Mantan
Duta Besar Arab Saudi Pangeran Turki bin Faisal al Saud dengan Yossi
Alpher Pejabat Israel Urusan Analisa Strategi lagi berbincang di
National Iranian American Council conference (NIAC) in Washington, Oct.
15, 2013 – Sumber klik disini
_____________________
Is a common fear of Iran driving Israel and Saudi Arabia together?
October 30th, 2013 | Section: Israel News
Former
Saudi ambassador Prince Turki bin Faisal al Saud confers with Israeli
strategic affairs analyst Yossi Alpher at the National Iranian American
Council conference in Washington, Oct. 15, 2013. (Courtesy of NIAC).
WASHINGTON (JTA) – Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu is hoping the enemy of one’s enemy truly does become a friend.
In recent years, Netanyahu has said the enmity for Iran shared by
Israel and the Arab states could become a spur to regional
reconciliation. Last week, in a speech to the Knesset, he noted the
“many issues” on which Israel and the Arabs have shared interests could
open up “new possibilities,” including a peace accord with the
Palestinians.
But while experts say that intelligence sharing between Israel and
the Persian Gulf states has grown in recent years, thanks in large part
to the facilitation of the United States, the possibility of a
breakthrough appears to be overstated.
“There may be some common interest on Iran and how to reply to Muslim
Brotherhood groups,” said Brian Katulis, a senior fellow at the liberal
Center for American Progress. “That doesn’t mean these countries are
going to play ball with Israel. It’s quite a stretch to imply that this
means these countries will coordinate” on defense issues with Israel.
Israel has long maintained low-level representations in a few of the
smaller Arab Gulf states. But any serious breakthrough would likely
hinge on Saudi Arabia, which enjoys outsized influence in the Arab world
because of its unparalleled oil wealth and curatorship of the holiest
Islamic sites.
Simon Henderson, the director of the Gulf and Energy Policy Program
at the Washington Institute for Near East Policy, said there had been
increased rapprochement in recent years among Israel, the Saudis and the
Gulf states because of shared concerns over Iran and the Arab Spring.
“For many years, the Israeli Mossad and the Saudi General
Intelligence directorate have maintained a backchannel communications
link,” Henderson said.
Prince Turki bin Faisal al Saud, the Saudi ambassador to Washington
from 2005 to 2007, acknowledged his country’s interest in preventing a
nuclear Iran and tamping down extreme forms of Islamism, but blamed
Israeli recalcitrance for the failure to achieve a breakthrough in
relations.
“Israel is kept out particularly as far as Saudi Arabia is concerned
because it’s keeping itself out,” Turki said this week at the annual
conference of the National Iranian American Council.
Turki noted that the 2002 Arab League peace offer, which proposed
comprehensive peace in exchange for an Israeli return to the 1967 lines,
was unrequited.
“No one has come forward and said let’s sit down and talk about it,”
Turki said. “If Israel is isolated in the area, it is because it chooses
to be isolated.”
The sticking point is not only Israeli-Palestinian issues, Katulis
said, but Israel’s insistence on keeping alive the possibility of a
military strike on Iran. He said the Arabs are deeply divided on the
issue.
In his Knesset speech, which marked the 40th anniversary of the 1973
Yom Kippur War, Netanyahu said a main takeaway of the war was that
preemption was a valuable tool and should not be ruled out. Such talk
spooked Turki.
“A preemptive strike would be catastrophic for the area and
completely within the purview of a personality like Mr. Netanyahu,”
Turki said.
____________________________________
SIAGA – TIMUR TENGAH
Kehancuran islam di Timur Tengah semakin mendekati kenyataan dengan
dilakukannya pertemuan dan perundingan secara rahasia antara Arab Saudi
dengan Israel. Kedua pimpinan intelejen kedua Negara melakukan
perundingan di Kota Jenewa, Swiss bulan lalu dengan agenda penghapusan
islam Timur Tengah. target pertama persekongkolan itu adalah negara
Islam Iran. Kabar ini diungkap oleh Iran Fars, Sunday Times, CNN dan the
Times.
Di sela perundingan soal program nuklir
Iran bulan lalu di Kota Jenewa, Swiss, terjadi pertemuan rahasia antara
kepala intelijen Arab Saudi dan direktur Mossad (dinas rahasia luar
negeri Israel).
Kantor berita semiresmi Iran Fars
melaporkan rapat antara Pangeran Bandar bin Sultan dan Tamkir Pardo itu
berlangsung pada 27 November, seperti dilansir surat kabar the Times of
Israel, Senin (9/12/2013). Keduanya membahas soal rencana menghentikan proyek
senjata nuklir Iran, mengontrol kelompok jihadis di Suriah,
mengenyahkan Ikhwanul Muslimin, dan menyetop gelombang revolusi di Timur
Tengah.
Israel memang tidak setuju atas
kesepakatan sementara tentang program nuklir Iran. Perdana Menteri
Benjamin Netanyahu masih yakin Iran sedang mengembangkan senjata
pemusnah massal.
Laporan terbaru ini kian menguatkan
berita dilansir koran the Sunday Times bulan lalu. mereka menyebut Saudi
dan Israel tengah menyiapkan rencana buat menyerbu Negeri Persia itu.
Menurut the Times, Riyadh sepakat
memngizinkan israel menggunakan wilayah udara mereka buat membombardir
Iran. Saudi juga siap membantu upaya penyelamatan dengan helikopter dan
jet tempur, serta pesawat intai nirawak.
Sementara surat kabar Inggris, minggu
pagi melaporkan bahwa Israel akan bekerjasama dengan Arab Saudi untuk
serangan militer melawan Iran.
Kedua negara, yakni Israel dan Arab
Saudi, ingin bersatu melawan Iran, karena khawatir negara-negara Barat
akan datang untuk berdamai dengan Iran, meringankan sanksi, dan
memungkinkan Republik Islam Iran melanjutkan program nuklirnya.
Menurut Sunday Times, Riyadh telah setuju
membiarkan Israel menggunakan wilayah udaranya dalam serangan militer
terhadap Iran, dan bekerja sama atas penggunaan helikopter penyelamat,
pesawat tanker dan drone.
“Arab Saudi ikut geram dan bersedia untuk
memberikan Israel semua bantuan yang dibutuhkan,” ungkap sebuah sumber
diplomatik yang tak disebutkan namanya kepada koran itu.
Laporan itu muncul ketika Perdana Menteri
Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan lobi kesepakatan bersama sebuah
aliansi internasional menentang perjanjian yang memungkinkan Iran untuk
terus memperkaya uranium.
Pada hari Minggu, Israel akan menyambut
Presiden Prancis Francois Hollande, yang pekan sebelumnya memberikan
omong kosong pada kesepakatan antara enam kekuatan dunia dan Iran yang
akan meringankan sanksi dengan imbalan langkah awal menuju batas
pengayaan.
Netanyahu pada hari Jumat mendesak
Prancis untuk tetap teguh dalam tekanan pada Iran menjelang babak baru
pembicaraan mengenai program nuklir Republik Islam itu di Jenewa.
Setelah bertemu Hollande, Netanyahu akan
pergi ke Moskow pada hari Rabu untuk bertemu dengan Presiden Vladimir
Putin dan akan melobi kesepakatan. “Sebagai perdana menteri Israel, saya
harus menjaga keberlangsungan hidup negara saya, tapi tidak dengan
Negara lain termasuk Iran” tegas Netanyahu.
CNN melaporkan bahwa Netanyahu juga
mengatakan dalam wawancara bahwa ia akan melakukan apa pun yang perlu
dilakukan untuk melindungi Israel dan menghancurkan siapa saja yang
tidak menjadi sekutunya.
(timesofisrael/ABNS)
(timesofisrael/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email