Pesan Rahbar

Home » » Persekongkolan Intelejen Arab Saudi dan Israel Hapus Islam Timur Tengah

Persekongkolan Intelejen Arab Saudi dan Israel Hapus Islam Timur Tengah

Written By Unknown on Thursday, 14 August 2014 | 00:02:00


Mantan Duta Besar Arab Saudi Pangeran Turki bin Faisal al Saud dengan Yossi Alpher Pejabat Israel Urusan Analisa Strategi lagi berbincang di National Iranian American Council conference (NIAC) in Washington, Oct. 15, 2013Sumber klik disini
_____________________

Is a common fear of Iran driving Israel and Saudi Arabia together?

October 30th, 2013 | Section: Israel News
Former Saudi ambassador Prince Turki bin Faisal al Saud confers with Israeli strategic affairs analyst Yossi Alpher at the National Iranian American Council conference in Washington, Oct. 15, 2013. (Courtesy of NIAC).

WASHINGTON (JTA) – Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu is hoping the enemy of one’s enemy truly does become a friend.

In recent years, Netanyahu has said the enmity for Iran shared by Israel and the Arab states could become a spur to regional reconciliation. Last week, in a speech to the Knesset, he noted the “many issues” on which Israel and the Arabs have shared interests could open up “new possibilities,” including a peace accord with the Palestinians.

But while experts say that intelligence sharing between Israel and the Persian Gulf states has grown in recent years, thanks in large part to the facilitation of the United States, the possibility of a breakthrough appears to be overstated.

“There may be some common interest on Iran and how to reply to Muslim Brotherhood groups,” said Brian Katulis, a senior fellow at the liberal Center for American Progress. “That doesn’t mean these countries are going to play ball with Israel. It’s quite a stretch to imply that this means these countries will coordinate” on defense issues with Israel.

Israel has long maintained low-level representations in a few of the smaller Arab Gulf states. But any serious breakthrough would likely hinge on Saudi Arabia, which enjoys outsized influence in the Arab world because of its unparalleled oil wealth and curatorship of the holiest Islamic sites.

Simon Henderson, the director of the Gulf and Energy Policy Program at the Washington Institute for Near East Policy, said there had been increased rapprochement in recent years among Israel, the Saudis and the Gulf states because of shared concerns over Iran and the Arab Spring.

“For many years, the Israeli Mossad and the Saudi General Intelligence directorate have maintained a backchannel communications link,” Henderson said.

Prince Turki bin Faisal al Saud, the Saudi ambassador to Washington from 2005 to 2007, acknowledged his country’s interest in preventing a nuclear Iran and tamping down extreme forms of Islamism, but blamed Israeli recalcitrance for the failure to achieve a breakthrough in relations.

“Israel is kept out particularly as far as Saudi Arabia is concerned because it’s keeping itself out,” Turki said this week at the annual conference of the National Iranian American Council.

Turki noted that the 2002 Arab League peace offer, which proposed comprehensive peace in exchange for an Israeli return to the 1967 lines, was unrequited.

“No one has come forward and said let’s sit down and talk about it,” Turki said. “If Israel is isolated in the area, it is because it chooses to be isolated.”

The sticking point is not only Israeli-Palestinian issues, Katulis said, but Israel’s insistence on keeping alive the possibility of a military strike on Iran. He said the Arabs are deeply divided on the issue.
In his Knesset speech, which marked the 40th anniversary of the 1973 Yom Kippur War, Netanyahu said a main takeaway of the war was that preemption was a valuable tool and should not be ruled out. Such talk spooked Turki.

“A preemptive strike would be catastrophic for the area and completely within the purview of a personality like Mr. Netanyahu,” Turki said.

____________________________________
SIAGA – TIMUR TENGAH Kehancuran islam di Timur Tengah semakin mendekati kenyataan dengan dilakukannya pertemuan dan perundingan secara rahasia antara Arab Saudi dengan Israel. Kedua pimpinan intelejen kedua Negara melakukan perundingan di Kota Jenewa, Swiss bulan lalu dengan agenda penghapusan islam Timur Tengah. target pertama persekongkolan itu adalah negara Islam Iran. Kabar ini diungkap oleh Iran Fars, Sunday Times, CNN dan the Times.

Di sela perundingan soal program nuklir Iran bulan lalu di Kota Jenewa, Swiss, terjadi pertemuan rahasia antara kepala intelijen Arab Saudi dan direktur Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel). 

Kantor berita semiresmi Iran Fars melaporkan rapat antara Pangeran Bandar bin Sultan dan Tamkir Pardo itu berlangsung pada 27 November, seperti dilansir surat kabar the Times of Israel, Senin (9/12/2013). Keduanya membahas soal rencana menghentikan proyek senjata nuklir Iran, mengontrol kelompok jihadis di Suriah, mengenyahkan Ikhwanul Muslimin, dan menyetop gelombang revolusi di Timur Tengah.

Israel memang tidak setuju atas kesepakatan sementara tentang program nuklir Iran. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu masih yakin Iran sedang mengembangkan senjata pemusnah massal.
Laporan terbaru ini kian menguatkan berita dilansir koran the Sunday Times bulan lalu. mereka menyebut Saudi dan Israel tengah menyiapkan rencana buat menyerbu Negeri Persia itu.

Menurut the Times, Riyadh sepakat memngizinkan israel menggunakan wilayah udara mereka buat membombardir Iran. Saudi juga siap membantu upaya penyelamatan dengan helikopter dan jet tempur, serta pesawat intai nirawak.

Sementara surat kabar Inggris, minggu pagi melaporkan bahwa Israel akan bekerjasama dengan Arab Saudi untuk serangan militer melawan Iran.

Kedua negara, yakni Israel dan Arab Saudi, ingin bersatu melawan Iran, karena khawatir negara-negara Barat akan datang untuk berdamai dengan Iran, meringankan sanksi, dan memungkinkan Republik Islam Iran melanjutkan program nuklirnya.

Menurut Sunday Times, Riyadh telah setuju membiarkan Israel menggunakan wilayah udaranya dalam serangan militer terhadap Iran, dan bekerja sama atas penggunaan helikopter penyelamat, pesawat tanker dan drone.

“Arab Saudi ikut geram dan bersedia untuk memberikan Israel semua bantuan yang dibutuhkan,” ungkap sebuah sumber diplomatik yang tak disebutkan namanya kepada koran itu.
Laporan itu muncul ketika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan lobi kesepakatan bersama sebuah aliansi internasional menentang perjanjian yang memungkinkan Iran untuk terus memperkaya uranium.

Pada hari Minggu, Israel akan menyambut Presiden Prancis Francois Hollande, yang pekan sebelumnya memberikan omong kosong pada kesepakatan antara enam kekuatan dunia dan Iran yang akan meringankan sanksi dengan imbalan langkah awal menuju batas pengayaan.
Netanyahu pada hari Jumat mendesak Prancis untuk tetap teguh dalam tekanan pada Iran menjelang babak baru pembicaraan mengenai program nuklir Republik Islam itu di Jenewa.

Setelah bertemu Hollande, Netanyahu akan pergi ke Moskow pada hari Rabu untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan akan melobi kesepakatan. “Sebagai perdana menteri Israel, saya harus menjaga keberlangsungan hidup negara saya, tapi tidak dengan Negara lain termasuk Iran” tegas Netanyahu.

CNN melaporkan bahwa Netanyahu juga mengatakan dalam wawancara bahwa ia akan melakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk melindungi Israel dan menghancurkan siapa saja yang tidak menjadi sekutunya.

(timesofisrael/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: