikumpulkan dan ‘diperlombakan’.

Ibnu Umar juga mengeluarkan hadits-hadits yang menyingkirkan Ali sebagai salah satu khalifah yang lurus. Kita tahu, Mu’awiyyah membunuh para sahabat seperti, Hujur bin ‘Adi, Syarik bin Syaddad, Shaifi bin Fasil, Asy-Syabani, Qabisyah bin Dhabi’ah Al-Abbasi, Mahraz bin Syahhab Al- Munqari, Kadam bin Hayyan Al-Anzi dan Abdurrahman bin Hassan Al-Anzi hanya karena tidak mau melaknat Ali. Abdurrahman Al-Anzi dikirim kepada Ziyad bin Abih dan dikuburkan hidup-hidup di Nathif dekat kuffah, ditepi sungai Efrat.

Beranikah saudara-saudara peserta menganggap Mu’awiyyah dan seluruh pejabat, sahabat Rasulullah SAWW yang mendukungnya, serta para ulama telah kafir karena bukan saja memerintahkan kaum muslimin, termasuk para sahabat agar melaknat Ali, tetapi juga membunuh mereka yang menolak untuk melaknat? Pada masa itu tidak ada yang berani menamakan anaknya Ali. Sampai-sampai pernah seorang ayah melaporkan kepada penguasa karena merasa terhina oleh istrinya karena memanggilnya Ali!


AL QURAN MENYATAKAN ADA SAHABAT YANG MENYAKITI (HATI) RASULULLAH DENGAN ANCAMAN MENGAWINI ISTRI-ISTRINYA SESUDAH IA WAFAT.

Yang mengatakan sebagian sahabat itu ingkar, lari dari medan perang, meninggalkan rasulullah sedang khutbah jumat dan mereka keluar mengejar pedagag makanan, sahabat yg mengancam mengawini istri nabi saw. dll. ITU SEMUA ALLAH YG MENGATAKANNYA. KALO ANTUM TIDAK PERCAYA SILAHKAN SURAT DAN AYAT YG SAYA KEMUKAKAN ANTUM CEK BENAR APA SALAH.

Sahabat Nabi SAW. telah menyakiti Rasulullah SAW. sesuai dengan ayat dalam Al Qur`an surah al Ahzab 33: 53 berikut ini:.

Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (Qs. Al-Ahzab 33: 53).

Dan bentuk tindakan sahabat menyakiti Rasulullah SAW., menurut Dr. Jalaluddin Rakhmat adalah seperti hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi berikut ini yang ia kutip dari tafsir ad-Durr al Mantsur karya Jalaluddin as Suyuthi, yaitu:

“Al-Baihaqi dalam sunannya dari Ibn Abbas: Salah seorang sahabat Nabi SAW berkata: Apakah Muhammad (SAW) menghalangi kami untuk menikahi saudara-saudara sepupu kami, sementara ia boleh menikahi mantan istri-istri kami sepeninggal kami. Jika sesuatu terjadi kepadanya, kami akan kawini istri-istrinya sepeninggalnya. Makan turunlah ayat ini. Perkataan ini menyakiti hati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (al-Durr al-Mantsur 5:404).

Tiada seorang nabi yang diganggu kaumnya seperti Nabi Muhammad saw. diganggu kaumnya!

Dan tiada nabi yang lebih sabar dari Nabi Muhammad saw. dalam menghadapi gangguan kaumnya, baik yang kafir maupun yang munafik atau yang lemah imannya!

Serta tiada dosa melebihi dosa mengganggu Allah dan Rasul-Nya! Allah melaknat dan mencampakkan ke dalam siksa pedih-Nya sesiapa yangberani-bera ni mengganggu rasul-Nya!

Allah SWT. berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. al Ahzâb[33] ;57).


Keterangan:

Tentang ayat di atas, Ibnu Katsir berkata, “Allah berfirman sembari mengancam dan manjanjikan siksaan atas sesiapa yang mengganggu-Nya dengan melanggar perintah-perint ah-Nya dan menerjang larangan-larang an-Nya serta berterus-terus dalam melanggar. Allah juga mengancam sesiapa yang mengganggu Rasul-Nya dengan menisbatkan aib atau cacat –kami berlindung kepada Allah darinya-…. .” Dan setelah menyebutkan perselisihat pendapat para ahli tafsir tentang siapa atau kelompok mana yang dimaksud dengannya, di antaranya adalah pendapat Ibnu Abbas ra. bahwa yang dimaksud dengannya adalah para sahabat yang mengganggu Nabi saw. terkait dengan pernikahan beliau saw. dengan Shaifyah binti Huyai ibn Akhthab, ia melanjutkan, “Yang zahir bahwa ayat itu bersifat umum untuk siapapun yang mengganggu beliau dengan bentuk gangguan apapun. Maka barang siapa mengganggu beliau berarti ia benar-benar telah mengganggu Allah. Sebagaimana ta’at kepada beliau adalah ta’at kepada Allah (Tafsir al Qur’an al Adzîm; Ibnu Katsir,4/517).

Dalam ayat di atas Allah menegaskan bahwa siapapun yang mengganggu Rasulullah saw. berarti ia menganggu Allah, sebab seorang rasul selaku rasul tidak lain adalah utusan Allah, maka siapapun yang mengganggunya berarti sebenarnya ia sedang bermaksud mengganngu Allah. Dan Allah mencancam bagi yang mengganngu-Nya dan mengganggu Rasul-Nya dengan kutukan/ laknatan yang akan mengena dan menyertainya di sepanjang kehidupan dunia dan akhiratnya, selain Allah siapkan siksa yang menghinakan kelak di hari kiamat ketika mereka dicampakkan ke dalam api neraka!

Allah mengancamnya dengan laknat yang artinya –seperti telah disebutkan- adalah diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah SWT. Dan rahmat Allah yang khusus bagi kaum Mukmin adalah berbentuk bimbingan kepada keyakinan yang benar/haq dan hakikat keimanan yang akan diikuti dengan amal shaleh. Jadi dijauhkan dari rahmat di dunia berkonsekuensi terhalanginya orang tersebut dari mendapatkan rahmat tersebut di atas sebagai balasan atas kejahatannya. Dan ia akan menyebabkan terkuncinya hati dari menerima kebenaran, seperti ditegaskan dalam firman-Nya:

“Kami laknati mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (QS. Al Mâidah [5];13).

Sebagaimana mata hati mereka menjadi buta dan telinga battin mereka menjadi tuli. Allah SWT berfirman:“Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka.” (QS. Muhammad [47];23).

Inilah ganjaran mereka yang menggangggu Rasulullah saw. di dunia. Adaapun ganjarang atas mereka di akhirat nanti adalah dijauhkan dari rahmat kedekatan Allah. Mereka dihalau dari mendapat anugrah-Nya. Dan setelah itu Allah menambahkan lagi dengan firman-Nya: “dan (Allah) menyediakan baginya siksa yang menghinakan.”.

Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang menghinakan mereka, karena daahulu di dunia mereka mengganggu Rasulullah saw. sebagai bentuk kecongkakan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya, maka sekarang mereka dibalas dengan kehinaan abadi.


SIAPA YANG MENGANCAM AKAN MENGAWINI ISTRI-ISTRI NABI SAW?

Para ulama ahli tafsir kita menyebutkan bahwa di antara sikap yang mengganggu dan menyakitkan hati Nabbi saw. adalah ucapan sebagian sahabat bahwa ia akan menikahi seorang dari istri beliau saw. jika nanti beliau mati. Maka Allah merekam sikap tidak senonoh tersebut dalam firman-Nya:

“….Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (QS. al Ahzâb[33];53).


Keterangan:

Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah (dengan melanggar perintahnya baik yang terkait dengan sikap kalian terhadap istri-istri beliau atau dalam masalah-masalah lain) dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat.

Sesungguhnya perbuatan itu ( menikahi istri-iastri beliau sepeninggal beliau)adalah (dosa yang) amat besar (dosanya) di sisi Allah.

Ayat ini mengesankan secara kuat bahwa sebagian sahabat telah menyebut-nyebut niatan/ucapan yang disebut di dalamnya bahwa ada di antara mereka yang berniat menikahi istri-istri Nabi saw. sepeninggal beliau saw.

Beberapa riwayat telah direkan para Ahli Hadis bahwa yang berbicara tidak sononoh itu adalah salah seorang sahabat Nabi saw. Sementara beberapa riwayat lainnya menegaskan bahwa sahabat yang dimaksud adalah Thalhal ibn Ubaidillah.

Jalaluddin as Suyuthi menyebutkan dalam kitab tafsir ad Durr al Mantsûr-nya delapan riwayat dalam masalah ini dari para muhaddis kenamaan Ahlusunnah, di antaranya adalah:

(1) Ibnu Jarir ath Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., ia berkata, “Ada seorang datang menemui salah seorang istri Nabi saw. lalu berbincang-binc ang dengannya, ia adalah anak pamannya. Maka Nabi saw. bersabda, ‘Jangan kamu ulang lagi perbuatan ini setelah hari ini!’ Ia menjawab, ‘Wahai Rasulullah! Dia adalah anak pamanku dan aku tidak berbincang-binc ang yang munkar kepadanya dan dia pun tidak berbicara yang munkar kepadaku.’ Nabi saw. bersabda, ‘Aku mengerti itu. Tiada yang lebih cemburu dibanding Allah dan tiada seorang yang lebih pecemburu dibanding aku.’ Lalu ia meninggalkan Nabi kemudian berkata, ‘Dia melarangku berbincang-binc ang dengan anak pamanku, jika ia mati aku benar-benar akan menikahinya.’ Maka turunlah ayat itu. …. “.

(2) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as Siddi ra., ia berkata, “Telah samapai kepada kami berita bahwa Thalhah berkata, ‘Apakah Muhammad menghalang-hala ngi kami dari menikahi wanita-wanita suku kami, sementara ia menihaki wanita-wanita kami setelah kematian kami? Jika terjadi sesuatu atasnya (mati_maksudnya ) aku akan nikahi istri-istrinya. ” Maka turunlah ayat ini.

(3) Abdurrazzâq, Abdu ibn Humaid dan Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Qatadah ra., ia baerkata, “Thahlah berkata, ‘Jika Nabi wafat aku akan nikahi ‘Aisyah ra.” maka turunlah ayat: Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri- istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat… “.

(4) Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm tentang firman Allah: Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri- istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat….”, ia berkata, “Ayat ini turun untuk Thalhah ibn Ubaidillah, sebab dia berkata, ‘Jika Rasulullah saw. aku akan nikahi Aisyah ra.’”[Baca ad Durr al Mantsûr,5/403-4 04, Tafsir Fathul Qadîr,4/298-300 , tafsir Ibnu Katsir,3/506, Tafsir Ma’âlim at Tanzîl,5/273, dll).


Khulashah:

Dari keterangan di atas dimengerti bahwa karenan Allah SWT. tidak mungkin menimpa-Nya gangguan apapun baik secara fisik maupun non fisik karena Dzat Allah Maha suci dari mengalami itu semua. Maka Allah menetapkan manusia-manusia suci pilihan-Nya sebagai barometer gangguan kepada Allah. Nabi Muhammad saw. adalah barometer tersebut! Sesiapa yang mengganggu Nabi Muhammad saw. maka berarti ia benar-benar telah mengganggu Allah SWT. Sebab beliau adalah duta Allah dan hamba pilihan-Nya!


Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bahwa beliau SAWW pernah bersabda kepada kaum Anshar: “Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat sepeninggalku. Karena itu bersabarlah sehingga kalian menemui Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh.” Anas berkata, “Kami tidak sabar.“(1)

Ala’ bin Musayyab dari ayahnya pernah berkata: “Aku berjumpa dengan Barra’ bin A’zib ra. Kukatakan padanya, “berbahagialah Anda karena dapat bersahabat dengan Nabi SAWW dan membai’atnya di bawah pohon (bai’ah tahta syajarah). Barra’ menjawab, “wahai putera saudaraku, engkau tidak tahu apa yang telah kami lakukan sepeninggalnya.”(2)

Jika sahabat utama yang tergolong di antara as-Sabiqin al-Awwalin dan pernah membai’at Nabi di bawah pohon, serta Allah rela kepada mereka dan Maha Tahu apa yang ada dalam hati mereka sehingga diberinya ganjaran yang besar; apakah mereka yang menghianati Bai’ah itu tetap diridhoi Allah ? apalagi sahabat-sahabat ini kemudian bersaksi bahwa dirinya dan para sahabat yang lain telah melakukan “sesuatu yang berbeda (baca bid’ah)” sepeninggal Nabi, pengakuan mereka ini adalah bukti kebenaran yang disabdakan oleh Nabi SAW bahwa sebagian dari sahabatnya akan berpaling darinya sepeninggalnya.

Rasululah SAW juga telah bersabda: “Siapa yang mencaci Ali maka dia telah mencaciku; dan siapa yang mencaciku maka dia telah mencaci Allah; dan siapa yang mencaci Allah maka Allah akan menjatuhkannya ke dalam api neraka.“(3)

Sangat jelas hukuman bagi orang yang mencaci Imam Ali AS. Lalu apa hukuman bagi mereka yang melaknatnya dan memeranginya., sementara sejarah mengabarkan bahwa Muawiyah melaknati Imam Ali AS selama 70 tahun lebih , dan juga beliau AS telah diperangi oleh 3 kelompok dalam 3 Perang Besar.

Referensi:

1. Shahih Bukhari jil. 2 hal. 135
2. Shahih Bukhari jil.3 hal. 32.
3. Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 121; Khasais an-Nasai hal. 24; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 6 hal. 33; Manaqib al-Khawarizmi.



Syi’ah Mencela Sahabat Nabi ?? Syi’ah Hina Sahabat Nabi ?? Syi’ah Mencaci Sahabat Nabi ?? Syi’ah mengkafirkan para Sahabat ??

(1) ADA YANG MENINGGALKAN NABI KETIKA SEDANG KHOTBAH JUM’AT, HANYA UNTUK MELIHAT PERNIAGAAN DAN PERMAINAN.

Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (Al Jumuah : 11).


(2) ADA YANG MENYAKITI NABIT DENGAN MEMBUAT GOSIP MURAHAN.

Di antara mereka ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (At Taubah : 61).


(3) ADA YANG BERSUMPAH PALSU.

Mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (At Taubah : 74).


(4) ADA YANG KIKIR DAN ENGGANG BERSEDEKAH.

Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).(At Taubah : 75-76).


(5) ADA YANG MENINGGIKAN SUARA DIHADAPAN NABI DAN BERKATA DENGAN SUARA KASAR (KERAS).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Al Hujuraat : 2).


(6) ADA YANG MENCAMPUR ADUKKAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN.

“Dan ada pula yang lain, yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. At-Taubah: 102).


(7) ADA YANG BERPRASANGKA SEPERTI PRASANGKA JAHILIYA KEPADA ALLAH – KETIKA RASULULLAH MENYERUKAN UNTUK BERPERANG.

Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.(Ali Imran : 154).


(8) ADA YANG MENGANGGAP JANJI ALLAH DAN RASULULLAH SEBAGAI TIPU DAYA.

“Dan (ingatlah) ketika orang- orang munafik DAN orang-orang yang berpenyakit dalam hatinyaberkata:” Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzâb ;12).


(9) ADA YANG ENGGAN UNTUK IKUT DALAM BERPERANG.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) secara berkelompok atau majulah bersama-sama (serentak). Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah dia berkata, “Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku, karena aku tidak ikut berperang bersama mereka.” (Qs. An-Nisa’: 71-72).


(10) JIKA MEREKA IKUT PERANG, MALAH MEMBUAT KEKACAUAN DAN MELEMAHKAN”.

Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju kedepan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan (dibarisanmu); sedang diantara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka. Allah mengetahui orang-orang yang dzalim.”(Qs. At-Taubah: 47).


(11) LARI DARI MEDAN PERANG.

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(At Taubah : 25).


(12) TIDAK MEMATUHI PERINTAH NABI, HANYA DEMI BEREBUT RAMPASAN PERANG.

(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran : 153).


Mengenai sikap terhadap sahabat, kaum Syi’ah berpegang pada Al-Quran dan Sunnah serta catatan sejarah. Bahwa diantara para sahabat ada juga yang lalim.

Lihat buku-buku sejarah Islam, seperti “Riwayat Hidup Rasulullah SAW” karangan Abul Hasan Ali Al-Hasany an-Nadwy, terjemahan Bey Arifin dan Yunus Ali Muhdhar, hal. 213 atau Ibnu Hisyam, “Sirah Nabawiyah” jilid II, hal. 213. Atau Mu’awiyah dan para jendralnya yang melakukan pembersihan etnis dengan membunuh kaum Syi’ah secara berdarah dingin, shabran, menyembelih bayi-bayi Syi’ah, memperbudak para muslimah dan membakar kebun dan membakar manusia hidup-hidup, mengarak kepala dari kota ke kota, minum arak, berzina dan sengaja merencanakan dan membuat hadits hadits palsu yang bertentangan dengan hukum syar’i. Mengapa saudara tidak membaca sejarah dan hadits-hadits kita sendiri?

Bila saudara-saudara menganggap cerita-cerita yang membuka ‘aib’ para sahabat sebagai kufur, maka tidak akan ada lagi ahli sejarah dan ahli hadits yang tidak kafir. Syi’ah menolak hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat lalim. Mereka heran mengapa kaum Sunnah keberatan bila mereka meriwayatkan hadits-hadits dari keluarga Rasulullah sebab ayat-ayat Al-Qur’an turun dirumah mereka.

Dan Rasulullah tinggal serumah dan mengajari mereka? Mengapa mereka harus mencari hadits-hadits Abu Hurairah misalnya, yang meriwayatkan bahwa Allah menciptakan Adam seperti wajah Allah dengan panjang 60 hasta (sittuna dzira), sedang Al-Qur’an mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang menyerupaiNya, laisa kamitslihi syai’un, atau Nabi Musa lari telanjang bulat karena bajunya dibawa lari oleh batu, atau sapi berbahasa Arab, atau hadits yang menyatakan kalu lalat masuk ke dalam kuah, maka seluruh lalat harus dimasukkan kedalamnya sehingga menimbulkan ‘perang lalat’ di koran-koran Mesir karena dokter-dokter muda menolak hadits yang ‘berbahaya’ tersebut? Dan Allah yang turun ke langit bumi, sepertiga malam, sehingga Allah tidak punya kesempatan untuk kembali karena kesiangan?

Mengapa mereka harus berpegang pada Abu Hurairah yang oleh sahabat-sahabat besar seperti ummul mu’minin Aisyah dan Umar bin Khattab dan ulama-ulama besar seperti Ibnu Qutaibah menganggapnya sebagai pembohong? Bukankah Ibnu Qutaibah disebut sejarawan sebagai nashibi atau pembenci Ahlul Bait dan bukan Syi’ah? Baca sejarah dan hadits-hadits shahih Bukhari Muslim! Haruslah diakui bahwa pandangan Syi’ah ini berbeda dengan kaum Sunni yang menganggap semua sahabat itu adil, ‘udul, dan bila mereka membunuh atau memerangi sesama muslim, mereka akan tetap mendapat pahala. Bila tindakan mereka salah, mereka akan mendapat satu pahala dan kalau benar mendapat dua pahala.

Malah ada ulama Sunni, seperti Ibnu Katsir, Ibnu Hazm dan Ibnu Taymiyyah menganggap ‘Abudrrahman bin Muljam yang membacok Imam ‘Ali bin Abi Thalib yang sedang shalat shubuh sebagai mujtahid. Demikian pula pembantai Husain dan keluarganya di Karbala. Pembunuh-pembunuh cucu Rasulullah ini dianggap mendapat pahala, satu bila salah dan dua bila benar! Suatu hari, saya kedatangan tiga orang Afghanistan. Saya tanyakan, mengapa kaum muslimin di Afghanistan saling berperang? Mereka menjawab: mereka berperang karena berijtihad seperti ummul mu’minin ‘Aisyah yang memerangi ‘Ali dalam perang Jamal. Kalau benar dapat dua pahala dan kalau salah dapat satu.

Dan saya dengar, koran-koran Jakarta pun telah memuat keyakinan mereka ini. Kaum Thaliban di Afghanistan, yang punya pendapat seperti ini, yang mengurung dan tidak membolehkan wanita bekerja atau sekolah bukanlah Syi’ah, tetapi kaum Wahabi! Sebaliknya kaum Syi’ah juga berpendapat bahwa banyak pula sahabat yang mulia, yang harus diteladani kaum muslimin. Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa diantara para sahabat ada yang ‘kufur’ dan ‘munafik’. (Termasuk ayat-ayat terakhir bacalah At-Taubah ayat 48, 97).

Banyak sekali hadits-hadits seperti hadits Al-Haudh, diantaranya tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Mereka membenarkan ayat Al-Qur’an tersebut dan menceritakan adanya sekelompok sahabat digiring ke neraka dan tatkala ditanya Rasul, ada suara yang menjawab “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sesudahmu”. Ahli-ahli sejarah kita dengan gamblang menggambarkan ulah beberapa sahabat tersebut. Apakah pandangan Syi;ah tersebut ‘kufur’ atau ‘sesat’? Apakah mereka harus dikafirkan karena keyakinan mereka itu? Kita boleh menyesali perbedaan itu, tetapi perbedaan ini menyangkut masalah cabang agama bukan pokok, bukan ushuluddin.

Mengenai mencela dan melaknat sahabat, saya belum pernah membaca fatwa ulama yang mengkafirkan mereka. Misalnya, selama 80 tahun dinasti ‘Umayyah, kecuali di zaman khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis yang hanya dua setengah tahun.

Muawiyyah dan para pejabatnya serta para ulamanya melaknat dan mencaci Ali bin Abu Thalib dan keluarga beserta pengikutnya diatas mimbar diseluruh dunia Islam termasuk di Makkah dan Madinah, kecuali di Sijistan.

Di Sijistan, sebuah kota yang sekarang terletak antara Afghanistan dan Iran, hanya sekali melakukan pelaknatan diatas mimbar. Ali dilaknat dan dicaci atas perintah sahabat dan ipar Rasulullah SAWW, Mu’awiyyah, serta khalifah-khalifah Bani Umayyah lainnya. Pada masa itu, misalnya, Ali tidak dianggap khalifah yang lurus.

Abdullah bin Umar tidak mau membai’at Ali malahan membai’at Mu’awiyyah, Yazid bin Mu’awiyyah dan gubernur Hajjaj bin Yusuf yang terkenal sebagai penjahat yang mebunuh 120 ribu kaum muslimin dan muslimat secara berdarah dingin, shabran. Umar bin Abul Azis mengatakan bahwa Hajjaj pasti akan menjadi juara dunia bila para penjahat dikumpulkan dan ‘diperlombakan’.

Ibnu Umar juga mengeluarkan hadits-hadits yang menyingkirkan Ali sebagai salah satu khalifah yang lurus. Kita tahu, Mu’awiyyah membunuh para sahabat seperti, Hujur bin ‘Adi, Syarik bin Syaddad, Shaifi bin Fasil, Asy-Syabani, Qabisyah bin Dhabi’ah Al-Abbasi, Mahraz bin Syahhab Al- Munqari, Kadam bin Hayyan Al-Anzi dan Abdurrahman bin Hassan Al-Anzi hanya karena tidak mau melaknat Ali. Abdurrahman Al-Anzi dikirim kepada Ziyad bin Abih dan dikuburkan hidup-hidup di Nathif dekat kuffah, ditepi sungai Efrat.

Beranikah saudara-saudara peserta menganggap Mu’awiyyah dan seluruh pejabat, sahabat Rasulullah SAWW yang mendukungnya, serta para ulama telah kafir karena bukan saja memerintahkan kaum muslimin, termasuk para sahabat agar melaknat Ali, tetapi juga membunuh mereka yang menolak untuk melaknat? Pada masa itu tidak ada yang berani menamakan anaknya Ali. Sampai-sampai pernah seorang ayah melaporkan kepada penguasa karena merasa terhina oleh istrinya karena memanggilnya Ali!


Yang mengatakan sebagian sahabat itu ingkar, lari dari medan perang, meninggalkan rasulullah sedang khutbah jumat dan mereka keluar mengejar pedagag makanan, sahabat yg mengancam mengawini istri nabi saw. dll. ITU SEMUA ALLAH YG MENGATAKANNYA. KALO ANTUM TIDAK PERCAYA SILAHKAN SURAT DAN AYAT YG SAYA KEMUKAKAN ANTUM CEK BENAR APA SALAH.

RATUSAN SAHABAT LARI DARI PERANG UHUD INIKAH BUKTI SAHABAT CINTA PADA ALLAH DAN RASULNYA ?


PERANG UHUD

Perang uhud adalah perang antara kaum muslimin yg dipimpin oleh Rasulullah sendiri melawan kaum kafir. Terjadinya perang uhud adalah pertengahan bulan Syawal 3 H pasukan muslimin berjumlah 700 orang dipimpin oleh Nabi saw VS 3000 org kaum musryikin mekah pimpinan Abu sofyan bin harb( baca: Sirah nabawiyah HMH.AL-HAMID AL HUSAINI hal.565-569 ).

Dimana abu sofyan bin harb (pemimpin kaum kafir) dan hindun (keduanya adalah orang tua muawiyah bin abu sofyan) yg masih kafir ikut serta memerangi nabi saw. perang ini dicatat oleh sejarah. Perang ini yg membuat nabi saw menangis dan sedih tiada tara karena melihat kondisi paman beliau wafat dimedan perang uhud . Bukan krn kematian paman nabi saw. (yaitu hamzah bin abdul muthalib) yg membuat hati nabi saw yg mulia itu begitu sedih tapi karena perlakukan thd jenazah paman beliau saw.

Perlakuan atas jenazah paman beliau saw yg tidak manusiawi itu yg dilakukan seorang manusia TERKUTUK YG BERNAMA HINDUN (istri abu sofyan , ibu muawiyah bin abu sofyan dan nenek dari yazid bin muawiyah.) semoga Allah melaknat hindun yg bersikap DZHOLIM dan MELAMPAUI BATAS KEMANUSIAAN (baca : Allah tdk akan memberi petunjuk bagi manusia yg DZALIM DAN MELAMPAUI BATAS) yaitu bukan sekedar merobek perut jenazah yg mulia yaitu hamzah ra. tetapi juga memakan hati dan jantung paman nabi saw seperti MANUSIA KANIBAL.

(dari rahim perempuan dzalim inilah lahir seorang anak bernama Muawiyah bin abu sofyan yg melakukan pemberontakan kpd Ali ra. yg pada saat itu menjadi khalifah yg sah, yg kita kenal dgn perang shiffin, 70 ribu kaum muslimin gugur akibat ambisi muawiyah yg ingin menjadi khalifah ).

QS. 3:140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’[231]. DAN ALLAH TIDAK MENYUKAI ORANG-ORANG YANG DZALIM.

Seteleh selasai perang uhud lalu nabi saw melihat jenazah hamzah ra, ketika Rasulullah menyaksikan kondisi jenazah paman beliau , Rasulullah bersabda “ PAMAN, BELUM PERNAH ADA ORANG MENGALAMI KEADAAN SEPERTI ANDA. AKUPUN BELUM PERNAH MELIHAT PERISTIWA YG MEMBANGKITKAN KEMARAHANKU SEPERTI KEJADIAN YG ANDA ALAMI INI “ sambil menahan gejolak hati dan perasaan beliau berucap “ : Demi Allah pada suatu ketika, bila Allah memenangkan kami dalam peperangan melawan mereka , mereka akan menyaksikan sendiri apa yg hendak kami lakukan terhadap mereka . ( baca: Sirah nabawiyah HMH.AL-HAMID AL HUSAINI hal.575, SIRAH NABAWIYAH IBNU HISYAM JILID 2).

Setelah itu turunlah ayat An-nahl 126 :
Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu[846]. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

Kekalahan peperangan ini diabadikan oleh Al-Quran disurat Ali imran 121-179 ( baca sirah nabawiyah ibnu hisyam jilid 2 bab 146 “ Ayat-ayat Al-Quran yg diturunkan Allah tentang perang Uhud hal 72-98 ).

Untuk meringkas tulisan saya akan pilih point2 penting saja sebagai kronologis kejadian perang uhud hingga kaum muslimin menderita kekalahan Sebagai Berikut:
1. Pasukan panah ditempatkan Rasulullah diatas bukit selain untuk menyerang musuh juga berfungsi melindungi pasukan kaum muslimin didataran.
2. Awalnya kaum kafir quraisy banyak terbunuh oleh pasukan pemanah sehingga mereka kucar kacir.
3. kaum quraisy lari dan meninggalkan harta rampasan perang
4. pasukan (sahabat nabi saw) pemanah turun karena tergiur dengan harta rampasan perang. satu riwayat mereka sudah diingat kembali agar jangan turun sebelum nabi saw memerintahkan tp mereka tidak menghiraukan seruan tersebut dan tetap turun mengambil harta rampasan perang, mereka tidak taat atas perintah nabi saw
5. pasukan berkuda khalid bin walid (masih kafir) yg bersembunyi dibalik bukit uhud menyerang balik pasukan Rasulullah yg lengah.
6. Pasukan Rasulullah (terdiri dari sahabat2 nabi saw) yg tidak siap dengan serangan dadakan dari khalid bin walid dll menjadi kocar kacir dan sebagian besar melarikan diri.
7. Rasulullah memanggil dan memperingati sahabat2nya yg lari untuk kembali tp sahabat2 tersebut tidak menghiraukannya dan ( mungkin jg mrk tidak dengar). hal ini diabadikan oleh Al-Quran disurat Ali imran ayat 153 :

(INGATLAH) KETIKA KAMU LARI DAN TIDAK MENOLEH KEPADA SESEORANGPUN, SEDANG RASUL YANG BERADA DI ANTARA KAWAN-KAWANMU YANG LAIN MEMANGGIL KAMU, KARENA ITU ALLAH MENIMPAKAN ATAS KAMU KESEDIHAN ATAS KESEDIHAN[240], SUPAYA KAMU JANGAN BERSEDIH HATI TERHADAP APA YANG LUPUT DARI PADA KAMU DAN TERHADAP APA YANG MENIMPA KAMU. ALLAH MAHA MENGETAHUI APA YANG KAMU KERJAKAN.

[240]. Kesedihan kaum muslimin disebabkan mereka tidak mentaati perintah Rasul yang mengakibatkan kekalahan bagi mereka.

ada yg orang pandir yang menulis bahwa yg lari dari medan uhud bukan sahabat tapi orang munafik dari kalangan kaum muslimin.

Hal ini tidak beralasan sama sekali sebab sebelum perang nabi mengumpulkan para sahabatnya untuk berperang. dan banyak defenisi sahabat yg dikemukakan oleh ulama hampir semuanya menyatakan syarat sahabat nabi saw adalah yg ikut berperang.

sehingga jelas bahwa sahabat2 tersebut pada lari ketika perang uhud. Hal ini diperjelas lagi dengan ayat Al-quran tentang kekalahan sahabt2 dalam perang uhud : (Tidak mungkin ayat ini diturunkan kepada orang munafik.

QS.3:165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

QS. 3:166. Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.

QS. 3: 167. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik…..

Ibnu hisyam memberi coment QS 3:167 : “maksudnya agar Allah menampakan apa saja yang ada pada orang-orang munafik diantara kalian”.


8. Kekalahan pada perang uhud diderita oleh sahabat-sahabat nabi (kaum muslimin) pada saat itu.

QS. 3:140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’[231]. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang DZALIM.


PERANG HUNAIN

Perang hunain terjadi tidak lama setelah penaklukan kota mekah tanpa adanya perlawanan. pasukan pada saat yg dipimpin langsung oleh Rasulullah berjumlah 12 ribu ( 10 ribu dari Madinah dan 2 ribu org yg terdiri dari penduduk makkah yg baru memeluk islam ) diantara 2 ribu pasukan tersebut ada yg masuk islam secara sukarela dan ada yg terpaksa. pasukan kaum muslimin berangkat kehunain melawan kaum kafir HAWAZIN yg dipimpin oleh malik bin auf yg memobilisasi anak suku kabilahnya seperti tsaqif, nashr, jusyam dan sa’ad bin bakar. semua suku kabilah HAWAZIN turut serta kecuali bani ka’ab dan bani kilab.


RINGKAS PERISTIWA

1. Pasukan Rasulullah tiba dihunain menjelang malam dan pada pagi harinya,ketika fajar mulai menyingsing mereka mulai bergerak menyusuri lembah TIHAMAH tetapi tiba-tiba kaum muslimin diserang dengan hujan panah oleh pasukan hawazin.
2. Dalam keadaan kalang kabut tersebut mereka mundur dan lari kocar – kacir untuk menyelamatkan diri dari lembah maut (lari dari medan perang hunain) sehingga sejarah mencatat sangking ketakutannya para sahabat2 tersebut diantara mereka terjadi saling bentur dan tabrakan sesama pasukan kaum muslimin.
3. Dalam keadaan genting tersebut orang-orang yg baru memeluk islam bukannya membantu kaum muslimin malah senyum tanda puas atas kondisi pasukan kaum muslimin pada saat itu. diantara mereka adalah ABU SOFYAN BIN HARB, DAN SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH.
ABU SOFYAN BIN HARB dengan gembira dan sambil tersenyum berkata kepada konco2nya : “MEREKA (sahabat2 nabi yg lari dari medan perang hunain) AKAN TERUS LARI SAMAPAI TERJUN KELAUT”. dan SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH berkata : SEKARANG INILAH AKU DAPAT ,MENGALAHKAN MUHAMMAD.
mendengar hal itu khaladah bin hanbal dengan nada mengejek ( kepada abu sofyan dan syaibah) berkata : TUTUP MULUTMU AKU LEBIH SUKA BERADA DIBAWAH QURAISY DARIPADA DIBAWAH HAWAZIN. ( baca : sirah nabawiyah HMH. Al-hamid al-husaini hal 691).
4. Raulullah ingin terjun sendiri ketengah medan perang tapi dihalangi oleh abu sofyan bin al-harist bin abdul mutholib. nabi saw bersabda : aku seorang nabi dan aku putra abdulmuthalib…d st (hadist ini diabadikan oleh bukhari dan muslim) walau pada akhirnya nabi menerima pendapat abu sofyan bin al-harist.
5. Al abbas dikala itu yg dekat dgn Rasulullah berteriak dengan keras memanggil sahabat2 yg lari kocar kacir agar kembali : HAI KAUM ANSHAR YG BERJANJI DIAQABAH !!! HAI KAUM MUHAJIRIN YG TELAH MENYATAKAN BAIT DIPOHON!!
6. sahabat yg lari sadar dan kembali berperang bersama Rasulullah menghadapi pasukan hawazin dan akhirnya menang.


Kesimpulan:

1. Pasukan kaum muslimin pada saat itu yg banyak 12 ribu tidak menjamin mereka bisa menang dan terbukti mereka pada awalnya kalah hal ini terlihat pasukan kaum muslimin yg terdiri 10 ribu sahabat NABI SAW sebagian dari mereka lari dari medan perang untuk menyelamatkan diri peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT dalam kalamNYA :

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan HUNAIN, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu LARI KEBELAKANG DENGAN BERCERAI BERAI. ( QS. At taubah: 25).

Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir ( QS. At taubah:26)

Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ( QS. At taubah:26).

2. ALLAH menunjukkan kepada kaum muslimin bahwa orang2 yg baru masuk islam sebagian masih memiliki sifat dengki dan hasut kepada nabi saw seperti yg terlukis dalam kalimat ABU SOFYAN BIN HARB, DAN SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH. bukannya membantu malah mereka mengejek sahabat2 yg lari dari perang hunain.

3. APA KIRA-KIRA YG TERJADI JIKA AL-ABBAS TIDAK BERTERIAK MENGINGATKAN PARA SAHABAT YG LARI TERSEBUT ? BUKANKAH KAUM MUSLIMIN AKAN KALAH.

KESIMPULAN DARI 2 PEPERANGAN KAUM MUSLIMIN YG MELIBATKAN SAHABAT2 NABI PADA SAAT ITU TERBUKTI BAHWA MEREKA (SEBAGIAN SAHABAT) LARI DARI MEDAN PERANG.

PERTANYAANNYA MENGAPA PARA SAHABAT LARI DARI MEDAN PERANG ? JAWABNYA BANYAK TAPI CUKUP SATU SAJA SAYA SIMPULKAN MEREKA LARI KARENA INGIN MENYELAMATKAN JIWANYA ATAU TAKUT MATI.


Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bahwa beliau SAWW pernah bersabda kepada kaum Anshar: “Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat sepeninggalku. Karena itu bersabarlah sehingga kalian menemui Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh.” Anas berkata, “Kami tidak sabar.“(1)

Ala’ bin Musayyab dari ayahnya pernah berkata: “Aku berjumpa dengan Barra’ bin A’zib ra. Kukatakan padanya, “berbahagialah Anda karena dapat bersahabat dengan Nabi SAWW dan membai’atnya di bawah pohon (bai’ah tahta syajarah). Barra’ menjawab, “wahai putera saudaraku, engkau tidak tahu apa yang telah kami lakukan sepeninggalnya.”(2)

Jika sahabat utama yang tergolong di antara as-Sabiqin al-Awwalin dan pernah membai’at Nabi di bawah pohon, serta Allah rela kepada mereka dan Maha Tahu apa yang ada dalam hati mereka sehingga diberinya ganjaran yang besar; apakah mereka yang menghianati Bai’ah itu tetap diridhoi Allah ? apalagi sahabat-sahabat ini kemudian bersaksi bahwa dirinya dan para sahabat yang lain telah melakukan “sesuatu yang berbeda (baca bid’ah)” sepeninggal Nabi, pengakuan mereka ini adalah bukti kebenaran yang disabdakan oleh Nabi SAW bahwa sebagian dari sahabatnya akan berpaling darinya sepeninggalnya.

Rasululah SAW juga telah bersabda: “Siapa yang mencaci Ali maka dia telah mencaciku; dan siapa yang mencaciku maka dia telah mencaci Allah; dan siapa yang mencaci Allah maka Allah akan menjatuhkannya ke dalam api neraka.“(3)

Sangat jelas hukuman bagi orang yang mencaci Imam Ali AS. Lalu apa hukuman bagi mereka yang melaknatnya dan memeranginya., sementara sejarah mengabarkan bahwa Muawiyah melaknati Imam Ali AS selama 70 tahun lebih , dan juga beliau AS telah diperangi oleh 3 kelompok dalam 3 Perang Besar.

Referensi:

1. Shahih Bukhari jil. 2 hal. 135
2. Shahih Bukhari jil.3 hal. 32.
3. Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 121; Khasais an-Nasai hal. 24; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 6 hal. 33; Manaqib al-Khawarizmi.


Syi’ah Mencela Sahabat Nabi ?? Syi’ah Hina Sahabat Nabi ?? Syi’ah Mencaci Sahabat Nabi ?? Syi’ah mengkafirkan para Sahabat ??

(1) ADA YANG MENINGGALKAN NABI KETIKA SEDANG KHOTBAH JUM’AT, HANYA UNTUK MELIHAT PERNIAGAAN DAN PERMAINAN.

Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (Al Jumuah : 11).


(2) ADA YANG MENYAKITI NABIT DENGAN MEMBUAT GOSIP MURAHAN.

Di antara mereka ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (At Taubah : 61).


(3) ADA YANG BERSUMPAH PALSU.

Mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (At Taubah : 74).


(4) ADA YANG KIKIR DAN ENGGANG BERSEDEKAH.

Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).(At Taubah : 75-76).


(5) ADA YANG MENINGGIKAN SUARA DIHADAPAN NABI DAN BERKATA DENGAN SUARA KASAR (KERAS).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Al Hujuraat : 2).


(6) ADA YANG MENCAMPUR ADUKKAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN.

“Dan ada pula yang lain, yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. At-Taubah: 102).


(7) ADA YANG BERPRASANGKA SEPERTI PRASANGKA JAHILIYA KEPADA ALLAH – KETIKA RASULULLAH MENYERUKAN UNTUK BERPERANG.

Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.(Ali Imran : 154).


(8) ADA YANG MENGANGGAP JANJI ALLAH DAN RASULULLAH SEBAGAI TIPU DAYA.

“Dan (ingatlah) ketika orang- orang munafik DAN orang-orang yang berpenyakit dalam hatinyaberkata:” Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzâb ;12).


(9) ADA YANG ENGGAN UNTUK IKUT DALAM BERPERANG.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) secara berkelompok atau majulah bersama-sama (serentak). Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah dia berkata, “Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku, karena aku tidak ikut berperang bersama mereka.” (Qs. An-Nisa’: 71-72).


(10) JIKA MEREKA IKUT PERANG, MALAH MEMBUAT KEKACAUAN DAN MELEMAHKAN”.

Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju kedepan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan (dibarisanmu); sedang diantara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka. Allah mengetahui orang-orang yang dzalim.”(Qs. At-Taubah: 47).


(11) LARI DARI MEDAN PERANG.

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(At Taubah : 25).


(12) TIDAK MEMATUHI PERINTAH NABI, HANYA DEMI BEREBUT RAMPASAN PERANG.

(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran : 153).


Mengenai sikap terhadap sahabat, kaum Syi’ah berpegang pada Al-Quran dan Sunnah serta catatan sejarah. Bahwa diantara para sahabat ada juga yang lalim.

Lihat buku-buku sejarah Islam, seperti “Riwayat Hidup Rasulullah SAW” karangan Abul Hasan Ali Al-Hasany an-Nadwy, terjemahan Bey Arifin dan Yunus Ali Muhdhar, hal. 213 atau Ibnu Hisyam, “Sirah Nabawiyah” jilid II, hal. 213. Atau Mu’awiyah dan para jendralnya yang melakukan pembersihan etnis dengan membunuh kaum Syi’ah secara berdarah dingin, shabran, menyembelih bayi-bayi Syi’ah, memperbudak para muslimah dan membakar kebun dan membakar manusia hidup-hidup, mengarak kepala dari kota ke kota, minum arak, berzina dan sengaja merencanakan dan membuat hadits hadits palsu yang bertentangan dengan hukum syar’i. Mengapa saudara tidak membaca sejarah dan hadits-hadits kita sendiri?

Bila saudara-saudara menganggap cerita-cerita yang membuka ‘aib’ para sahabat sebagai kufur, maka tidak akan ada lagi ahli sejarah dan ahli hadits yang tidak kafir. Syi’ah menolak hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat lalim. Mereka heran mengapa kaum Sunnah keberatan bila mereka meriwayatkan hadits-hadits dari keluarga Rasulullah sebab ayat-ayat Al-Qur’an turun dirumah mereka.


Dan Rasulullah tinggal serumah dan mengajari mereka?

Mengapa mereka harus mencari hadits-hadits Abu Hurairah misalnya, yang meriwayatkan bahwa Allah menciptakan Adam seperti wajah Allah dengan panjang 60 hasta (sittuna dzira), sedang Al-Qur’an mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang menyerupaiNya, laisa kamitslihi syai’un, atau Nabi Musa lari telanjang bulat karena bajunya dibawa lari oleh batu, atau sapi berbahasa Arab, atau hadits yang menyatakan kalu lalat masuk ke dalam kuah, maka seluruh lalat harus dimasukkan kedalamnya sehingga menimbulkan ‘perang lalat’ di koran-koran Mesir karena dokter-dokter muda menolak hadits yang ‘berbahaya’ tersebut?


Dan Allah yang turun ke langit bumi, sepertiga malam, sehingga Allah tidak punya kesempatan untuk kembali karena kesiangan?

Mengapa mereka harus berpegang pada Abu Hurairah yang oleh sahabat-sahabat besar seperti ummul mu’minin Aisyah dan Umar bin Khattab dan ulama-ulama besar seperti Ibnu Qutaibah menganggapnya sebagai pembohong? Bukankah Ibnu Qutaibah disebut sejarawan sebagai nashibi atau pembenci Ahlul Bait dan bukan Syi’ah? Baca sejarah dan hadits-hadits shahih Bukhari Muslim! Haruslah diakui bahwa pandangan Syi’ah ini berbeda dengan kaum Sunni yang menganggap semua sahabat itu adil, ‘udul, dan bila mereka membunuh atau memerangi sesama muslim, mereka akan tetap mendapat pahala. Bila tindakan mereka salah, mereka akan mendapat satu pahala dan kalau benar mendapat dua pahala.

Malah ada ulama Sunni, seperti Ibnu Katsir, Ibnu Hazm dan Ibnu Taymiyyah menganggap ‘Abudrrahman bin Muljam yang membacok Imam ‘Ali bin Abi Thalib yang sedang shalat shubuh sebagai mujtahid. Demikian pula pembantai Husain dan keluarganya di Karbala. Pembunuh-pembunuh cucu Rasulullah ini dianggap mendapat pahala, satu bila salah dan dua bila benar! Suatu hari, saya kedatangan tiga orang Afghanistan. Saya tanyakan, mengapa kaum muslimin di Afghanistan saling berperang? Mereka menjawab: mereka berperang karena berijtihad seperti ummul mu’minin ‘Aisyah yang memerangi ‘Ali dalam perang Jamal. Kalau benar dapat dua pahala dan kalau salah dapat satu.

Dan saya dengar, koran-koran Jakarta pun telah memuat keyakinan mereka ini. Kaum Thaliban di Afghanistan, yang punya pendapat seperti ini, yang mengurung dan tidak membolehkan wanita bekerja atau sekolah bukanlah Syi’ah, tetapi kaum Wahabi! Sebaliknya kaum Syi’ah juga berpendapat bahwa banyak pula sahabat yang mulia, yang harus diteladani kaum muslimin. Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa diantara para sahabat ada yang ‘kufur’ dan ‘munafik’. (Termasuk ayat-ayat terakhir bacalah At-Taubah ayat 48, 97).

Banyak sekali hadits-hadits seperti hadits Al-Haudh, diantaranya tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Mereka membenarkan ayat Al-Qur’an tersebut dan menceritakan adanya sekelompok sahabat digiring ke neraka dan tatkala ditanya Rasul, ada suara yang menjawab “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sesudahmu”. Ahli-ahli sejarah kita dengan gamblang menggambarkan ulah beberapa sahabat tersebut. Apakah pandangan Syi;ah tersebut ‘kufur’ atau ‘sesat’? Apakah mereka harus dikafirkan karena keyakinan mereka itu? Kita boleh menyesali perbedaan itu, tetapi perbedaan ini menyangkut masalah cabang agama bukan pokok, bukan ushuluddin.

Mengenai mencela dan melaknat sahabat, saya belum pernah membaca fatwa ulama yang mengkafirkan mereka. Misalnya, selama 80 tahun dinasti ‘Umayyah, kecuali di zaman khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis yang hanya dua setengah tahun.

Muawiyyah dan para pejabatnya serta para ulamanya melaknat dan mencaci Ali bin Abu Thalib dan keluarga beserta pengikutnya diatas mimbar diseluruh dunia Islam termasuk di Makkah dan Madinah, kecuali di Sijistan.

Di Sijistan, sebuah kota yang sekarang terletak antara Afghanistan dan Iran, hanya sekali melakukan pelaknatan diatas mimbar. Ali dilaknat dan dicaci atas perintah sahabat dan ipar Rasulullah SAWW, Mu’awiyyah, serta khalifah-khalifah Bani Umayyah lainnya. Pada masa itu, misalnya, Ali tidak dianggap khalifah yang lurus.

Abdullah bin Umar tidak mau membai’at Ali malahan membai’at Mu’awiyyah, Yazid bin Mu’awiyyah dan gubernur Hajjaj bin Yusuf yang terkenal sebagai penjahat yang mebunuh 120 ribu kaum muslimin dan muslimat secara berdarah dingin, shabran. Umar bin Abul Azis mengatakan bahwa Hajjaj pasti akan menjadi juara dunia bila para penjahat dikumpulkan dan ‘diperlombakan’.

Ibnu Umar juga mengeluarkan hadits-hadits yang menyingkirkan Ali sebagai salah satu khalifah yang lurus. Kita tahu, Mu’awiyyah membunuh para sahabat seperti, Hujur bin ‘Adi, Syarik bin Syaddad, Shaifi bin Fasil, Asy-Syabani, Qabisyah bin Dhabi’ah Al-Abbasi, Mahraz bin Syahhab Al- Munqari, Kadam bin Hayyan Al-Anzi dan Abdurrahman bin Hassan Al-Anzi hanya karena tidak mau melaknat Ali. Abdurrahman Al-Anzi dikirim kepada Ziyad bin Abih dan dikuburkan hidup-hidup di Nathif dekat kuffah, ditepi sungai Efrat.

Beranikah saudara-saudara peserta menganggap Mu’awiyyah dan seluruh pejabat, sahabat Rasulullah SAWW yang mendukungnya, serta para ulama telah kafir karena bukan saja memerintahkan kaum muslimin, termasuk para sahabat agar melaknat Ali, tetapi juga membunuh mereka yang menolak untuk melaknat? Pada masa itu tidak ada yang berani menamakan anaknya Ali. Sampai-sampai pernah seorang ayah melaporkan kepada penguasa karena merasa terhina oleh istrinya karena memanggilnya Ali!

(Syiah-Ali/Tour-Mazhab/Jakfari/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: