Pesan Rahbar

Home » » Studi Kritis Tentang Syiah Dajjal

Studi Kritis Tentang Syiah Dajjal

Written By Unknown on Wednesday 27 August 2014 | 19:52:00

Sebagian nashibi yang berakhlak buruk dan berlisan kotor sering mengumbar-umbar panggilan “Syiah Dajjal” yang ia tujukan pada orang yang ia tuduh Syiah Rafidhah. Tidak hanya penganut Syiah yang mendapat panggilan seperti ini, orang yang bukan penganut Syiah seperti kami pun pernah mendapat panggilan seperti ini. Hal ini membuktikan bahwa tidak penting siapapun orangnya asalkan nashibi itu tidak suka maka akan ia panggil dengan sebutan “Syiah Dajjal”.

Baru-baru ini nashibi tersebut membuat tulisan untuk menjustifikasi akhlak buruk-nya. Ia mengatasnamakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengenai asal kata “Syiah Dajjal”. Tulisan yang maaf berkualitas rendah karena hanya menukil sana sini tanpa meneliti dengan baik. Walhasil hadis-hadis yang ia jadikan hujjah tidak tsabit. Berikut ini adalah analisis singkat mengenai hadis-hadis yang ia jadikan hujjah.

Kami tidak peduli dengan hadis Syiah yang ia nukil, itu di luar kompetensi kami untuk mengomentarinya. Kami hanya akan meneliti hadis-hadis dari kitab Ahlus Sunnah yang dijadikan hujjah oleh nashibi tersebut. Karena kebiasaan Nashibi yang suka menukil hadis tanpa sanad maka kami akan membawakan hadis tersebut dengan sanad yang lengkap.

حدثنا عبد الله حدثنا أبى ثنا أحمد بن عبد الملك ثنا محمد بن سلمة عن محمد بن إسحاق عن محمد بن طلحة عن سالم عن بن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ينزل الدجال في هذه السبخة بمر قناة فيكون أكثر من يخرج إليه النساء حتى ان الرجل ليرجع إلى حميمه والى أمه وابنته وأخته وعمته فيوثقها رباطا مخافة ان تخرج إليه ثم يسلط الله المسلمين عليه فيقتلونه ويقتلون شيعته حتى ان اليهودي ليختبئ تحت الشجرة أو الحجر فيقول الحجر أو الشجرة للمسلم هذا يهودي تحتى فاقتله

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdul Malik yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah dari Muhammad bin Ishaaq dari Muhammad bin Thalhah dari Saalim dari Ibnu Umar yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “Dajjal akan turun di lembah Mirqanah, yang keluar kepadanya kebanyakan adalah kaum wanita sampai-sampai ada seorang laki-laki kembali pada orang yang menyusuinya, kembali kepada ibunya, putrinya, saudarinya, bibinya dan mengikatnya karena khawatir akan keluar mengikutinya [Dajjal]. Kemudian Allah SWT akan memberikan kemenangan pada kaum muslimin untuk membunuhnya [Dajjal] dan membunuh Syiah-nya sampai-sampai Yahudi bersembunyi dibelakang pohon atau batu dan pohon atau batu itu berkata kepada orang muslim “ini Yahudi dibelakangku maka bunuhlah ia” [Musnad Ahmad 2/67 no 5353].

Nashibi mengutip perkataan Syaikh Ahmad Syakir yang menyatakan hadis ini shahih. Sayang sekali pernyataan ini keliru. Hadis dengan sanad diatas tidak shahih karena Muhammad bin Ishaaq seorang mudallis, Ibnu Hajar memasukkannya dalam mudallis martabat keempat [Thabaqat Al Mudallisin no 125] dan riwayat Muhammad bin Ishaaq diatas dengan ‘an anah maka kedudukannya dhaif. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata tentang hadis ini “sanadnya dhaif”.

Ada yang luput dari perhatian nashibi tentang hadis diatas. Syiah Dajjal yang dimaksud dalam hadis diatas adalah orang-orang Yahudi yang mengikuti Dajjal sampai-sampai mereka bersembunyi di belakang pohon atau batu dan pohon atau batu itu berkata “ini Yahudi”. Jadi tidak ada sangkut pautnya terminologi “Syiah Dajjal” dalam hadis diatas dengan kaum muslim.

أخبرنا أبو القاسم العلوي أنا رشأ بن نظيف أنا الحسن بن إسماعيل أنا أحمد بن مروان نا زيد بن إسماعيل نا شبابة بن سوار نا حفص بن مورق الباهلي عن حجاج بن أبي عثمان الصواف عن زيد بن وهب عن حذيفة قال أول الفتن قتل عثمان بن عفان وآخر الفتن خروج الدجال والذي نفسي بيده لا يموت رجل وفي قلبه مثقال حبة من حب قتل عثمان إلا تبع الدجال إن أدركه وإن لم يدركه آمن به في قبره

Telah mengabarkan kepada kami Abul Qaasim Al ‘Alawiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Rasyaa’ bin Nazhiif yang berkata telah menceritakan kepada kami Hasan bin Isma’iil yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Marwaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Zaid bin Isma’iil yang berkata telah menceritakan kepada kami Syabaabah bin Sawwaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Muwarriq Al Baahiliy dari Hajjaaj bin Abi ‘Utsman Ash Shawwaaf dari Zaid bin Wahb dari Hudzaifah yang berkata awal fitnah adalah pembunuhan Utsman dan akhir fitnah adalah keluarnya Dajjal. Demi Yang jiwaku ada ditanganNya, tidak akan mati seseorang yang dalam hatinya ada kecintaan terhadap pembunuhan Utsman kecuali ia mengikuti Dajjal jika ia menemuinya dan jika ia tidak menemuinya maka ia akan mengimaninya di dalam kuburnya [Tarikh Ibnu Asakir 39/477].

Riwayat Ibnu Asakir ini disebutkan nashibi tanpa sanad tanpa nukilan ulama yang menyatakan shahih bahkan tanpa referensi dari kitab Tarikh Ibnu Asakir. Nashibi hanya berkata “riwayat Ibnu Asakir” kemudian menyebutkan tanpa sanad dan berhujjah dengannya. Riwayat Ibnu Asakir ini kedudukannya sangat dhaif bahkan maudhu’ [palsu] karena Ahmad bin Marwaan disebutkan Ibnu Hajar bahwa Daruquthni berkata “ia disisiku termasuk pemalsu hadis” dan Maslamah bin Qaasim menyatakan ia tsiqat [Lisaan Al Miizaan juz 1 no 931]. Pernyataan Maslamah tidak bisa dijadikan pegangan karena ia sendiri dikatakan Adz Dzahabiy “dhaif” [Al Mughniiy no 6237].

Hafsh bin Muwarriq Al Baahiliy tidak ditemukan biografinya sehingga kedudukannya majhul.

أَخْبَرَنِي أَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ عبد الْوَاحِد بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ عُمَرَ الدَّارَقُطْنِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو الْحسن عَليّ بن مُحَمَّد بْنِ عُبَيْدٍ الْحَافِظُ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَازِمٍ حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ مَرْزُوقٍ عَن أبي الجحالف عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْحَسَنِ عَنْ زَيْنَبَ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِعَلِيٍّ يَا أَبَا الْحَسَنِ أَمَا إِنَّكَ وَشِيعَتَكَ فِي الْجَنَّةِ وَإِنَّ قوما يَزْعمُونَ أَنَّهُمْ يُحِبُّونَكَ يَضْفِرُونَ الإِسْلامَ ثُمَّ يَلْفِظُونَهُ يَمْرُقُونَ مِنْهُ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ لَهُمْ نَبَزٌ يُقَالُ لَهُمُ الرَّافِضَةُ فَإِنْ أَدْرَكْتَهُمْ فَقَاتِلْهُمْ فَإِنَّهُمْ مُشْرِكُونَ

Telah mengabarkan kepadaku Abul Hasan Muhammad bin ‘Abdul Wahid bin Muhammad bin Ja’far yang berkata telah mengabarkan kepada kami Aliy bin Umar Daruquthni yang berkata telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Aliy bin Muhammad bin Ubaid Al Hafizh yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Haazim yang berkata telah menceritakan kepada kami Sahl bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Fudhail bin Marzuuq dari Abul Jahhaaf dari Muhammad bin ‘Amru bin Al Hasan dari Zainab dari Fathimah binti Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata kepada Aliy “wahai Abul Hasan, engkau dan Syiah engkau akan berada di dalam surga dan akan ada kaum yang menganggap bahwa mereka mencintaimu, mereka merendahkan Islam kemudian meninggalkannya, mereka lepas darinya seperti anak panah yang lepas dari busurnya, mereka memiliki nama yang buruk, mereka disebut dengan Rafidhah, jika kamu menemui mereka maka perangilah mereka karena mereka adalah musyrik [Muudhih Awham Al Khatiib 1/51].

Nashibi tersebut mengutip hadis ini dan mengakui bahwa hadis ini lemah. Kami katakan bahwa hadis ini sangat dhaif karena Sahl bin ‘Aamir Al Bajalliy, Abu Hatim mendustakannya dan Bukhari berkata “mungkar al hadiits”. Lafaz Abu Hatim yang dinukil dari anaknya adalah Abu Hatim menyatakan Sahl dhaif dan sering meriwayatkan hadis-hadis bathil. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Lisaan Al Miizaan juz 3 no 413].

حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ إِسْمَاعِيلُ بْنُ الْعَبَّاسِ الْوَرَّاقُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الصَّبَّاحِ الزَّعْفَرَانِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا شَبَابَةُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سَوَادَةُ بْنُ سَلَمَةَ ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ ، قَالَ : اجْتَمَعَ عِنْدَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ جَاثُلِيتُو النَّصَارَى ، وَرَأْسُ الْجَالُوتِ ، فَقَالَ الرَّأْسُ : أَتُجَادِلُونَ ؟ عَلَى كَمِ افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ ؟ قَالَ : عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً ، فَقَالَ عَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلامُ : ” لَتَفْتَرِقَنَّ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى مِثْلِ ذَلِكَ ، وَأَضَلُّهَا فِرْقَةً وَشَرُّهَا الدَّاعِيَةُ إِلَيْنَا أَهْلَ الْبَيْتِ وَآيَةُ ذَلِكَ أَنَّهُمْ يَشْتِمُونَ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aliy Isma’iil bin ‘Abbaas Al Warraaq yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Muhammad bin Ash Shabbaah Az Za’faraaniy yang berkata telah menceritakan kepada kami Syabaabah yang berkata telah menceritakan kepada kami Sawaadah bin Salamah bahwa ‘Abdullah bin Qais berkata “sekumpulan orang nashraniy datang menemui Aliy dan pemimpin mereka adalah ulama besar dari Yahudi. Berkata pemimpin mereka “apakah kamu akan berdebat dengan kami? Berapa banyak kelompok Yahudi terpecah?” ada 71 firqah maka Aliy [‘alaihis salam] berkata “Umat ini pun akan terpecah seperti itu dan firqah yang paling sesat adalah yang menyeru kepada kami Ahlul Bait dan ciri-ciri mereka adalah bahwa mereka mencaci Abu Bakar dan Umar [radiallahu ‘anhuma] [Al Ibanah Al Kubra Ibnu Baththah 1/1229 no 254].

Nashibi mengutip hadis ini dan berhujjah dengannya seperti biasa untuk merendahkan Syiah bahwa menurut Imam Aliy syiah yang sekarang yang menyeru kepada Ahlul Bait adalah firqah yang paling sesat.

Riwayat Ibnu Baththah diatas dhaif karena Ibnu Baththah dikatakan Adz Dzahabi bahwa ia Imam Qudwah ahli ibadah faqih syaikh Iraq dan Adz Dzahabi juga berkata ““bersama dengan keutamaannya, ia memiliki kesalahan dan kekeliruan” [As Siyar 16/530]. Adz Dzahabiy memasukkan namanya dalam Mughniiy Adh Dhu’afa dimana ia berkata “Imam tetapi ia lemah karena sering melakukan kesalahan” [Al Mughniiy no 3944].

Abul Qaasim Al Azhaariy berkata “Ibnu Baththah dhaif dhaif bukanlah hujjah”. Al Khatib ketika mengomentari salah satu hadis Ibnu Baththah berkata “hadis ini bathil dari hadis Malik dan bathil dari hadis Mush’ab darinya dan bathil dari hadis Al Baghaawiy dari Mush’ab, maudhu’ dengan sanad ini dan yang bertanggung jawab atasnya adalah Ibnu Baththah” [Tarikh Baghdad Al Khatib 10/373]. Sawaadah bin Salamah tidak ditemukan biografinya sehingga kedudukannya majhul.

Berdasarkan pembahasan di atas maka kita dapat melihat sepintas bagaimana metode Nashibi itu dalam berhujjah dengan hadis. Metode Nashibi itu dalam mengutip hadis itu ada tiga macam yaitu:
Menukil tanpa sanad, kemudian berhujjah dengannya seolah-olah itu riwayat shahih.
Menukil tanpa sanad dan mengutip perkataan salah satu ulama yang menshahihkannya.
Menukil tanpa sanad dan tahu bahwa hadis itu lemah tetapi tetap dijadikan hujjah karena Syiah juga berhujjah dengan hadis lemah.

Metode seperti ini adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebagian penganut Syiah dalam berdiskusi. Tentu saja kebiasaan seperti ini tidak bermanfaat dan faktanya menghasilkan kesan bahwa penganut Syiah sering berhujjah dengan hadis dhaif. Hal ini disebabkan tidak setiap ulama benar dalam menshahihkan hadis.

Tetapi ada kebiasaan yang jauh lebih aneh yaitu kebiasaan yang dilakukan nashibi si mulut “Syiah Dajjal”. Orang ini suka menuduh penganut Syiah berdusta ketika menukil hadis padahal metode tulisannya tidak jauh berbeda dengan metode penganut Syiah. Kalau dalam bahasa awam itu namanya “tidak tahu malu” atau “gak nyadar kali ya”.

Mungkin nashibi itu beralasan bahwa yang ia lakukan adalah demi membantah Syiah. Nah itu berarti bahwa kualitas nashibi itu sendiri tidaklah berbeda dengan Syiah yang ia cela atau ia tuduh “Syiah Dajjal”. Jika Syiah berhujjah dengan hadis dhaif maka apa ia akan berhujjah dengan hadis dhaif pula. Jika begitu apa bedanya dalil Syiah dan dalil yang ia gunakan. Bagaimana mungkin dikatakan boleh berhujjah dengan hadis dhaif asalkan digunakan untuk membantah Syiah yang berhujjah dengan hadis dhaif?.

Sudah jelas siapapun orangnya apakah Sunni atau Syiah, berhujjah dengan hadis dhaif adalah keliru. Kalau ia menganggap metode dirinya benar maka Syiahpun juga benar. Jika Syiah berdusta maka apa ia akan ikut berdusta pula. Bagaimana mungkin dikatakan dibolehkan berdusta asalkan digunakan untuk membantah kedustaan Syiah?.

Kami tekankan bahwa kami tidak ada masalah dengan siapapun yang mau membela Ahlus Sunnah dan membantah Syiah ataupun sebaliknya tetapi harus diingat bahwa jangan sampai kebablasan dalam membantah sehingga memakai akhlak yang buruk dan lisan yang kotor. Apalagi jika lisan kotor tersebut diimbaskan juga pada orang lain yang bukan Syiah. Dan yang paling menjijikkan adalah menjustifikasi lisan kotor-nya dengan mengatasnamakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Semoga Allah SWT melindungi kita dari keburukan yang seperti ini.

Salam Damai.

*****

Baca disini:
Dari Saudi Muncul Dajjal?

Iran melawan kekuatan Dajjal USA + Israel.

Seorang anggota parlemen senior Iran mengatakan plot AS terhadap Iran akan menjadi bumerang, meskipun Washington meningkatkan perang psikologis terhadap Republik Islam menjelang pemilu parlemen.

“Memprovokasi [mantan diktator Irak] Saddam Hussein untuk menyerang Iran [pada 1980], dan mendorong negara-negara pesisir Teluk Persia untuk bersatu melawan Iran, mendorong kelompok teroris bertindak melawan Iran, memata-matai pejabat dan membunuh ilmuwan nuklir, semua itu menunjukkan bahwa Washington melancarkan pukulan fisik dan psikologis terhadap Iran, ” kata anggota parlemen Mohammad Karamirad, Jumat (20/1).

Anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran itu, menambahkan bahwa plot Barat tersebut selalu terbukti tidak efektif, dan Republik Islam mencapai kemajuan besar dalam berbagai bidang, seperti sains dan teknologi nuklir, nanoteknologi, dan kedirgantaraan.

Permusuhan Washington terhadap Iran karena kepentingan AS lenyap di Iran sejak kemenangan Revolusi Islam.

Pada 13 Januari, Iran mengumumkan bahwa mereka telah mengumpulkan bukti yang kredibel yang menunjukkan bahwa pembunuhan ilmuwan nuklir Mostafa Ahmadi Roshan dilakukan dengan arahan, dukungan, dan perencanaan Dinas Intelijen AS (CIA).

Pembunuhan itu terjadi hanya satu bulan setelah Iran berhasil menurunkan sebuah pesawat tanpa awak AS dengan kerusakan minimal yang melanggar wilayah udaranya di bagian timur negara itu.

Pada tanggal 6 Desember, dua pejabat AS mengkonfirmasi bahwa pesawat itu memang menjadi bagian dari operasi intelejen CIA.


Di Balik Lawatan Menlu Iran ke Turki

Kamis, 2012 Januari 19 15:45

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Ali Akbar Salehi mengunjungi Turki untuk menghadiri pertemuan komisi bersama kerjasama ekonomi kedua negara. Sidang ke-23 komisi kolektif itu digelar hari ini (Kamis,19/1). Pertemuan tersebut akan diakhiri dengan penandatanganan sejumlah nota kesepahaman (MoU).

Salah satu isu utama pertemuan Ankara ini membahas solusi menghapus kendala yang ada di bidang perluasan kerjasama perdagangan kedua negara. Selain itu, agenda utama kunjungan Menlu Iran ke Turki juga membahas peran Ankara sebagai mediator perundingan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1. Pada tahun 2010, Turki menjadi tuan rumah perundingan yang sama antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan plus Jerman. Namun pertemuan itu tidak membuahkan hasil, karena Washington mengkhianatinya.

Ankara memiliki sikap yang jelas mengenai program nuklir sipil Iran. Para pejabat teras Turki menilai Iran sebagai penandatangan traktat non-proliferasi nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA) berhak untuk memanfaatkan teknologi nuklir demi kepentingan sipilnya.

Kini ketika Tehran menyampaikan surat resmi kepada Kepala kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton mengenai kesiapan Iran untuk memulai perundingan, Ankara kembali menyatakan kesediaannya menjadi mediator babak baru perundingan antara Iran dan Barat.

Sebelumnya, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Saeed Jalili dalam suratnya kepada Ashton sekitar dua bulan lalu menyatakan kesiapan Tehran berunding dengan Barat. Jalili menjelaskan rasionalitas, kekuatan dan inisiatif sebagai asas interaksi dan perundingan.

Sementara itu, Washington terus-menerus melancarkan propaganda hitam terhadap Iran untuk memengaruhi sekutu-sekutu Tehran. Deputi menlu AS baru-baru ini bertolak ke Turki untuk tujuan tersebut. Namun tampaknya konspirasi Washington untuk mengucilkan Iran di arena internasional semakin membentur dinding. Alih-alih berhasil mewujudkan tujuannya, dikte Gedung Putih yang dulu pernah begitu perkasa itu mulai memudar.

Setelah gagal menekan sejumlah negara untuk menyetop pembelian pasokan minyak dari Iran, kini suara Washington tidak lagi memantulkan kekuatan daya paksanya. Kerjasama antara Ankara dan Tehran yang semakin erat menjadi fakta baru kegagalan Washington mengucilkan Iran


Isu Iranphobia, trik licik dajjal AS Menjual Senjata terutama kepada Saudi.

Penjualan senjata Amerika Serikat ke negara-negara di Timur Tengah, selain telah memaksa Arab Saudi untuk merogoh kocek 60 miliar dolar, juga menciptakan perlombaan senjata di kawasan strategis ini. AS setuju mempersenjatai rezim-rezim Arab dengan catatan senjata itu tidak digunakan untuk melawan Zionis Israel. Negara adidaya itu juga menandatangani kesepakatan untuk menjual senjata senilai 3,5 miliar dolar ke Uni Emirat Arab.

Perlombaan senjata khususnya di Timur Tengah senantiasa berlangsung akibat intervensi kekuatan-kekuatan asing yang haus perang. Namun akhir-akhir ini, kompetisi itu terjadi sangat cepat sebagai upaya Washington untuk menyelamatkan ekonomi AS yang hancur akibat krisis.

Pemerintah Presiden Barack Obama baru-baru ini mengumumkan finalisasi kontrak penjualan senjata senilai 60 miliar dolar dengan Saudi. Implementasi kesepakatan itu akan menggairahkan perekonomian AS sebesar 3,5 juta dolar setiap tahunnya. Mengkondisikan bahaya kawasan Timur Tengah dan mengesankan Iran sebagai sebuah ancaman besar bagi Arab, telah menjadi trik AS untuk menjajakan senjatanya ke negara-negara seperti Saudi.

Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik-Militer, Andrew Shapiro mengatakan, penjualan itu mengirimkan pesan yang kuat ke negara-negara di kawasan bahwa Amerika berkomitmen untuk keamanan di Teluk Persia. Dia mengakui bahwa Iran sebagai ancaman terhadap negara-negara Arab di kawasan, meskipun membantah adanya hubungan antara waktu pengumuman kontrak tersebut dan ancaman terakhir Tehran untuk menutup Selat Hormuz. AS telah lama mengidentifikasi Iran sebagai ancaman utama, didasarkan pada dugaan bahwa program nuklir Tehran memiliki aspek militer rahasia.

Penjualan senjata ke Saudi juga sering meningkatkan kekhawatiran Israel, tetapi pemerintahan Obama meyakinkan bahwa kontrak itu tidak akan mengurangi keunggulan militer Zionis.

AS memaksa penjualan senjata ke negara yang bahkan tidak bisa mengoperasikannya. Pesawat dan rudal-rudal yang dijual terbilang sangat canggih dan tidak dapat dioperasikan oleh kru lokal, terlepas dari jumlah pelatihan.

Proyek Iranphobia telah menjadi alat Washington untuk menakut-nakuti negara-negara Arab di kawasan. Ini merupakan cara efektif untuk mendorong Arab mengoleksi senjata Barat. Seharusnya Arab mewaspadai konspirasi AS dan Israel yang ingin menjadikan mereka sebagai mesin uang atas kelesuan ekonomi kapitalis dan melindungi Israel.


Arab Saudi:
Arab Saudi Borong Jet Tempur dan Senjata AS.

Arab Saudi telah menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat senilai 30 miliar dolar untuk membeli puluhan jet tempur baru AS dengan tujuan melindungi kerajaannya.

Menurut Kantor Berita ABNA, Arab Saudi telah menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat senilai 30 miliar dolar untuk membeli puluhan jet tempur baru AS dengan tujuan melindungi kerajaannya.

“Kesepakatan itu diambil guna memastikan bahwa Kerajaan Saudi memiliki kemampuan pertahanan sekuat mungkin untuk melindungi rakyat dan tanah airnya,” kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Saudi pada Jumat (30/12).

Pernyataan tersebut diungkapkan sehari setelah AS mengumumkan kesepakatan 29,4 miliar dolar, di mana Washington akan memasok 84 pesawat Boeing baru jenis F-15SA ke Riyadh dan memodernisasi 70 pesawat yang ada.

“Perjanjian ditandatangani pada Sabtu di Riyadh yang juga mencakup pasokan amunisi AS dan suku cadang serta pelatihan dan pemeliharaan kontrak, ” kata seorang pejabat Amerika.

Kesepakatan itu pertama kali diumumkan pada bulan Oktober 2010 sebagai bagian dari penjualan senjata AS senilai 60 miliar dolar kepada Arab Saudi.

Menurut Departemen AS, pengiriman dari paket keseluruhan, yang juga mencakup Black Hawk dan helikopter tempur Apache, akan dikrim secara bertahap dalam kurun waktu 15 hingga 20 tahun.

Pengiriman pesawat pertama akan dimulai pada awal tahun 2015, sedangkan modernisasi pesawat yang ada akan dimulai pada tahun 2014.

Kesepakatan itu terjadi pada saat protes dan kritik terhadap pemerintah Riyadh meningkat. Hal itu akibat pelanggaran-pelanggara rezim Saudi terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Amnesty International menyatakan bahwa rezim Riyadh telah menahan ratusan orang di penjara tanpa tuduhan atau pengadilan.

Pada pertengahan Maret, Riyadh memimpin invasi Arab ke Bahrain atas permintaan rezim Manama untuk membantu memadamkan protes anti-pemerintah Bahrain. Washington secara intensif mengancam Iran dengan embargo dan serangan militer jika tidak bersedia menghentikan program nuklirnya.

Amerika Serikat, Israel dan sekutunya di Barat menuduh Iran mengejar tujuan militer dalam kegiatan nuklirnya.

Tehran telah berulang kali menyatakan bahwa sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran memiliki hak untuk mengembangkan dan memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai.


Rezim Bahrain berlindung pada Dajjal.

Rezim Khalifa Semakin Brutal Serang Demonstran Bahrain.

Pasukan Bahrain yang didukung tentara Saudi menyerang ribuan demonstran di kota Sitra.

Pada Selasa (22/11), pasukan keamanan Bahrain bentrok dengan demonstran anti-rezim di wilayah selatan Manama.

Demonstrasi menentang rezim Bahrain berlangsung di sejumlah daerah, termasuk desa barat laut Diraz.

Bentrokan juga pecah sehari sebelumnya antara pasukan rezim dan pengunjuk rasa di beberapa kota, termasuk Dair dan Markuban.

Aksi protes anti-rezim terus berlanjut di Bahrain meskipun menghadapi tindakan keras pemerintah.

Pada hari Sabtu, ratusan pelayat berkumpul di Manama untuk mengiringi pemakaman jenazah seorang anak berusia 16 tahun yang meninggal akibat brutalitas rezim Khalifa. Ali Youssef Bagdar tewas ditabrak kendaraan militer di daerah Juffair.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengerahkan perangkat militer keras dan tentara ke Bahrain sejak pertengahan Maret lalu atas permintaan rezim Manama untuk membantu meredam protes nasional di negara itu.

Bahrain menjadi tuan rumah Armada Kelima AS, dan menjadi salah satu negara di kawasan Teluk Persia seperti Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang menerima peralatan militer dari Amerika Serikat.

The Washington Post melaporkan, Bahrain dan Oman bersama-sama menerima perangkat militer keras dari AS senilai $188 juta.

Sejak awal perlawanan rakyat di Bahrain meletus pada bulan Februari lalu, puluhan orang tewas dan sejumlah lainnya terluka. Dilaporkan ratusan pengunjuk rasa juga ditahan rezim Manama.

Para pejabat Bahrain dengan dukungan Amerika Serikat, mengklaim bahwa anasir-anasir teroris yang memiliki hubungan kerjasama dengan Pasukan Garda Revolusi Iran (Pasdaran), mengaku merencanakan operasi teror terhadap para pejabat tinggi Bahrain, sebelum ditangkap. Kementerian Luar Negeri Iran memanggil Kuasa Usaha Kedutaan Besar Bahrain untuk memberikan keterangan atas tuduhan terhadap Tehran yang dilontarkan oleh para pejabat tinggi Bahrain. Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Kamalian, dalam pertemuan dengan Kuasa Usaha Bahrain Ahad (20/11), menyampaikan penolakan, kekecewaan, dan keberatan Tehran atas tuduhan tidak mendasar itu. Kamalian menyatakan bahwa klaim-klaim seperti itu tidak akan membantu menyelesaikan masalah Bahrain, malah hanya akan memperumit kondisi di kawasan.

Bila dicermati dengan seksama klaim anti Iran petinggi Bahrain tak lebih pengulangan klaim serupa oleh Amerika Serikat beberapa pekan lalu. Sebelumnya Washington menuding Republik Islam Iran terlibat dalam perencanaan aksi teror terhadap Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Adel al-Jubeir. Di sisi lain, pemerintah Bahrain yang tengah menghadapi aksi demo besar dari rakyat dan giat menumpas aksi demo damai tersebut, atas bimbingan Amerika Serikat mulai menebar agitasi dan krisis yang dihadapinya serta skenario busuk lainnya termasuk menuding pihak luar campur tangan di urusan internalnya dengan harapan lolos dari krisis yang mereka hadapi.

Dari sinilah, skenario kolektif yang digarap AS, Arab Saudi dan Bahrain adalah berusaha memalingkan opini publik dari masalah sebenarnya. Upaya busuk ini selaras dengan laporan palsu Dirjen IAEA, Yukia Amano soal program nuklir sipil Iran yang menjadi topik hangat baru-baru ini dan tudingan pelanggaran HAM. Adapun misi kedua dari skenario ini adalah merusak hubungan baik antara Iran dan negara-negara Arab di kawasan serta menciptakan friksi regional. Apalagi di skenario tersebut secara transparan diagendakan Iranphobia dan menciptakan ketegangan hubungan antara Tehran dan negara Arab. Ini merupakan bagian dari strategi Amerika untuk menjustifikasi kehadiran militernya di kawasan.

Menurut para pengamat, tujuan Amerika menciptakan musuh bayangan bagi negara kawasan serta sejumlah skenario lainnya termasuk menggagalkan aksi teroris bikinan mereka sendiri adalah untuk menipu bangsa regional. Pemilihan negara kawasan seperti Arab Saudi dan Bahrain bagi misi ini adalah hal yang telah direncanakan dengan matang, karena kedua negara ini termasuk pangkalan AS terpenting di kawasan. Di sisi lain, kehadiran pasukan AS di Afghanistan dan Irak yang membuat kawasan semakin keruh mendapat penentangan serius dari rakyat di wilayah Timur Tengah.

Dalam kondisi seperti ini, AS memanfaatkan pemerintah Riyadh dan Manama serta negara lain dengan dalih krisis palsu berusaha menemukan alasan baru. Mengingat realita yang ada, dalam pertemuannya dengan kuasa usaha Bahrain, wakil menteri luar negeri Iran menegaskan bahwa tindakan seperti ini tidak akan membantu Manama menyelesaikan krisis yang dihadapinya, malah akan membuat kondisi kawasan semakin runyam.


Pangkalan militer dajjal di Australia

Keputusan baru-baru ini Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk menambah jumlah marinir di Australia, telah menciptakan kekhawatiran terkait peningkatan ketegangan di Asia Tenggara. Penempatan sekitar 2.500 personel marinir AS di Darwin, patut dipertanyakan. Beberapa pejabat negara ASEAN menilai langkah itu dapat mengganggu keamanan kawasan dan menentangnya.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dalam mereaksi keputusan Obama itu, mengatakan, Kuala Lumpur punya masalah dengan Beijing menyangkut Laut Cina Selatan, tapi di sisi lain juga memiliki hubungan baik perdagangan. Malaysia menentang setiap langkah yang dapat merusak keamanan di kawasan, karena percaya bahwa kompetisi AS dan Cina di Asia Tenggara akan mengganggu stabilitas regional.

Pasukan AS sudah menjejakkan kaki di Australia sejak 1907. Kedua negara memang akrab dalam kerjasama militer. Ada dua basis militer AS di Australia yaitu di Pine Gap Northern Territory dan di Exmouth di Barat Australia. Namun langkah terbaru itu diklaim Obama untuk misi kemanusiaan, khususnya dalam mengantisipasi bencana alam yang terjadi di kawasan.

AS senantiasa berupaya menebarkan pengaruhnya di Asia Tenggara dan mengurangi pengaruh Cina di kawasan. Untuk mencapai tujuan itu, AS memprovokasi negara-negara anggota ASEAN dan memperkeruh perselisihan di Laut Cina Selatan. Memang ada persoalan batas wilayah yang belum selesai di Kepulauan Spratly. Namun Beijing sudah menyampaikan bahwa persoalan perbatasan itu sebaiknya diselesaikan dengan cara dialog.

DPR RI telah memperingatkan kehadiran marinir AS di Negeri Kangguru itu. Beberapa anggota DPR bahkan mendesak Washington untuk memberi penjelasan kepada Jakarta terkait pangkalan militernya yang hanya berjarak 820 kilometer dengan Indonesia. Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR, Tubagus Hasanuddin mengatakan, “Perlu ada jaminan dari AS, karenanya keberadaan pangkalan milter itu harus dijelaskan kepada pemerintah Indonesia.”

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam KTT ASEAN di Nusa Dua, Bali, mengaku sudah menerima penjelasan resmi dari Presiden AS. Obama mengklaim bahwa penempatan pasukan itu untuk tanggap darurat bencana alam dan latihan bersama. Sayangnya, Presiden SBY merasa puas dengan penjelasan Obama dan tidak menunjukkan kekhawatiran atas keputusan AS itu.

Indonesia sudah seharusnya menunjukkan kekhawatiran serius atas kehadiran militer AS di dekat wilayahnya. Pemerintah juga perlu melobi negara-negara ASEAN untuk menyatakan keberatan terhadap agenda AS kawasan. Kehadiran pangkalan militer AS bagaimana pun akan mengganggu ketenangan dan pada jangka panjang akan memancing munculnya ketegangan di kawasan.

Perlombaan kekuatan dan pengaruh antara Cina dan AS akan menyeret negara-negara ASEAN untuk berseteru. Saat ini masalah kehadiran militer AS di Australia telah menimbulkan pro-kontra di tengah negara-negara Asia Tenggara. Di samping penentangan yang ditunjukkan oleh Malaysia, pemerintah Filipina, yang terlibat perang di Laut Cina Selatan, justru menyambut keputusan AS untuk bercokol di kawasan.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, pada 16 November lalu, berikrar untuk mendukung Filipina saat ketegangan meningkat dengan Cina. Hillary menyampaikan hal itu dalam pesannya dari kapal perang AS di Teluk Manila.


Membongkar Kebijakan Liga Arab di Timur Tengah Yang Pro Dajjal

Transformasi cepat yang terjadi di Timur Tengah selama setahun ini mengungkap banyak hal. Perubahan ini membongkar wajah keji dan kemunafikan negara-negara zalim dan pendukung Barat. Negara-negara Barat biasanya menyebut negara-negara yang bergantung kepada mereka dengan “Negara Moderat”. Kemoderatan negara-negara ini tidak lain adalah tunduk pada politik rakus dan hegemoni negara-negara Barat dan menekan rakyatnya sendiri. Satu dari lembaga negara-negara Arab yang patut dikaji lebih jauh dalam menyikapi transformasi Timteng adalah Liga Arab.

Organisasi Liga Arab merupakan organisasi yang dibentuk dalam kerangka Pan-Arabisme pasca Perang Dunia II. Setelah runtuhnya Dinasti Ottoman, para pendiri organisasi ini berusaha mengumpulkan negara-negara Arab dalam sebuah bendera. Pada masa Perang Dingin, Liga Arab menjadi sebuah organisasi yang benar-benar pasif. Karena negara-negara anggota Liga Arab ada yang memihak blok Barat dan ada yang membela blok Timur.

Ketika Gamal Abdul Naser berkuasa di Mesir, ia berusaha mengaktifkan kembali organisasi ini dan menghidupkan pemikiran Pan-Arabisme. Manuver Gamal Abdul Naser ternyata belum mampu menyatukan sikap negara-negara anggotanya, bahkan setelah melewati empat perang antara Arab dan Israel. Lambat laun, Liga Arab menjadi organisasi negara-negara Arab yang kerjanya melayani Amerika. Organisasi ini mulai memilih-milih dalam mengambil sikap, sesuai dengan kepentingan AS. Sementara pada saat yang sama bersikap diam atas aksi interfensif AS atau negara-negara Barat di kawasan.

Menariknya, organisasi menjadi sangat pasif saat menghadapi politik agresi rezim Zionis Israel terhadap Palestina dan Lebanon. Sikap pasif dan diskriminatif ini juga muncul saat harus menyikapi kebijakan para penguasa negara-negara Arab yang zalim dan bergantung pada Barat. Sikap-sikap semacam ini menunjukkan betapa organisasi ini sebenarnya tidak menganggap penting Arab dan Islam. Bagi mereka yang terpenting adalah berlanjutnya kekuasaan zalim mereka yang muncul dari ketaatan terhadap kebijakan hegemoni Amerika.

Benar, sebagian dari penguasa zalim ini seperti Muammar Gaddafi berbalik 180 derajat dari pendukung blok Timur menjadi loyalis blok Barat. Sekalipun demikian, para penguasa zalim tidak pernah menemukan satu identitas bagi mereka sendiri. Hosni Mubarak, diktator Mesir yang dilengserkan rakyatnya dan Al Saud selama beberapa dekade berusaha keras mengontrol Liga Arab untuk menjamin kebijakan Amerika di Timur Tengah dan utara Afrika. Liga Arab juga pernah mendukung agresi Saddam Husein ke Iran hanya dengan alasan Saddam berasal dari etnis Arab. Namun Liga Arab pada tahun 2006 diam menyaksikan agresi brutal rezim Zionis Israel ke Lebanon yang jelas-jelas adalah satu dari negara Arab.

Bersamaan dengan kebangkitan rakyat di Timur Tengah dan utara Afrika, Liga Arab memulai babak baru kehidupannya. Babak yang seharusnya dapat menjadi awal sebuah organisasi yang lebih dinamis demi mempersatukan negara-negara Arab ataukah tetap menjadi sebuah organisasi yang pasif dan tunduk pada kebijakan AS. Reaksi Liga Arab terhadap transformasi Timteng sejak setahun lalu menunjukkan berlanjutnya sikap pasif dan pilih kasih organisasi ini.

Lengsernya Hosni Mubarak menjadi titik perubahan besar dan mendasar bagi Liga Arab. Mesir di masa kekuasaan Hosni Mubarak memainkan peran utama dalam pengambilan keputusan Liga Arab. Tumbangnya Hosni Mubarak membuat Arab Saudi dan Qatar yang menjadi ketua periodik Liga Arab berusaha memenuhi kekosongan yang ada guna mengontrol organisasi ini. Namun menyaksikan kebijakan kerajaan Arab Saudi dan Qatar yang masih juga bergerak dalam koridor politik Amerika, maka sudah barang tentu tidak akan ada perubahan dalam pengambilan keputusan di Liga Arab, pasca dimulainya gerakan Kebangkitan Islam di Timteng. Sikap berbeda yang didemonstrasikan Liga Arab menyikapi transformasi setahun lalu di Timteng menjadi bukti semua ini.

Reaksi Liga Arab terhadap transformasi yang terjadi di negara-negara seperti Yaman, Bahrain, Arab Saudi, dan Suriah menunjukkan organisasi ini masih tetap menjamin kepentingan Amerika. Bedanya, kali ini Liga Arab dinakhodai oleh Arab Saudi dan Qatar. Yaman dan Bahrain sebagai negara Arab dan Islam menghadapi gelombang Kebangkitan Islam. Rakyat kedua negara ini menuntut diakhirinya kekuasaan zalim yang diterapkan Ali Abdullah Saleh dan Al Khalifa.

Bila negara-negara Barat mengubah kebijakannya dalam mendukung kekuasaan Hosni Mubarak di Mesir dan Zine El Abidine di Tunisia, tapi dalam menyikapi kebangkitan rakyat Yaman dan Bahrain tidak ada tanda-tanda perubahan. Bukan hanya itu, negara-negara Barat bahkan mendukung aksi penumpasan rakyat di kedua negara ini. Ali Abdullah Saleh di Yaman dan Al Khalifa di Bahrain menggunakan segala cara untuk menumpas demonstrasi damai rakyatnya. Di sisi lain, rezim Al Saud juga tidak malu-malu lagi untuk terlibat langsung mendukung para penguasa zalim dua negara ini. Liga Arab juga mengambil langkah yang sama, tidak mereaksi serius aksi kekerasan di Yaman dan Bahrain. Hal ini tidak lain, karena Liga Arab sudah di bawah kontrol Arab Saudi dan Qatar.

Liga Arab hingga kini dalam transformasi Yaman dan Bahrain belum menyatakan dukungannya kepada rakyat. Namun pada saat yang sama mendukung rakyat Suriah yang melakukan protes terhadap pemerintahnya. Poin yang patut dicermati dalam hal ini, gerakan Liga Arab dalam menghadapi transformasi Suriah benar-benar sesuai dengan kebijakan Amerika. Qatar sebagai ketua periodik Liga Arab menawarkan diri menjadi mediator di Suriah, bahkan dalam sebagian sikapnya, Qatar mengancam akan mengeluarkan Suriah dari Liga Arab. Bahwa di Suriah sedang terjadi protes dan ketidakpuasan rakyat, tidak ada yang meragukan hal itu. Namun para pengamat politik menegaskan bahwa sekalipun ada protes, tapi jangan sampai membiarkan ketidakpuasan di Suriah ini sampai pada satu batas, dimana pihak-pihak asing melakukan campur tangan di sana.

Masalah Suriah sungguh harus dilihat berbeda dari negara-negara lain. Suriah berada di barisan terdepan dalam melawan rezim Zionis Israel. Oleh karenanya, diharapkan pemerintah Suriah mengambil sikap yang tepat dan tidak memberikan kesempatan kepada negara-negara Barat dan Zionis Israel memanfaatkan instabilitas dalam negara yang ada ini sebagai alasan untuk menerapkan tujuan hegemoninya di Timteng.

Sikap pasif dan pilih kasih yang ditunjukkan Liga Arab terkait transformasi di kawasan menunjukkan organisasi ini tengah menuju akhir umurnya. Karena bila kekuasaan di negara-negara Timur Tengah dipegang oleh rakyat dan menjadikan Islam sebagai dasar negaranya, maka dengan sendirinya pemikiran Pan-Arabisme bakal musnah. Bila hal itu terjadi, tidak ada lagi legitimasi untuk Liga Arab. Namun segalanya berbeda ketika pemerintahan baru di negara-negara Arab mampu mengambil alih kontrol Liga Arab dari rezim-rezim pendukung Barat dan mengaturnya lebih independen dan sesuai dengan aspirasi rakyat.

Kebangkitan Islam Menurut Al Quran dan Hadis Sunni Terjadi di Iran !! Iran siap perangi Dajjal Amerika.

Nubuat kebangkitan Islam di Iran dalam Al Quran :


“….dan jika mereka berpaling, digantikan satu kaum selain kamu kemudian mereka tidak menjadi seperti kamu” (surah Muhammad, ayat 38).


“… mereka bertanya kepada Rasulullah s.a.w: “Siapakah mereka yang jika kami berpaling, kami akan digantikan dan mereka tidak akan jadi seperti kami?” jawab Rasulullah sambil menepuk tangannya ke bahu Salman al-Farisi, sambil bersabda: “dia dan kaumnya, sekiranya ad-Din terletak di bintang Suria nescaya akan dicapai oleh pemuda-pemuda daripada kalangan bangsa Parsi” (Tafsir Ibnu Kathir).

Begitu juga Surah Jumuah ayat 3 dalam Sunan Tirmidzi menceritakan hal yang sama.


Perkataan Syiah sendiri bermaksud ‘pengikut’ atau ‘golongan’. Hari ini perkataan Syiah banyak difokuskan kepada pengikut Imam Ali bin Abi Talib (a). Antara yang menarik perhatian kita adalah perkataan Syiah itu pernah diabadikan dalam beberapa kitab tafsir antaranya ialah Tafsir Dur Mathur Fi Tafsir Ma’thur, jilid ke-8, halaman 589:



(dikeluarkan oleh Ibn Adi daripada ibn Abbas yang telah berkata: apabila turunnya ayat {Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itu sebaik-baik makhluk} telah bersabda Rasulullah (s) pada Ali : (( ia adalah kamu dan Syiah kamu di hari kiamat adalah orang yang meredha dan diredhai))

Dan dinukilkan ibn Mardawiyah daripada Ali yang telah berkata: Telah bersabda Rasulullah (s) untukku: ((tidakkah engkau mendengar firman Allah {Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itu sebaik-baik makhluk} ia adalah kamu dan Syiah kamu, di mana janjiku dan janjimu bertemu di telaga Haudh, jika telah datang kepadamu umat untuk perhitungan, mereka dalam kehilangan panduan lantas memohon pertolongan)).

Salam wa rahmatollah. Bismillah.

Pelbagai jenis propaganda dan fitnah telah ditaburkan kepada bangsa ini demi memuaskan hati sesetengah sesetengah musuh Islam dalam mencapai objektif jahat mereka. Apatah lagi, majoriti dari bangsa ini mengikuti mazhab yang sangat-sangat dibenci oleh musuh agama. Mereka lupa dan buat-buat lupa bahawa bangsa ini adalah bangsa harapan Islam, pelindungnya dan penerusnya. Bukan saya yang cakap, tetapi Rasulullah yang cakap. Jangan jeles ok, Rasulullah puji bangsa Parsi bukan bangsa melayu, nak buat macam mana, memang bagi mereka yang mempunyai kenalan dari bangsa Parsi, akan merasai kelainan komitmen mereka terhadap Islam dan tahap spiritual mereka. (Yang baik-baik jelas).

Dari kedua-dua sumber Sunni dan Syiah, banyak kata-kata pujian dan ramalan untuk bangsa Parsi ini. Saya akan bincangkan sedikit di sini. InsyaAllah.

رسولُ اللهِ‏ِ (صَلَّيَ اللهُ عَلَيهِ وَ آلِهِ): أعظَمُ الناسِ نَصيباً في الامِ أهلُ فارِسَ

Rasulullah(sawa) bersabda: “Kaum yang memiliki bahagian Islam yang terbesar ialah kaum Parsi.”

Rujukan Sunni: Kanz al Ummal.

Hmm, bagaimana kita ingin menakwilkan hadis di atas? Adakah “terbesar” itu dari segi kualiti atau kuantiti? Saya lebih melihatnya dari segi kualiti, bagimanapun tidak mustahil juga dari segi kuantiti. Di zaman sekarang ini, ramai orang yang hanya Islam di atas nama sahaja, tetapi tidak mengamalkannya. Bak kata pepatah Rasulullah(sawa) yang masyhur:
“Umat Islam di akhir zaman ramai, tetapi hanya seperti buih-buih di lautan.”

Kalau kat Malaysia ni contohnya, kalau ada 10 juta orang Islam, mungkin yang benar-benar Islam(dalam erti amalan dan cara hidupnya) hanya sedikit sahaja, seperti yang kita boleh lihat sendiri dengan mata kepala kita. Yang paling banyak terperangkap dengan masalah sosial pun, tidak lain dan tidak bukan orang kita jugak. Tetapi di Iran, kalau ada 50 juta orang Islam, maka majoritinya ialah orang yang sangat kuat beragama, dan memakai Islam sebagai pakaiannya. Tak percaya, pergi la sendiri tengok.

Rasulullah(sawa) ketika membaca ayat ini, “Dan jika kamu berpaling (daripada beriman, bertaqwa dan berderma) Dia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain; setelah itu mereka tidak akan berkeadaan seperti kamu.(47:38) ”[ Bihar al-Anwar, v. 77 p. 165 no. 2], sesetengah dari para sahabat bertanya, “Siapakah mereka yang akan menggantikan kami”? Baginda membalas dengan bersabda sambil meletakkan tangan di atas Salman Farisi,”Dia dan kaumnya. Demi Dia yang nyawaku di tanganNya, jika agama ini tergantung di bintang-bintang, kaum lelaki dari bangsa Parsi pasti akan mengambilnya.” ”[Tafsir al-Mizan, v. 18, p. 250].

Ye, ye saya tahu, hadis di atas tu sumber Syiah, so what? Kami ni tak boleh percaya sangat ke? Yela-yela, ni hadis dari sumber Sunni, yang dekat-dekat serupa.

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah yang berkata, “Kami sedang duduk bersama para sahabat Rasulullah saw ketika Surah Jumuah turun kepada baginda lalu baginda membacakan ayat ” … Dan juga (telah mengutuskan Nabi Muhammad kepada) orang-orang yang lain dari mereka, yang masih belum datang …”

Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw sebanyak dua atau tiga kali tetapi baginda tidak menjawab. Bersama kami adalah Salman al-Farisi. Rasulullah saw berpaling kepadanya dan meletakkan tangan baginda ke atas paha Salman seraya bersabda, “Sekiranya iman berada di bintang Suraya sekalipun, nescaya lelaki dari bangsa ini yang akan mencapainya.” (Sahih Muslim, Kitab al-Fada’il as-Sahabah hadis 6178 dan Sahih Bukhari, Kitab Tafsir, Jilid 5, halaman 108).

Seterusnya Rasulullah(sawa) apabila ditanya tentang ayat ini:
“Hai orang-orang beriman, barangsiapa yang murtad di antara kamu dari pada agamanya, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Allah mengasihi mereka dan mereka mengasihi Allah, mereka lemah lembut terhadap orang beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. Mereka berjuang pada jalan Allah, dan tidak takut akan cerca orang yang mencerca. Demikian itu kurnia Allah, diberikan kepada sesiapa yang dikehendakinya, Allah luas kurnianya lagi maha mengetahui.” (5:54)

Baginda bersabda:
Jika agama ini tergantung di bintang-bintang, kaum lelaki dari bangsa Parsi pasti akan mengambilnya.[Majma`a al-Bayan, v. 3 p. 321]

Ish, betul ke kata-kata Rasulullah ni? Apa yang istimewa sangat bangsa ni? Jom kita lihat siapa yang kena!!

Pemimpinnya.

Para Ulamanya.


Masyarakatnya:

SESUAI DENGAN HADITS RASULULLAH SAWW TENTANG 12 IMAM.

12 KHALIFAH AALI MUHAMMAD.

BANGGANYA JADI “MEMBER” SYI’AH 12 IMAM.

ALLAH MENETAPKAN PARA IMAM.


ALLAH YANG MENETAPKAN PARA IMAM DARI AHLUL BAIT AS, SEBAGAIMANA ALLAH MENETAPKAN SIAPA-SIAPA NABI-NYA.

Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadits melalui Jabir al-Jufri yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang Allah jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?”

Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai Jabir, mereka adalah penerusku dan para pemimpin muslimin. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian (Imam) Hasan dan (Imam) Husain, kemudian ‘Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali, yang dikenal dalam taurat dengan nama al-Baqir, yang engkau akan jumpai kelak. Wahai jabir! Apabila engkau menjumpainya, sampaikanlah salamku padanya. Setelahnya adalah ash-Shadiq, Ja’far bin Muhammad; kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin ‘Ali, setelahnya adalah al-Qa’im yang nama asli dan gelarnya sama denganku. Dia adalah hujjah Allah di bumi dan pengingat hamba-hamba-Nya. Dia anak (Imam) Hasan bin ‘Ali (al-’Askari).

Pribadi inilah yang menyebabkan tangan Allah akan membukakan arah Timur dan Barat dunia dan pribadi ini jugalah yang akan digaibkan dari para pengikut dan pencintanya. karena inilah (kegaiban -penerj) keimamahannya tidak dapat dibuktikan oleh pernyataan siapapun kecuali oleh orang yang keimanannya telah Allah uji.”.

Jabir berkata: “Aku bertanya padanya: ‘Wahai Rasulullah! Apakah para pengikut (syi’ah)-nya akan mendapatkan manfaat dari kegaibannya?’ Dia menjawab: ‘Ya. Demi Zat yang mengutusku dengan kenabian, mereka akan mencari cahaya dan taat kepadanya pada masa gaibnya sebagaimana manusia mendapat manfaat dari (cahaya) matahari ketika awan menutupnya’ …” (Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117).


SABDA RASULULLAH SAWW:

“Ali adalah sebaik-baiknya manusia, barangsiapa menolaknya maka ia KAFIR” (Ibn Al-Maghazali, 129; Yanabiul Mawadah, 233; Tarikh Baghdad olh Al-Khatib Al-Baghdadi, 5/37; Al-Khawarizmi, 235).

“Ali adalah Shadiqul Akbar (orang yg paling benar)” (Al-Bayhaqi, 4/35; Kanzul Umal, 7/176; Al-Jami’ olh Al-Suyuti, 2/276; Ibn Al-Maghazali, 93).

“Ali adalah Pembeda (AL FARUQ) antara Haq dan Bathil” (Mustadrak Al-Sahihain of Al-Hakim Al-Naisaburi, 3/132; Musnad Ahmad, 1/331; Yanabiul Mawadah, 92).

“Pembawa bendera ku di dunia dan akhirat adalah Ali.” (Kanzul Umal, 6/122; Al-Tabari, 2/201; Al-Khawarizmi, 250; Al-Fadha’il olh Ahmad, 253; Ibn Al-Maghazali, 42/200).

“Tuhan-ku telah memerintahkan aku ,menutup semua pinti kecuali pintu Ali.” (Al-Khasa’is of Al-Nisa’i, 13; Mustadrak Al-Sahihain of Al-Hakim Al-Naisaburi, 3/125; Al-Tirmidzi, 13/173; Al-Bayhaqi, 7/65; Yanabiul Mawadah, 282; Musnad Ahmad, 4/369; Ibn Al-Maghazali, 245; Yanabiul Mawadah, 126).

“Suara akan terdengar pada hari kiamat; “Wahai Muhammad, terpujilah atas ayahmu dan ibrahim dan saudaramu Ali’.” (Al-Fadha’il, Ahmad, 253; Ibn Al-Maghazali, 67; Al-Khawarizmi, 83; Al-Riyadh Al-Nadhra, 2/201).

“Setiap Nabi memiliki pelaksana dan pewaris, dan pelaksana dan pewarisku adalah Ali” (Kanzul Umal, 6/158; Tarikh Baghdad olh Al-Khatib Al-Baghdadi, 11/173; Shawahidul Tanzil, 2/223; Yanabiul Al-Mawadah, 94).

“Ya Allah, jangan kau matikan aku sampai Engkau tunjukkan wajah Ali kepadaku” (Al-Riyadh Al-Nadhra, 2/201; Al-Fadha’il, Ahmad, 253; Ibn Al-Maghazali, 67; Akhtab Khawarizm, 83).

“Aku dan Ali diciptakan dari satu pohon yang sama” (Tirmidzi, 13/178; Ibn Al-Maghazali, 122; Asadul Ghaba, 4/26; Al-Riyadh Al-Nadhra, 2/216).

“Paling berilmunya (‘a’lam) manusia setelahku, (yaitu) Ali.” (Manaqib Al-Imam Ali Ibn Abi TAlib (as), Ibn Al-Maghazali As-Syafi’i).

“Hiasi (perindah) majlismu dengan menyebut nama Ali” (Mustadrak Al-Sahihain olh Al-Hakim Al-Naisaburi, 3/109; Musnad Ahmad, 4/368, 5/419; Al-Khasa’is of Al-Nisa”I 9; Ibn Al-Maghazali, 16; Al-Manaqib, Akhtab Khawarizm, 94; Tarikh Baghdad of Al-Khatib Al-Baghdadi, 8/290).

“Orang paling bijaksana dalam umatku adalah Ali” (Ibn Al-Maghazali, 70; Arjah Al-Matalib, 544).

“Aku adalah pemebri peringatan, dan pembimbing (penunjuk jalan) setelahku adalah Ali.” (Musnad Ahmad, 1/151; Al-Tirmidzi, 2/135; Al-Khasa’is , Al-Nisa’i, 20; Kanzul Umal, 1/247; Ibn Al-Maghazali, 222).

“Pembebas dari api neraka melalui kecintaan kepada Ali” (Mustadrak Al-Sahihain of Al-Hakim Al-Naisaburi, 2/241; Tarikh Baghdad olh Al-Khatib Al-Baghdadi, 6/851; Akhtab Khawarizm, 86; Ibn Al-Maghazali, 90).

“Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai Mawla (pemimpin), maka Ali adalah Mawla-nya” (Mustadrak Al-Sahihain olh Al-Hakim Al-Naisaburi, 3/129; Kanzul Umal, 6/157; Al-Dilmi).

“Tidak ada orang yang sepadan dengan Fathimah jika Allah tidak menciptakan Ali” (Hilyatul Awliya’, 1/34; Al-Riyadh Al-Nadhra, 2/177; Ibn Al-Maghazali, 242; Al-Khawarizmi, 42; Yanabiul Mawadah, 112).

“Barangsiapa meyakini dan mempercayaiku, maka BERWILAYAH-lah kepada Ali” (Al-Jami’, Al-Suyuti, 1/230; Al-Riyadh Al-Nadhra, 2/168; Tarikh Baghdad olh Al-Khatib Al-Baghdadi, 1/316; Ibn Al-Maghazali, 49; Yanabiul Mawadah, 266).

“Yang pertama mencapai Telaga Haud adalah yang pertama menerima islam; (yaitu) Ali” (Kanzul Umal, 6/154; Al-Tabarani, 5/32; Al-Riyadh Al-Nadhra, 1/165; Dhaka’ir Al-‘Aqi, 65; Ibn Al-Maghazali, 230).

“Tidak ada yang dapat melewati Shirat kecuali dengan menerima Wilayah Ali” (Ibn Al-Maghazali, 15; Al-Isti’ab, 2/457).

“Orang yang paling sengsara dari awal sampai akhir adalah pembunuh Ali” (Mustadrak Al-Sahihain, Al-Hakim Al-Naisaburi, 3 / 141, Musnad Ahmad., 4 / 263, Al-Khasa’is dari 39 Al-Nisa’i; Al-Tabari, 2 / 408; Kanzul Umal, 5 / 58).

“Ada sebuah pohon di surga yang disebut Thuba. “Pusat akarnya” terletak di rumah Ali, dan cabangnya adalah Ali” (Mustadrak Al-Sahihain Al-Hakim Al-Naisaburi, 3 / 109, Musnad Ahmad, 4 / 370, Al-Khasa’is dari. Al- Nisa’i, 25; Al-Tirmidzi, Al-Tabrani).

“Tanganku dan Tangan Ali adalah sama dalam Keadilan.” (Mustadrak Al-Sahihain olh Al-Hakim Al-Naisaburi, 3/14; Al-Thabari, 2/272; Al-Tirmidzi, 2/299; Ibn Al-Maghazali).

“Ali adalah saudaraku di dunia dan akhirat” (Yanabiul Mawadah, 57 & 61; Ibn Al-Maghazali, 37)

“Kedudukan Ali disisiku sebagaimana Harun disisi Musa” (Mustadrak Al-Sahihain olh Al-Hakim Al-Naisaburi, 3/137; Ibn Al-Maghazali, 65, 104; Al-Tabarani; Hilyatul-Awliya’, 1/63; Akhtab Khawarizm, 229).

“Ali berhak atas umat ini, seperti hak ayah atas anaknya.” (Muslim, 2 / 361, Al-Tirmidzi, 2 / 299, Al-Hakim, 3 / 130 ; Ahmad Musnad, 3 / 198, Al-Nisa’i, 7; Asadul-Ghaba, 3 / 40).

“Tidak ada pedang kecuali Dzul Fiqar, dan tidak ada pemuda kecuali Ali” (Mustadrak Al-Sahihain olh Al-Hakim Al-Naisaburi, 2/385; Sunan Al-Bayhaqi, 3/376; Ibn Al-Maghazali, 197; Al-Tabari, 2/514; Al-Riyadh Al-Nadhra, 2/190).


PIMPINAN SUCI.

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا أَطيعُوا اللهَ وَ أَطيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنازَعْتُمْ في‏ شَيْ‏ءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَ الرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ ذلِكَ خَيْرٌ وَ أَحْسَنُ تَأْويلاً

“Wahai Orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul dan Ulil Amri di kalangan kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa;59).

Di dalam Tafsir al-Burhan, dari Ibnu Babuwayh, yang bersanad dari Jabir bin Abdullah al-Ansari, ia mengatakan:Ketika Allah menurunkan kepada Nabi-Nya ayat ” Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui Allah dan RasulNya tetapi siapakah Ulil Amri yang Allah kaitkan ketaatan kepada mereka dengan ketaatan kepadamu? Nabi menjawab:”Wahai Jabir, mereka itu adalah para penggantiku dan Imam ummat Islam sesudahku: Pertama Ali bin Abi Talib, kemudian al-Hasan, kemudian al-Husayn, kemudian Ali bin al-Husayn, kemudian Muhammad bin Ali yang terkenal dalam Taurat dengan gelaran al-Baqir. Wahai Jabir kamu akan menemuinya dan jika kamu menemuinya sampaikan salamku kepadanya, kemudian as-Sadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian al-Hasan bin Ali, kemudian dua nama Muhammad dan dua gelaran Hujjatullah di bumiNya dan Baqiyatullah bagi hamba-hambaNya, Ibnu Hasan, dialah yang Allah bukakan sebutan namanya di bumi bahagian Barat dan Timur, dialah yang ghaib dari para pengikutnya dan kekasihnya, asrar haura: dialah yang ghaib dari para pengikutnya dan kekasihnya, yang keghaibannya menggoncangkan keimanan kecuali bagi orang-orang yang Allah kukuhkan keimanan dalam hatinya. Selanjutnya Jabir berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah, wahai Rasulullah, apakah keghaibannya memberikan manfaat kepada para pengikutnya? Rasulullah menjawab: “Demi Zat yang mengutusku dengan Nubuwwah, sungguh mereka mendapatkan cahaya sinarnya, dan memperolehi manfaat dengan wilayahnya dalam keghaibannya seperti manusia mendapat manfaat dari matahari walaupun ia ditutupi awan. Wahai Jabir, ia tersembunyi oleh rahasia Allah dan terpelihara oleh ilmuNya, maka Allah menyembunyikan kecuali dari Ahlinya”.

Rasulullah saaw bersabda: “Aku adalah penghulu para nabi dan Ali adalah penghulu para washi. Sesungguhnya para washi ku berjumlah dua belas orang, yang pertama adalah Ali dan yang terakhir adalah al-Qoim al-Mahdi”.(Yanabi’ul Mawaddah, al-Qanduzi al-Hanafi).

Rasulullah saaw bersabda: “Wahai Ali, engkau adalah washi ku. Berperang denganmu berarti berperang denganku, dan berdamai denganmu berarti berdamai denganku. Engkau adalah Imam dan bapak dari para imam yang dua belas, yang mereka disucikan dan dijaga dari dosa. Salah seorang dari mereka adalah al-Mahdi yang akan memenuhi dunia dengan keadilan. Sungguh celaka orang yang membeci mereka”.(Yanabi’ul Mawaddah, al-Qanduzi al-Hanafi).


JALAN ALLAH.

وَ مِمَّنْ خَلَقْنا أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَ بِهِ يَعْدِلُونَ

“Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.”(al-A’raf ayat 181).

Rasulullah saw bersabda, “Umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. Tujuh puluh dua golongan akan masuk neraka, sedangkan satu golongan akan masuk surga. Mereka adalah engkau dan pengikutmu, wahai Ali, karena engkau tidak pernah berpisah dari kebenaran dan mereka tidak berpisah darimu. Karena itu, mereka senantiasa bersama kebenaran.”[1].

Referensi:
[1] Ta’wil al-Ayat, jil. I, hal. 190 hadis ke-38; Kitab Sulaim, hal 169-332; al-Wasail, jil. XXVII, hal. 50 hadis ke-33180.


YA ALLAH, BANGKITKANLAH KAMI DENGAN AHLULBAIT.

“Yaa Allah bangkitkanlah kami dengan mereka Ahlil Bait, dan Rasul-Mu pernah berkata bahwa seseorang akan dibangkitkan bersama dengan yang dicintainya”.

12 IMAM, PENJELAS RISALAH NABI SAWW.

Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadits melalui Jabir al-Jufri yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang Allah jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?”

Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai Jabir, mereka adalah penerusku dan para pemimpin muslimin. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian (Imam) Hasan dan (Imam) Husain, kemudian ‘Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali, yang dikenal dalam taurat dengan nama al-Baqir, yang engkau akan jumpai kelak.

Wahai jabir! Apabila engkau menjumpainya, sampaikanlah salamku padanya. Setelahnya adalah ash-Shadiq, Ja’far bin Muhammad; kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin ‘Ali, setelahnya adalah al-Qa’im yang nama asli dan gelarnya sama denganku. Dia adalah hujjah Allah di bumi dan pengingat hamba-hamba-Nya.

Dia (al-Qa’im) anak (Imam) Hasan bin ‘Ali (al-‘Askari). Pribadi inilah yang menyebabkan tangan Allah akan membukakan arah Timur dan Barat dunia dan pribadi ini jugalah yang akan digaibkan dari para pengikut dan pencintanya. karena inilah (kegaiban -penerj) keimamahannya tidak dapat dibuktikan oleh pernyataan siapapun kecuali oleh orang yang keimanannya telah Allah uji.”Jabir berkata: “

Aku bertanya padanya: ‘Wahai Rasulullah! Apakah para pengikut (syi’ah)-nya akan mendapatkan manfaat dari kegaibannya?’ Dia menjawab: ‘Ya. Demi Zat yang mengutusku dengan kenabian, mereka akan mencari cahaya dan taat kepadanya pada masa gaibnya sebagaimana manusia mendapat manfaat dari (cahaya) matahari ketika awan menutupnya’ …” (Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, dengan makna yang hampir sama dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117).

DR. Majdi Wahbe as Syafi’i (Khatib al Azhar) berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran.


Nama 12 Imam Ahlul Bait Ada Dalam Al Qur’an.

Salah seorang pemerhati Agama Mesir dan Khatib Universitas al Azhar berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran. Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan kebenaran 12 imam yang dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir, yaitu Imam Mahdi (as).

Menurut kantor berita Abna, DR. Majdi Wahbe as Syafi’i berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran. Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan kebenaran 12 imam yang dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir, yaitu Imam Mahdi (as). Berita ini disebutkan dalam salah satu majalah berita Mesir dimana di situ dijelaskan: Tak diragukan lagi bahwa jumlah/angka dalam Al Qur’an itu memiliki dalil tersendiri. Misalnya, kata “yaum” (hari) yang berjumlah 365 kali diulang dalam Al Qur’an menunjukkan bilangan hari selama satu tahun, demikian juga kata “syaher” (bulan) yang berulang sebanyak 12 kali menunjukkan bahwa selama 1 tahun itu terdapat 12 bulan.

Kemudian laporan itu melanjukan: Kata yang merupakan derivasi (pecahan) dari “al imamah” (imam/kepemimpinan) juga berulang sebanyak 12 kali dalam Al Qur’an yang bermakna 12 imam dimana berdasarkan riwayat yang dinukil dari Nabi saw urutannya adalah dari Imam Ali (as), Imam Hasan (as) dan Imam Husain serta mencakup 9 Imam dari keturunan Imam Ketiga.

Dua belas (12) Ayat Al Quran yang mencakup kata “imam dan imamah”, yaitu:

1- سورة البقرة، الآية 124: {وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِين}.

2- سورة التوبة، الآية 12: {وَإِن نَّكَثُواْ أَيْمَانَهُم مِّن بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُواْ فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُواْ أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لاَ أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنتَهُونَ}.

3- سورة هود، الآية17: {أَفَمَن كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إَمَاماً وَرَحْمَةً أُوْلَـئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِّنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يُؤْمِنُونَ }.

4- سورة الاسراء، الآية70: {يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُوْلَـئِكَ يَقْرَؤُونَ كِتَابَهُمْ وَلاَ يُظْلَمُونَ فَتِيلا}.

5- سورة الانبياء، الآية 72: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِين}.

6- سورة القصص، الآية 5: {وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِين}.

7- سورة الحجر، الآية 79: {فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ مُّبِينٍ }.

8- سورة السجدة، الآية 24: {وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون}.

9- سورة يس، الآية 12: {إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ }.

10- سورة القصص، الآية 41: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لا يُنصَرُون}.

11- سورة الفرقان، الآية 74: {وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً}.

12- سورة الأحقاف، الآية 12: {وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَاماً وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُّصَدِّقٌ لِّسَاناً عَرَبِيّاً لِّيُنذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ}.

Yang menarik Khatib Masjid al Azhar ini juga membuktikan bahwa yang dimaksud Ahlul Bait –sebagaimana yang termaktub dalam surah al Ahzab, ayat 33 itu hanya 5 orang (yaitu Rasul saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) dan sama sekali tidak mencakup istri-istri Nabi saw, sebagaimana diriwayatkan sendiri oleh Ummu Salamah. Hal ini ditegaskan oleh Nabi saw dalam hadisnya yang terkenal dengan “hadis kisa”. (Kisa berarti kain penutup). Beliau menyatakan bahwa kata kisa’ pun lima kali disebutkan dalam al Quran, yaitu:

1- سورة البقرة، الآية 233: {وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلاَّ وُسْعَهَا لاَ تُضَآرَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلاَ مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالاً عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُواْ أَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِير}.

2- سورة البقرة، الآية 259: {أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىَ يُحْيِـي هَـَذِهِ اللّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِّلنَّاسِ وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير}.

3- سورة المائدة، الآية 89: {لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَـكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُواْ أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون}.

4- سورة المؤمنون، الآية 14: {ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِين}.

5- سورة النساء، الآية 5: {وَلاَ تُؤْتُواْ السُّفَهَاء أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللّهُ لَكُمْ قِيَاماً وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُواْ لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفا}.


JUMLAH HADITS.

Tidak kurang dari 270 hadits tentang kedatangan 12 Imam atau 12 pemimpin atau 12 emir atau 12 khalifah sepeninggal Rasulullah. Jumlah yang persis 12 dan diulang-ulang itu tentu saja bukan sembarang angka yang tidak ada maknanya. Mengabaikan angka itu sama dengan mengabaikan risalah Islam yang disampaikan oleh Rasulullah. Rasulullah telah mewanti-wanti kita bahwa jumlah mereka yang 12 itu akan memimpin umat Islam sampai akhir zaman. Beberapa dari hadits-hadits tersebut ialah sebagai berikut:

1. Shahih al-Bukhari, vol. 4, halaman 168:
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Qurays’” (Lihat Kitab al-Ahkam, Mesir 1351, no. 6682; lihat juga Shahih Muslim, Kitab al-‘Imarah, no. 3393, 3394, 3395, 3396, dan 3397; juga Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Fitan, no. 2149; juga Sunan Abi Dawud, Kitab al-Mahdi, no 3731 dan 3732; juga Musnad Ahmad, Musnad al-Basyiryin, no. 19875, 19901, 19920, 19963, 20017, 20019, 20032, dan 20125).

2. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 4 (Syarh Nawawi):
Rasulullah saw telah bersabda, “Agama ini akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Qurays, memerintah atas kamu.” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398).

3. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3:
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw. Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (khilafah) tidak akan berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Qurays’”(Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398, Mesir 1334)

4. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3:
Jabir meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw yang agung bersabda, “Islam akan selalu besar hingga datang 12 Imam.” (Jabir berkata), “Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti. Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakana?’ Ia menjawab, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’”(Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398).

5. Shahih at-Tirmidzi, vol. 2, halaman 45:
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 Imam dan pemimpin setelahku.’ Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’” (Lihat cetakan New Delhi (tahun 1342), no. 2149. Tirmidzi menulis tentang hadits ini, “Hadits ini baik dan shahih, diriwayatkan oleh Jabir dari jalur sanad yang berbeda. Hal yang sama dikutip dari Jabir dalam ‘Shahih Abi Daud’, vol. 2, cet. Matba’a Taziyah, Mesir. Kitab al-Manaqib halaman 207 no. 3731)

6. Musnad Ahmad, vol. 5, hal. 106:
Rasulullah bersabda, “Terdapat dua belas khalifah untuk umat ini”

Catatan: Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad mengutip hadits tentang persoalan ini dalam tiga puluh empat rantai hadits yang berlainan dari Jabir. (Lihat: Matba’a Miymaniyyah, Mesir 1313, Musnad al-Basriyyin, no. 19944).

7. Shahih Abu Daud, vol. 2, hal. 309:
“Agama ini akan tetap agung sampai datang dua belas Imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagunkan Allah dengan berkata, “Allahu Akbar” (Allah maha besar) dan menangis keras. Kemudian beliau mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Qurays,’ jawabnya.”

Catatan: Hakim Naysaburi meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang berbeda dari yang sebelumnya disebutkan. (Lihat: Edisi pertama dari ‘Dar- Al-Fikr, 1334).


APA KATA AHLU SUNNAH MENGENAI HADITS-HADITS TENTANG 12 IMAM YANG ADA DI DALAM KITAB MEREKA?

Para ulama Ahlussunnah memiliki pendapat yang beraneka-ragam mengenai hal ini. Mereka sama sekali tidak bisa menolak keberadaan dan kesahihan dari hadits-hadits tersebut karena saking banyak jumlahnya dan saking sahih sanad yang dilalui oleh hadits-hadits itu. Mau tidak mau mereka juga mencoba untuk menyusun daftar para pemimpin atau khalifah atau amir atau imam yang menurut mereka cocok dengan risalah Nabi itu. Berikut nama ulama Ahlussunnah dan daftar-daftar yang telah mereka buat:

1. Menurut Ibnu Katsir:
mereka adalah keempat khalifah awal, lalu Umar ibn Abdul Aziz, dan sebagian khalifah dari dinasti Abbasiyah, di mana Imam Mahdi yang dijanjikan berasal dari mereka. Menurut Ibnu Katsir Imam Mahdi bukan berasal dari Bani Hasyim melainkan Bani Umayyah.

2. Menurut Qadhi Damaskus:
mereka adalah Khulafa’ Rasyidin, Muawiyah, Yazid ibn Muawiyah, Abdul Malik ibn Marwan dan keempat anaknya (Walid, Sulaiman, Yazid dan Hisyam), dan diakhiri oleh Umar ibn Abdul Aziz. Di sini tidak ada Imam Mahdi yang dijanjikan.

3. Menurut Waliyyullah:
seorang Ahli Hadis dalam kitab Qurratul ‘Ainain, sebagaimana dinukil dalam kitab ‘Aunul Ma’bud: mereka adalah empat khalifah pertama muslimin, Abdul Malik ibn Marwan dan keempat anaknya, Umar ibn Abdul Aziz, Walid ibn Yazid ibn Abdul Malik. Kemudian Waliyyullah menukil dari Malik ibn Anas seraya memasukkan Abdullah ibn Zubair ke dalam dua belas orang tersebut, akan tetapi dia menolak perkataan Malik dengan dalil riwayat dari Umar dan Ustman dari Rasulullah saw. yang menunjukkan bahwa pemerintahan yang dipimpin oleh Abdullah ibn Zubair adalah sebuah bencana dari sederet malapetaka yang diderita umat Islam. Ia juga menolak dimasukkannya Yazid dan menegaskan, bahwa dia adalah sosok yang berperilaku bejat.

4. Menurut Ibnu Qayim Jauzi:
“Sedangkan jumlah khalifah itu dua belas orang; sekelompok orang yang di antaranya; Abu Hatim, Ibnu Hibban dan yang lain mengatakan bahwa yang terakhir dari mereka adalah Umar ibn Abdul Aziz. Mereka menyebut khalifah empat pertama, Muawiyah, Yazid ibn Muawiyah, Muawiyah ibn Yazid, Marwan ibn Hakam, Abdul Malik ibn Marwan, Walid ibn Abdul Malik, Sulaiman ibn Abdul Malik, dan khalifah yang kedua belas Umar ibn Abdul Aziz. Khalifah yang terakhir ini wafat pada tahun seratus Hijriyah; di abad pertama dan paling awal dari abad-abad kalender Hijriah manapun, pada abad inilah agama berada di puncak kejayaan sebelum terjadi apa yang telah terjadi”.

5. Menurut Nurbasyti:
”Cara terbaik memaknai hadis ini adalah menerapkan maknanya pada mereka yang adil, karena pada dasarnya merekalah yang berhak menyandang gelar sebagai khalifah, dan tidak mesti mereka memegang kekuasaan, karena yang dimaksud dari hadis adalah makna metaforis saja. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Mirqat”.

6. Dan menurut Maqrizi:
jumlah dua belas imam adalah khalifah empat pertama dan Hasan cucunda Nabi saw. Ia mengatakan: “Dan padanya (Imam Hasan a.s.), masa khalifah rasyidin pun berakhir”. Maqrizi tidak memasukkan satu pun dari penguasa dinasti Umawiyah. Masih menurut penjelasannya, khilafah setelah Imam Hasan a.s. telah menjadi sistem kerajaan yang di dalamnya telah terjadi kekerasan dan kejahatan. Lebih lanjut, ia juga tidak memasukkan satu penguasa pun dari dinasti Abbasiyah, karena pemerintahan mereka telah memecah belah kalimat umat dan persatuan Islam, dan membersihkan kantor-kantor administrasi dari orang Arab lalu merekrut bangsa Turki. Yaitu, pertama-tama bangsa Dailam memimpin, lalu disusul bangsa Turki yang akhirnya menjadi sebuah bangsa yang begitu besar. Maka, terpecahlah kerajaan besar itu kepada berbagai bagian, dan setiap penguasa suatu kawasan mencaplok dan menguasainya dengan kekerasan dan kebrutalan.

Dengan demikian, tampak jelas bagaimana kebingungan madrasah Khulafa’ (Ahli Sunnah) dalam menafsirkan hadis tersebut; mereka tidak sanggup keluar dari keadaan ini selagi berpegang pada tafsir futuralistik itu.

Dalam kitab Al-Hawi lil Fatawa, As-Suyuthi mengatakan: ”Sampai sekarang, belum ada kesepakatan dari umat Islam mengenai setiap pribadi dua belas imam.”

Dengan itu maka, saudara-saudara kita dari golongan Ahlussunnah telah tersandera oleh ketidak-pastian tentang siapakah yang akan dirujuk dan dijadikan anutan untuk mendapatkan bimbingan dan pertolongan mengingat manusia itu memerlukan petunjuk Tuhan agar hidupnya senantiasa berjalan di atas kebenaran menuju kebahagiaan yang memang telah dijanjikan Tuhan.

Kaum Ahlussunnah akan senantiasa bertikai memperebutkan hak kepemimpinan karena mereka satu sama lain akan berlainan pendapat mengenai siapakah yang harus mereka ikut hingga akhir zaman. Kasus Ahmadiyyah adalah salah satu contoh klasik dimana ada kelompok yang tidak setuju dengan penafsiran siapakah yang disebut dengan IMAM MAHDI itu? Kaum Ahmadiyyah telah menentukan IMAM MAHDINYA sementara kelompok yang berseberangan memiliki IMAM MAHDI sendiri yang sampai saat ini masih mereka cari atau mungkin sebagian besar dari mereka tidak peduli.

Padahal hadits-hadits tentang 12 Imam yang ditutup oleh Imam Mahdi itu sangat shahih dan tak bisa dibantah keberadaannya. Mana mungkin mereka mendapatkan petunjuk kalau mereka tidak atau belum menentukan siapakah imam-imamnya secara pasti. Padahal mengenali Imam zamannya dan mengikuti bimbingan dan petunjuknya serta patuh dan taat padanya adalah bagian penting dari risalah suci ini. Rasulullah telah tiada meninggalkan kita, dan beliau mewariskan 12 pemimpin itu untuk kita ikuti bersama. Melupakan hadits-hadits suci itu sama saja dengan mengkhianati Nabi. Mengkhianati Nabi sama saja dengan keluar dari Islam dan hidup sebagai orang murtad. Pantas saja Nabi mewanti-wanti agar kita mengenali Imam kita. Lihatlah hadits-hadits berikut ini:


BAGAIMANA KATA HADITS TENTANG KEWAJIBAN MENGIKUTI PEMIMPIN?

Berikut akan saya paparkan beberapa hadits tentang kewajiban untuk memiliki, mengikuti dan mentaati pemimpin atau imam.

1. “Barangsiapa mati tanpa imam, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah” (lihat Majma’ az-Zawa’id, jilid 5, halaman 218; lihat juga Abu Dawud, Musnad, halaman 259 dari jalur ‘Abdullah bin Umar dan ditambahkan: “Dan barangsiapa menolak untuk taat, maka pada hari kiamat ia tidak punya hujjah, pembelaan”).

2. “Barangsiapa mati tanpa berbai’at maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah” (lihat Shahih Muslim, jilid 6, halaman 22; lihat juga Baihaqi, Sunan, jilid 8, halaman 156; kemudian Ibnu Katsir dalam Tafsir, jilid 1, halaman 517; Al-Haitsami dalam Al-Majma’, jilid 5, hal. 218).

3. “Barangsiapa meninggal dan tiada ketaatan (kepada imam), maka ia telah meninggal dalam keadaan jahiliyah” (lihat Imam Ahmad dalam Musnad, jilid 3, hal. 446; Haitsami dalam al-Majma’, jilid 5, hal. 223)

4. “Barangsiapa meninggal dan tidak mengetahui imam zamannya, maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah” (lihat Al-Taftazani, Syarh al-Maqashid, jilid 2, hal. 275. Ia mengeluarkan hadits ini dalam hubungan ayat (QS. An-Nisaa: 59) yang saya kutipkan di atas. Syaikh ‘Ali al-Qari, Al-Marqat fi Khatimah al-Jawahir al-Madhiyah, jilid 2, hal. 509, dan pada hal. 457 tatkala mengutip Shahih Muslim yang berbunyi: “Barangsiapa meninggal dan tidak mengetahui imam zamannya, maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah”, ia menambahkan bahwa arti hadits tersebut adalah: “seseorang yang tidak mengetahui bahwa ia wajib mengikuti tuntunan imam pada zamannya.


SEMOGA KITA TIDAK DIGOLONGKAN MENJADI UMAT YANG KEHILANGAN PEGANGAN KARENA TIDAK MENGENALI IMAM ZAMANNYA. AMIN.

*****

Komentar Pembaca:
- Dlm Al Quran yang menyebut ‘ahlulbait’, rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat Sebagai Berikut:

1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan kebrkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.

Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah isteri dari Nabi Ibrahim.

2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah Ibu Nabi Musa As. atau ya Saudara Nabi Musa As.

3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW. Sedangkan sesudah ayar 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. isteri plus anak-anak beliau.

Coba baca catatan kaki dari kitab: Al Quran dan Terjemahannya, maka ahlulbaik yaitu KELUARGA RUMAHTANGGA RASULULLAH Berarti kel Saidina Muhammad SAW yg seharusnya, kedua orang tua beliau, tapai keduanya belum Muslim dan sudah meninggal, diri saidina Muhammad SAW sendiri, atau saudara kandungnya (tapi beliau anak tunggal), isteri-isterinya, anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan, sayangnya anak beliau yang lelaki tak ada yang sampai besar, tidak meninggalkan anak keturunan. Pewaris tahta Ahlul Bait yang terakhir ya Bunda Fatimah.

Oleh karena itu, keturunan Bunda Fatimah, Hasan, Husein dan lainnya yg perempuan ya tidak lagi masuk ahlul bait krn. nasabnya Saidina Ali bin Abi Thalib. Krn Al Quran hanya mengenal nasab dari laki-laki kecuali Isa bin Maryam (QS. 33:4-5).

Dengan adanya mukjizat ini, maka tidak ada satu golongan atau kelompok yang bisa mengklaim bahwa mereka adalah pewaris tahta ‘AHLUL BAIT’, otomatis yang ada itu adalah pewaris nasab Saidina Ali bin Abi Thalib.

Fatwa al-Azhar Mesir terhadap Mazhab Syiah dapat dirujuk kembali dalam kebanyakan media cetak pada 6 Julai 1959.


Pejabat Pusat Universiti Al-Azhar:

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

Teks Fatwa Al-Azhar diterbitkan daripada kewibawaannya.

Shaikh al-Akbar Mahmud Shaltut,

Dekan al-Azhar Universiti, dalam sahnya mengikuti mazhab Syiah Imamiah.

Pertanyaan:
Sesungguhnya setengah golongan manusia percaya, bahawa wajib beribadat dan bermuamalat dengan jalan yang sah dan berpegang dengan salah satu daripada mazhab-mazhab yang terkenal dan bukan daripadanya mazhab Syiah Imamiah atau mazhab Syiah Zaidiah. Apakah pendapat tuan bersetuju dengan pendapat ini dan melarang mengikuti mazhab Syiah Imamiah al-Istna Ashariyah misalannya?

Jawabnya:

1) Sesungguhnya Islam tidak mewajibkan seseorang Muslim mengikuti mana-mana mazhab pun adanya. Akan tetapi kami mengatakan setiap Muslim punyai hak untuk mengikuti satu daripada mazhab yang benar yang fatwanya telah dibukukan dan barangsiapa yang mengikuti mazhab-mazhab itu boleh juga berpindah ke mazhab lain tanpa rasa berdosa sedikit pun.

2) Sesunguhnya mazhab Jafari yang dikenali juga sebagai Syiah Imamiah al-Istna Asyariyyah dibenarkan mengikuti hukum-hukum syaraknya sebagaimana mengikuti mazhab Ahlul Sunnah.

Maka patutlah bagi seseorang Muslim mengetahuinya dan menahan diri dari sifat taksub tanpa hak terhadap satu mazhab. Sesungguhnya agama Allah dan syariatnya tidak membatas kepada satu mazhab mana pun. Para Mujtahid diterima oleh Allah dan dibenarkan kepada bukan Mujtahid mengikuti mereka dengan yang mereka ajar dalam Ibadah dan Muamalat.

Sign,

Mahmud Shaltut.

Demikian fatwa diumumkan pada 6 Julai 1959 dari pejabat Universiti al-Azhar kemudiannya disiarkan dalam media cetak antaranya:
1. Surat khabar al-Sha’ab Mesir, 7 Julai 1959.
2. Surat Khabar Lubnan, 8 Julai 1959.

Rasulullah bersabda: Seandainya agama itu berada pada gugusan bintang yang bernama Tsuraya niscaya salah seorang dari Persia atau dari putra-putra Persia akan pergi ke sana untuk mendapatkannya. (Shahih Muslim No.4618 Kitab Keutamaan Sahabat).

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah yang berkata, “Kami sedang duduk bersama para sahabat Rasulullah saw ketika Surah Jumuah turun kepada baginda lalu baginda membacakan ayat ” … Dan juga (telah mengutuskan Nabi Muhammad kepada) orang-orang yang lain dari mereka, yang masih belum datang …”Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw sebanyak dua atau tiga kali tetapi baginda tidak menjawab. Bersama kami adalah Salman al-Farisi. Rasulullah saw berpaling kepadanya dan meletakkan tangan baginda ke atas paha Salman seraya bersabda, “Sekiranya iman berada di bintang Suraya sekalipun, nescaya lelaki dari bangsa ini yang akan mencapainya.” (Sahih Muslim, Kitab al-Fada’il as-Sahabah hadis 6178 dan Sahih Bukhari, Kitab Tafsir, Jilid 5, halaman 108).

Allah SWT dalam surah Muhammad ayat 38, berfirman, “Dan jika kamu berpaling (daripada beriman, bertakwa dan berderma) Dia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain; setelah itu mereka tidak akan berkeadaan seperti kamu.”Ketika turun ayat ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, siapakah yang akan menggantikan kami? Baginda menepuk bahu Salman al-Farisi dan bersabda, “Dia dan kaumnya! Dan jika agama berada di bintang Suraya sekalipun, nescaya yang akan mengambilnya adalah lelaki dari bangsa Farsi.” (Tafsir Ibnu Kathir, Jilid 4, halaman 182).


saudaraku….

Syi’AH iMAMiYAH ADALAH AHLUSSUNNAH YANG SESUNGGUHNYA.

Kewajiban berpegang teguh dengan al-Quran dan Ahlul Bait.

Dalam Sunan Sittah (Kitab Hadis Enam) banyak kali menyebut bahawa nabi meninggalkan dua perkara yang beharga iaitu al-Quran dan Ahlul Bait umpamanya Sunan at-Tirmidzi hadis no. 3874, jilid 5, halaman 722, cetakan Victory Agencie Kuala Lumpur 1993.

Hadis seumpama ini boleh ditemui dalam Sahih Muslim hal. 1873 – 1874 juz 4 no. 2408, sunt: Muhd Fuad Abd Baqi, t.t, cet. Dar al-Fikr Bayrouth, Imam Ahmad di dalam musnadnya hal. 366 juz 4, al-Baihaqi di dalam Sunan al-Kubra hal. 148 juz 2 serta al-Darimiy di dalam Sunannya m/s 431-432 juz 2.

Allah (s) berfirman dalam surah Syura, ayat 23: {Katakanlah wahai Muhammad, tiada aku minta ganjaran atas seruan dakwahku melainkan kecintaan ke atas kerabat}.

Amin Farazala Al Malaya adalah seorang Syiah yang rajin mengkaji dan menyimpan rujukan beliau dalam bentuk salinan fotokopi. Hasil kerja beliau ini sangat berguna untuk menjelaskan siapakah Syiah yang sebenar dengan rujukan-rujukan daripada kitab-kitab Ahlussunnah sendiri.

Menarik di sini selepas meneliti isi kandungannya, saya mulai faham mengapa puak Wahabi tidak berani berdepan dengan Syiah untuk berdialog atau berdebat. Dari sudut yang lain tidak keterlaluan saya mengatakan kalau Wahabi berdebat dengan Syiah jadinya: menang belum pasti, kalah dah tentu. Alhamdulillah, ada saudara kita daripada puak Wahabi mulai insaf setelah membaca ‘Sekilas Pandang’ ini kerana sedar, selama ini dia ditipu tanpa penjamin.

12 orang Imam adalah manusia suci berketurunan Rasulullah yang mewarisi seluruh khazanah ilmu dan penjaga umat selepas wafatnya Rasulullah (s). Dalam kitab Sahih Muslim yang diterbit oleh Klang Book Centre cetakan 1997, bab pemerintahan (Kitabul Imarah), hadis ke 1787 menyebut pemerintahan 12 orang khalifah daripada bangsa Quraysh, jelas sekali 12 khalifah ini bukan dari kalangan Bani Umayah dan Abasiyah kerana bani-bani ini mempunyai lebih dari 12 orang pemerintah.


Menurut sejarah selama pemerintahan dinasti Umayah dan Abasiyah, kesemua Imam 12 dan pengikut-pengikutnya diburu untuk dibunuh. Dalam suasana genting ini ramai ulama terpaksa menyembunyikan keimanan mereka. Nama-nama Imam 12 hari ini masih boleh ditemui dalam Kitab jawi karangan Syeikh Zainal Abidin al-Fatani berjudul Kasyful Ghaibiyah, halaman 53:


Transliterasi:
“…daripada keluarga nabi Sallahualaihi Wa Sallam, daripada walad Fatimah Radiallahuanha, bermula neneknya itu Hasan bin Ali bin Abi Talib, bermula bapanya Imam Hasan al-Askari ibni Imam Ali al-Taqi bin al-Imam Muhammad al-Taqi, al-imam Ali al-Ridha, anak al-Imam Musa al-Kazim anak al-Imam Jaafar al-Sodiq, anak al-Imam Muhammad al-Baqir, anak al-Imam Zainal Abidin bin Ali, anak al-Imam al-Husein, anak al-Imam Ali bin Abi Talib Radiallahuanhu ….”

Ternyata Syeikh Zainal Abidin al-Fatani dalam menyatakan jurai keturunan Imam Mahdi, beliau langsung mengaitkan nama Imam Hasan bin Ali (a) padahal beliau boleh terus mendaftar sisilah Imam Mahdi melalui al-Imam Husein bin Ali (a) tanpa menyebut Imam Hasan (a). Maksud pengarang ini tidak ingin memisahkan Imam Hassan dengan Imam Mahdi. Dengan ini juga lengkaplah nama-nama 12 Imam dalam menyatakan silsilah Imam Mahdi.

Lima kitab nabi Musa (Pentateuch) dalam Bible tidak mahu ketinggalan meramalkan 12 orang khalifah itu daripada keturunan nabi Ismail (a). Berikut adalah petikan dari Perjanjian Lama Kitab Keluaran, Fasal 17, ayat ke-20:



saudaraku…

Kebangkitan Islam di Iran.

Ramalan kebangkitan Islam di Iran sudah lama diramalkan dalam surah Muhammad dan Jumu’ah.




“….dan jika mereka berpaling, digantikan satu kaum selain kamu kemudian mereka tidak menjadi seperti kamu” (surah Muhammad, ayat 38).


“… mereka bertanya kepada Rasulullah s.a.w: “Siapakah mereka yang jika kami berpaling, kami akan digantikan dan mereka tidak akan jadi seperti kami?” jawab Rasulullah sambil menepuk tangannya ke bahu Salman al-Farisi, sambil bersabda: “dia dan kaumnya, sekiranya ad-Din terletak di bintang Suria nescaya akan dicapai oleh pemuda-pemuda daripada kalangan bangsa Parsi” (Tafsir Ibnu Kathir).

Begitu juga Surah Jumuah ayat 3 dalam Sunan Tirmidzi menceritakan hal yang sama.


Perkataan Syiah sendiri bermaksud ‘pengikut’ atau ‘golongan’. Hari ini perkataan Syiah banyak difokuskan kepada pengikut Imam Ali bin Abi Talib (a). Antara yang menarik perhatian kita adalah perkataan Syiah itu pernah diabadikan dalam beberapa kitab tafsir antaranya ialah Tafsir Dur Mathur Fi Tafsir Ma’thur, jilid ke-8, halaman 589:



(dikeluarkan oleh Ibn Adi daripada ibn Abbas yang telah berkata: apabila turunnya ayat {Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itu sebaik-baik makhluk} telah bersabda Rasulullah (s) pada Ali : (( ia adalah kamu dan Syiah kamu di hari kiamat adalah orang yang meredha dan diredhai))

Dan dinukilkan ibn Mardawiyah daripada Ali yang telah berkata: Telah bersabda Rasulullah (s) untukku: ((tidakkah engkau mendengar firman Allah {Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itu sebaik-baik makhluk} ia adalah kamu dan Syiah kamu, di mana janjiku dan janjimu bertemu di telaga Haudh, jika telah datang kepadamu umat untuk perhitungan, mereka dalam kehilangan panduan lantas memohon pertolongan)).

Dalam artikel yang lepas, saya telah menulis tentang Kelahiran Syiah, Akhlak Pengikut Syiah, dan lain-lain, yang berkaitan dengan mazhab ini, dan pengikutnya. Kali ini, saya telah menjumpai sebuah artikel yang lebih konprehensif dan menyeluruh tentang mazhab ini dan pengikutnya, serta dalil-dalil yang berkaitan(dalam bentuk point lagi..hehe), InsyaAllah. Silakan membaca, dengan nama Allah.

———————————————————

Efektifkah Sanksi Ekonomi DK-PBB Atas Iran?

Efektifkah sanksi ekonomi Dewan Keamanan PBB — terkait isu nuklir — yang dijatuhkan kepada Iran hari Sabtu 23 Desember (2006) lalu? Jawabannya gampang-gampang susah. Sanksi itu mungkin saja efektif karena disepakati seluruh anggota Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara; sehingga — jika kelak benar-benar konsisten dilaksanakan dan terbukti efektif — dampak negatifnya akan bereskalase luas.

Apalagi itu mempertaruhkan kredibilitas PBB sebagai institusi dunia, dan juga Amerika Serikat (beserta sekutunya) sebagai negara adidaya (?). Seandainya sanksi itu tidak serius atau tidak bisa dikontrol konsistensi pelaksanaannya, maka wibawa AS — yang menjadi mandor dalam konspirasi itu — akan semakin anjlok seperti ikan pepes basi, dan itu bisa saja kemudian akan dijadikan sebagai faktor pendorong (accelerator factor) bagi Iran, Suriah, Hizbullah (bukan Hezbollah), Jihad Islam, dan Hamas untuk mempreteli atau meng-khitan-i setting and hidden agenda AS di Timur Tengah.

Jika skenario ini benar, yang paling merinding adalah Israel, sebab baginya, Iran merupakan ancaman terbesar dan oleh karenanya segala faktor yang berpotensi memperkuat wibawa dan pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah harus dipangkas sejak awal. Dan Israel menganggap proyek nuklir Iran sebagai faktor utama yang dimaksud.

Akan tetapi banyak pihak yang skeptis dengan keberhasilan sanksi tersebut (bahkan cenderung dianggap sebagai gertak sambal) mengingat dalam dunia yang dikangkangi ideologi neoliberalime (ultrakapitalisme) seperti saat ini, yang paling menentukan segalanya adalah uang atau “fulus”.

Salah satu adagium yang terkenal dalam praktik kapitalisme: “Ada uang Abang disayang, tidak ada uang Abang di-jewer”.

Maka, jangan heran ketika Iran dijatuhi sanksi ekonomi dan militer oleh AS sejak Revolusi Islam tahun 1979, justru AS sendiri yang melanggar sanksi itu di tahun 1980-an dengan diam-diam menjual senjata kepada Iran dalam skandal yang disebut Iran-Contra. Penjualan senjata itu adalah untuk mendapatkan dana yang akan disumbangkan — oleh AS — kepada gerilyawan Contra di Nikaragua, Amerika Latin. Kendati sanksi tersebut masih berlaku hingga sekarang, pengaruhnya praktis tidak terasa bagi Iran (mungkin sekadar ibarat gatal-gatal kecil di celah jari kaki), sebaliknya justru Presiden AS Ronald Reagen jatuh — bak nangka busuk — akibat skandal tersebut.

Jangankan Iran, Irak saja semasa kekuasaan Saddam Husein juga pernah dijatuhi sanksi ekonomi, tapi penjualan minyaknya (Irak) tetap saja berlangsung melalui pasar gelap (black market). Tentu tak sama dengan Irak, negara yang menerapkan sistem pemerintahan Wilayat-ul Faqih itu (Iran) sudah terlanjur mesra menjalin kerjasama proyek-proyek raksasa strategis dengan sejumlah negara di antaranya Rusia, China, dan beberapa negara Barat (Eropa), sehingga AS tidak akan mudah mendepak negara-negara tersebut dari rangkulan Iran.

Sekadar catatan, hingga saat ini China sangat mengandalkan pasokan minyak dari Iran untuk menjamin kebutuhan industrinya. Itu berarti jika pasokan minyak terganggu, industri dan roda perekonomian China akan mengalami stagnasi besar yang bermuara pada ketidakstabilan sosial-politik, bukan saja di dalam negeri China sendiri tapi juga di negara-negara yang memiliki hubungan ekonomi tradisional dengannya, seperti negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Dapat dibayangkan, berapa juta pengangguran yang akan ditimbulkan akibat penerapan sanksi (ekonomi) konyol itu.

Dari uraian di atas kita meragukan efektifitas sanksi ekonomi atas Iran itu. Mungkin bagi Iran sendiri akan menertawakannya karena mereka paham betul hadist Nabi saw bahwa manusia rawan terperosok pada tiga hal: perempuan, tahta (jabatan untuk tujuan duniawi semata), dan harta (uang). Dan kelemahan neoliberalisme yang menyembah uang itu pasti akan digunakan oleh Iran untuk memperkuat perjuangan menegakkan keadilan. Dalam hal ini, mungkin Iran akan kembali menggunakan modifikasi strategi senjata makan tuan (seperti yang pernah dipraktikkan dalam kasus Iran-Contra) untuk memperolok-olok sanksi ekonomi tersebut.

SEANDAINYA sanksi ekonomi atas Iran tidak efektif, apakah akan beranjak menjadi sanksi militer? Pertanyaan ini pun gampang-gampang susah untuk dijawab. Jika sanksi militer tidak diberlakukan (seandainya kelak terbukti sanksi ekonomi tidak efektif), maka wibawa AS dan sekutunya — termasuk DK-PBB — akan semakin anjlok. Bahkan AS akan menganggap dominasinya di kawasan Timur Tengah akan menjadi goyah seiring dengan menguatnya harga diri dan rasa percaya diri (self convidence) Iran, berikut para koleganya.

AS pun akan semakin dipusingkan dengan rengekan anak emasnya (yang sekaligus dianggapnya sebagai penyangga — buffer state — di Timur Tengah) Israel karena anak ini semakin merasa merinding membayangkan terjangan rudal Shahab-3 Iran yang mampu menjangkau Tel Aviv.

Sebaliknya, kalau sanksi militer terpaksa harus dipilih, AS tentu sudah mempertimbangkan konsekuensi seriusnya. Melalui departemen khusus yang mengkaji tentang Iran dan Islam Syiah yang ada dalam struktur CIA, AS pasti paham betul perbedaan antara Syiah di Irak dan Syiah di Iran. Kendati keduanya mayoritas sama-sama menganut mazhab Syiah Imamiah, namun militansi keduanya sangat berbeda. Dari perspektif historical background hal itu dengan mudah dipahami dalam beberapa rentetan kejadian menjelang syahidnya Imam Husein as — cucu kesayangan Rasulullah Muhammad saw — di Padang Karbala, khususnya pada momen di Kuffah.

Ketegaran Syiah Iran juga bisa kita saksikan pada kekokohan kepribadian pemuda Iran (Persia) Salman al-Farisi, yang oleh Rasulullah saw dijadikan sebagai salah seorang sahabat sejati. Namun yang paling penting adalah bahwa — terkait dengan penjabaran makna ayat Qur’an Surah al-Jumu’ah ayat 3 — Rasulullah saw pernah bersabda: “Andaikan iman terletak di bintang tsurayya (bintang kejora), orang-orang dari bangsa Salman ini (maksudnya: Iran) akan dapat menggapainya” (lihat hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Alu’lu Wal Marjan jilid II, juga oleh at-Turmudzi, dan an-Nasai).

“Seandainya iman itu terletak di bintang tsurayya (kejora), orang-orang dari kalangan penduduk Parsi (Iran) akan dapat menggapainya.” (Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Qais bin Sa’ad bin Ubadah; juga lihat riwayat Bukhari dalam kitab Alu’lu Wal Marjan, jilid I).

Apakah hal itu pula yang antara lain mendorong Imam Ali (karamallahu wajhah) menikahkan puteranya, al-Husein, dengan Syahbanu, salah seorang puteri Raja Persia / Iran, yang keturunannya kini banyak menjadi ulama di Iran? Wallahu a’lam. Yang jelas kalau AS dan sekutunya menyulut api peperangan di Iran, yang pertama akan terbakar adalah Teluk Persia, khususnya Selat Hormuz. Sekadar catatan, melalui selat ini 30 hingga 40 persen pasokan minyak dunia dilewatkan, dan satu pulau strategis di tengah-tengah Teluk Persia adalah Pulau Abu Musa yang dijadikan salah satu pangkalan Angkatan Laut (AL) Iran yang armada lautnya dilengkapi sejumlah kapal selam berteknologi super canggih yang dibeli dari Rusia.

Maka, dapat diprediksi, pada hari pertama AS dan sekutunya melancarkan serangan militer, harga minyak dunia segera akan melambung ke angka sekitar 100 dollar AS per barrel (bahkan bisa lebih). Dan ini pasti akan menyengsarakan penduduk dunia.

*****

Untuk membaca efektifitas gertakan militer AS dan sekutunya, sederhana saja. Cermatilah, kalau para gerilyawan di Irak saja sulit diatasi oleh AS — dan sekutunya — apatah lagi dengan menghadapi mobilisasi warga Syiah dan Suni yang anti AS (dan Israel) di seluruh kawasan Timur Tengah. Dan dalam kondisi dipojokkan bisa saja ulama Iran (Wali Faqih) terdorong untuk mengeluarkan fatwa bahwa membasmi tentara AS dan sekutunya identik dengan menggapai keimanan seperti yang ada di bintang Tsurayya, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

Selanjutnya, bagaimana pula mengatasi kemungkinan ribuan speed boat karet (yang dimuati bom, dan tidak bisa dideteksi oleh radar karena “karet” bersifat non-conductor) Pengawal Revolusi Iran yang akan disilewerkan secara serentak di Teluk Persia seraya menunggu perintah ke-syahid-an untuk ditabrakan ke lambung-lambung kapal perang AS dan sekutunya. Juga bagaimana mengatasi kemungkinan pesawat-pesawat tempur Iran yang sengaja diterbangkan untuk ditabrakkan ke sasaran musuh, di mana para pilotnya membawa Al-Qur’an sembari melantunkannya bersama-sama dengan melafadzkan shalawat Nabi?

Sebagaimana diketahui, sebelum AS dan sekutunya membombardir Irak, Presiden Irak Saddam (Husein) al-Tarkiti menitipkan 250 pesawat tempur super canggih “Mirage 2000” (buatan Perancis) kepada Iran dan hingga kini belum dikembalikan (mungkin oleh Iran, ini dianggap sebagai pampasan perang dan sebagai bagian dari kompensasi Perang Iran-Irak di masa lalu). Kalau untuk teknologi nuklir saja Iran berhasil melatih tenaga-tenaga ahlinya, mustahil untuk men-training pilot-pilot — yang akan menerbangkan pesawat-pesawat Mirage — itu tidak bisa. Apalagi kebutuhan pilot tersebut sangat urgen bagi Iran karena mereka sudah membeli puluhan pesawat tempur canggih Sukhoi dari Rusia dan telah berhasil membuat modifikasinya untuk diproduksi di dalam negeri.

Sebagai komparasi, gerilyawan mujahidin Hisbullah (Lebanon) saja — yang konon instrukturnya berasal dari ribuan Pengawal Revolusi Iran — sudah berhasil membuat sendiri rudal panggul anti tank canggih Mirkova yang diproduksi oleh Israel, dan ini membuat Israel babak belur (dan para jenderalnya geleng-geleng kepala dan frustrasi seperti “terasi”) pada peperangan beberapa saat lalu di Lebanon. Selain itu, besar kemungkinan dinas intelijen seperti CIA dan Mossad (Israel) sudah memperhitungkan bahwa pasca bubarnya Uni Sovyet dan negara-negara Eropa Timur, begitu banyak jenderal dan insinyur (yang bekerja di laboratorium dan industri-industri persenjataan) yang membutuhkan uang. Dan itu mungkin saja dimanfaatkan oleh Iran dengan membeli kemampuan teknologi mereka sekaligus (bukan hanya sekadar membangun pabrik senjata, seperti yang terjadi di banyak negara Dunia Ketiga).

TENTU saja kita tidak menghendaki skenario buruk seperti di atas menjadi kenyataan, karena esensi kemanusiaan adalah cinta damai; dan memang kedamaian itu indah. Dan bagi kita di Indonesia, paling hanya bisa berdoa atau ber-istighosah. Istighosah teruuuuuus!!

Seruan Imam Khomeini untuk Persatuan Ummat. (Dikutib dan diedit dari Majalah Yaum Al-Quds, Rabiul Awal 1403 H oleh Forum Studi Politik dan Teknologi Nasional — Forum SPTN, Jakarta).


Pengantar Redaksi:

“Kita menyaksikan rakyat dibodohi dengan dicekoki omongan bahwa pembangunan yang dibiayai dari utang itu wajar, dan utang itu sekarang sudah menyengsarakan rakyat,” demikian Kwik Kian Gie dalam pernyataannya pada acara deklarasi pendirian Pernasindo (Perhimpunan Nasionalis Indonesia). Lebih lanjut, menurut Kwik, untuk melawan pembodohan tersebut akan dimulai kampanye penyadaran. Kampanye ini akan mengajak media yang ada. Jika tidak mendapat sambutan, maka akan membuat media sendiri, misalnya dengan menyebarkan pidato penyadaran dalam kaset rekaman seperti yang dilakukan Imam Khomeini di Iran.

(Kompas, 10 / 6 / 2006).

*****

“Dunia Islam berada dalam keadaan yang buruk disebabkan perpecahan di antara berbagai kelompok, dan satu-satunya harapan dalam kegelapan ini ialah Imam Khomeini,” demikian Haidir Faruq Maududi (1 / 8 / 1982), seorang ulama Pakistan, putera Maulana Abul A’la Maududi (pendiri Jamaat Islami, Pakistan). Selanjutnya, ia mengatakan bahwa Imam Khomeini telah mampu menolak hegemoni dua super power (Amerika Serikat dan Uni Sovyet), dan telah membuat bangsa Iran menjadi suatu bangsa yang bebas merdeka. (Dikutib dari majalah Yaum al-Quds, Rabiul Awal 1403 H).

*****

Dijadikannya Imam Khomeini (pencetus Revolusi Islam di Iran) sebagai inspirator perjuangan oleh banyak tokoh pejuang pembebasan dan penegakkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan hakiki menggelitik kita untuk terus menyelami corak dan substansi perjuangan Sang Imam, termasuk murid-murid beliau.

*****

Dari perspektif Al-Qur’an menarik untuk menyimak ayat sebagai berikut:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat, ayat 13).

Bukankah substansi hakiki dari suku-suku itu adalah adat-istiadat dan kebudayaannya? Bukankah suatu bangsa terbentuk dari interaksi (komunikasi) dan kerjasama konstruktif (produktif) antara berbagai suku-adat yang ada? Bukankah “kerjasama konstruktif dan produktif” (juga lihat QS 5 : 2) merupakan makna hakiki dari “saling kenal-mengenal” seperti dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an tersebut?

Sungguh, agama telah memberi ruang yang lapang bagi berbagai adat-istiadat dan kebudayaan untuk mengartikulasikan dirinya demi kemaslahatan bersama.

Selain itu, kita juga sepakat bahwa amar ma’ruf wa nahiy munkar merupakan kewajiban religius yang harus diamalkan bagi setiap Muslim. Namun, bila dicermati, al-ma’ruf dapat diartikan sebagai nilai-nilai kebaikan yang akarnya tumbuh dari tradisi masyarakat; sedangkan al-khair adalah nilai-nilai kebaikan yang bersumber dari wahyu Ilahi. Realitas ini menunjukkan betapa Islam menghargai pluralitas (beda dengan pluralisme) dan eksistensi multikultural (beda dengan multikulturalisme).

Paparan di atas merupakan sari pati yang dapat kami cerna dari pemikiran-pemikiran para murid Imam Khomeini seperti Ayatullah Mutahhari, Ayatullah Ali Khamenei, dan Ayatullah Hashemi Rafsanjani.

Sungguh, mereka telah memperkenalkan indahnya menjalin interaksi kemanusiaan yang setara atas dasar saling pengertian (beda dengan toleransi) dalam rangka membangun peradaban universal (lebih luhur dari globalisasi) yang berkeadilan dan bermartabat.

_________________

Kami menaruh simpati terhadap rakyat di seluruh dunia, dan kami mendukung (perjuangan) mereka.Adalah kewajiban mereka untuk memutuskan tangan-tangan yang sedang bersekongkol untuk merampok sumber-sumber kekayaan mereka.

Kaum Muslimin harus menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan pengertian, bukan dengan saling berkonfrontasi. Adalah kewajiban religius bagi setiap Muslim untuk menyerukan persatuan. Siapa pun yang mengupayakan perpecahan berarti ia melakukan dosa besar yang tidak akan diampuni Tuhan.

Kesalahan ummat Islam yang paling mendasar adalah pengabaian mereka atas nilai-nilai hakiki Al-Qur’an. Padahal, jika mereka mengamalkan anjuran Allah, “Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”, niscaya segala kesulitan politik dan kemasyarakatan yang mereka hadapi akan mudah teratasi, dan tidak ada satu kekuatan pun yang dapat memperdayai mereka. Wahai ummat, bangkitlah dan bergabunglah di bawah panji tawhid, lenyapkanlah segala perselisihan karena ambisi pribadi dan golongan, niscaya kalian akan dapat menguasai hak-hak kalian.

Sekiranya kalian telah bersatu dan memelihara hubungan persaudaraan yang Allah telah tetapkan, maka Afghanistan (juga Irak dan Lebanon — Redaksi) tidak akan menjadi sasaran penyerbuan, dan Palestina tidak akan mungkin dijajah.

*****

PARA ulama dan intelektual Islam telah berusaha mempersatukan ummat — sejak masa-masa permulaan Islam — dan menjadikan mereka bersatu melawan kelaliman. Dan di mana pun mereka berada, mereka senantiasa membangun kerjasama dan saling pengertian.

*****

ORANG-orang yang hendak memperdayai negeri-negeri kaum Muslimin untuk keuntungan mereka sendiri, menebarkan perselisihan dan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Anasir-anasir beberapa negara Barat sangat tidak menginginkan terjadinya persatuan Sunni dan Syiah.

Anda saksikan, setelah deklarasi Pekan Persatuan Islam (yang waktunya bertepatan dengan peringatan Maulid Rasulullah SAW) oleh Ayatullah Montazeri, segera terdengar dari Hijaz (Saudi Arabia) bahwa merayakan Maulid Nabi SAW adalah syirik. Maka, apa yang terjadi jika Iran merayakannya? Apakah bangsa Iran kemudian menjadi musyrik?

Apabila kaum Muslimin sedunia bersatu, mereka tidak akan dapat ditaklukkan di bawah dominasi negara-negara neo-imperialis. Sayangnya, pemerintah-pemerintah mereka menyepelekan nilai-nilai Al-Qur’an. Tidakkah mereka memerhatikan Iran — dengan persatuannya — mampu mengalahkan satu imperium yang didukung oleh kekuatan lengkap? Tidakkah mereka melihat bahwa Iran mampu menentang dominasi neo-imperialis Barat (AS) maupun Timur (Uni Sovyet)? Apabila kaum Muslimin — dengan penduduk hampir satu milyar — bersatu, Timur dan Barat tidak akan dapat berbuat apa-apa.

Mengapa pemerintahan tertentu di kawasan Timur Tengah telah melupakan kejahatan Israel dan menyerang Iran, padahal Iran sedang membela Islam dan nilai-nilai Al-Qur’an? Kini, bahan bakar minyak (BBM) — yang menjadi nadi hidup negara-negara hegemonik — berada dalam kontrol kaum Muslimin. Maka, mengapa mereka melayani dan bertindak sebagai pasar bagi Amerika Serikat dan Uni Sovyet (sekarang sudah bubar — Redaksi)? Itu karena mereka tidak memiliki pertumbuhan politik yang sehat. Alhamdulillah, sekarang Iran telah merdeka (secara konstitusi, politik, ekonomi, kebudayaan, militer maupun ideologi — Redaksi) dan tidak ada kekuatan asing yang campur tangan di sini.

Segala kecemasan dan frustrasi kekuatan-kekuatan congkak itu bersumber dari kenyataan bahwa mereka tidak sanggup mencampuri urusan-urusan Iran. Mereka tidak akan sanggup berbuat begitu hingga kapan pun. Insya Allah.

*****

PADA saat ini, ketika kekuatan-kekuatan hegemonik dunia telah dimobilisasi untuk memerangi Islam (dan Iran), penguasa-penguasa tertentu di negeri-negeri Muslim — dengan bantuan kaum Zionis sedunia dan kekuatan-kekuatan neo-imperialiastik — sedang menebarkan perpecahan di kalangan kaum Muslimin, sehingga kaum Muslimin harus memperkokoh persatuan dengan berpegang teguh pada kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa, dan harus terus maju dengan semangat revolusioner.

Kaum Muslimin dan seluruh rakyat yang tertindas jangan sampai tertipu dengan manufer licik mereka, dan agar menyelamatkan diri dari cengkeraman mereka.

Berbahagialah di suatu masa ketika seluruh pemerintahan akan bersatu padu bersama rakyat, dan bangkit bersama, sehingga tangan-tangan superpower (?) terputus dari negara-negara mereka.

Apabila kita bersatu tidak akan ada lagi masalah Al-Quds (Masjid al-Aqsa), dan juga kerumitan-kerumitan lainnya. [**]


Supreme Leader of the Islamic Revolution.


Islam Tumbuh dan Berkembang dengan Kesyahidan Putra-putri Tercintanya…



Rahbar Inqilob_e Islami Iran.


Sebaik-baik perlawanan terhadap musuh-musuh Islam, adalah berkhidmat kepada masyarakat….



President of Iran.


Sebut Saja Saya Pelayan Rakyat….



Children of Iran.


Kami dididik melawan…



People of Iran.


Revolusi Islam Iran tahun 1979 adalah kebangkitan rakyat yang bersumberkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Pasca kemenangan revolusi, pemerintah bersama rakyat Iran bergotong-royong membangun kembali negerinya di berbagai bidang. Islam sebagai agama yang sempurna dan komprehensif, selalu menekankan pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan dan memajukan taraf hidup umat. Terkait hal ini, Islam mengajarkan dua prinsip utama, yaitu: pertama, sikap mandiri dan tidak bergantung pada non-muslim, dan kedua adalah percaya diri dan bertawakkal kepada yang Maha Kuasa untuk memajukan kehidupan umat muslim.

Kitab suci Al-Quran, dalam surat An-nisa ayat 141 menegaskan pentingnya kemerdekaan dan kemandirian umat Islam. Al-Quran menuturkan, “…Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang mukmin”. Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat muslim dari segi politik, ekonomi, budaya, militer, dsb, harus sedemikian kuat sehingga masyarakat non-muslim tidak mampu menguasainya. Ajaran luhur Islam ini merupakan daya penggerak bagi kaum muslim untuk memutus ketergantungan mereka terhadap pihak lain dan menentang penjajahan atas dirinya. Pesan kemandirian inilah yang selalu diperjuangkan Revolusi Islam. Sepanjang 29 tahun sejak kemenangan Revolusi Islam, Republik Islam Iran berhasil mencapai kemajuan besar di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial, dan militer.

Sejak masa-masa awal kemenangan Revolusi Islam, masalah kemandirian di bidang ekonomi senantiasa menjadi perhatian utama. Pasalnya, pada era pra-revolusi, akibat kesalahan fatal politik Rezim Pahlevi, menyebabkan Iran amat bergantung dengan Barat, khususnya AS. Sebaliknya, pasca kemenangan Revolusi Islam, negara-negara Barat berupaya menekan dan mengancam Republik Islam Iran dengan pelbagai cara, termasuk dengan menerapkan embargo ekonomi. Karena itu, Iran pun berusaha mencapai kemandirian di bidang pertanian dan industri. Upaya ini bahkan terus dilanjutkan, meski di saat Iran menjalani masa-masa sulit perang yang dipaksakan oleh Rezim Ba’ats, Irak selama delapan tahun. Upaya tiada kenal lelah inipun, akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan. Iran berhasil mencapai swasembada gandum, sebuah komoditas strategis pertanian. Sejak tahun lalu, Iran bahkan sanggup mengekspor hasil produksi gandumnya ke sejumlah negara. Begitu pula di berbagai komoditas pertanian lainnya. Iran juga berhasil meraih kemajuan dengan menerapkan program mekanisasi pertanian.

Salah satu dampak buruk yang diwariskan sistem perekonomian Rezim Pahlevi dan masih berpengaruh hingga kini adalah ketergantungan Iran terhadap pendapatan minyak bumi. Masalah ini membuat struktur ekonomi menjadi rapuh, namun dengan usaha keras pemerintah Republik Islam Iran, ketergantungan terhadap pendapatan minyak pun perlahan-lahan mulai dibatasi. Sebagai misal, pada tahun 2007-2008 ini, komposisi pendapatan minyak dalam anggaran negara Iran kurang dari 50 persen. Sebaliknya, dalam beberapa tahun terakhir pendapatan dari sektor non-minyak makin naik secara signifikan. Berdasarkan sejumlah data, pendapatan Iran di sektor non-minyak pada tahun 2006 mengalami peningkatan 47 persen atau sekitar 16 miliar USD. Peningkatan ini membuat situasi ekonomi Iran relatif bisa bertahan meski harga minyak dunia mengalami fluktuatif.

Di sisi lain, untuk memanfaatkan secara optimal cadangan minyak, Iran berupaya meningkatkan produksi komoditas petrokimia dan olahan minyak lainnya agar lebih bermanfaat dan bernilai. Sehingga pada periode 2007-2008, produksi petrokimia Iran meningkat lebih dari 30 juta ton. Rencananya tiga tahun lagi, produksi di sektor ini akan ditingkatkan menjadi 58 juta ton.

Salah satu produksi industri Iran yang berhasil diekspor sejak beberapa tahun terakhir adalah produk otomotif. Iran mengekspor kendaraan penumpang dan barangnya ke berbagai negara seperti Syria, Turkmenistan, Afghanistan, Azerbaijan, dan Venezuela. Iran juga menjalin kerjasama pembangunan pabrik mobil dengan sejumlah negara. Pada tahun 2006, Iran mengeskpor lebih dari 30 ribu kendaraan senilai 350 juta USD. Pembangunan di bidang infrastruktur, seperti pembangunan jalan, rel kereta api, jembatan, jalan tol dalam kota, dan kereta api bawah tanah (subway) merupakan langkah pembangunan paling kentara pasca revolusi.

Kemajuan lain ekonomi Iran pasca Revolusi Islam adalah meningkatnya investasi asing, padahal Iran saat ini masih berada di bawah tekanan sanksi ekonomi AS. Tahun lalu, investasi asing di sektor perminyakan, yang merupakan salah satu bidang yang paling dikhawatirkan oleh AS, mengalami peningkatan sekitar 9 persen. Begitu juga di bidang gas, tingkat eksplorasi, produksi, dan ekspor di bidang ini mengalami peningkatan signifikan. Pada bulan Februari ini, menteri perminyakan Iran melaporkan adanya penemuan ladang gas baru dengan cadangan gas sebesar 11 triliun kaki kubik. Iran adalah negara pemilik cadangan gas terbesar kedua di dunia, setelah Rusia. Selain itu, Teheran juga telah menjalin beragam kontrak kerjasama di bidang gas dengan negara-negara lain. Sebagai contoh, baru-baru ini Iran dan Austria menandatangani kontrak ekspor gas senilai 50 miliar USD dan kerjasama produksi gas dengan Malaysia senilai 16 miliar USD.

Salah satu slogan utama Revolusi Islam Iran adalah meningkatkan taraf hidup rakyat, khususnya kalangan menengah ke bawah dan mewujudkan keadilan sosial. Karena itu, pemerintah Republik Islam Iran berusaha keras meningkatkan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Terlebih khusus di era kepemimpinan Presiden Ahmadinejad, yang lebih fokus untuk merealisasikan visi keadilan yang yang disuarakan oleh Revolusi Islam. Program kunjungan ke daerah Presiden Ahmadinejad beserta kabinetnya merupakan upaya serius pemerintah untuk menyentuh secara langsung persoalan rakyat di berbagai daerah sehingga bisa diupayakan tindakan yang lebih cepat untuk mengatasi persoalan daerah. Selama dua tahun pertama masa kepemimpinannya, Presiden Ahmadinejad berhasil mengunjungi 30 propinsi. Kini, di paruh kedua masa kepemiminannya, dia pun melaksanakan kembali rangkaian safari ke berbagai daerah untuk menganalisa dan menindaklanjuti kebijakan sebelumnya.

Masih di bidang pembangunan keadilan sosial, Pemerintahan Ahmadinejad juga mengeluarkan program pembagian ‘saham keadilan’. Lewat program ini, saham perusahaan-perusahaan negara dibagikan kepada kalangan masyarakat berpendapatan rendah, sementara hasil keuntungannya akan dikembalikan lagi kepada mereka.

Dalam surat Al-Anfal ayat 60 kepada kaum muslimin menyatakan: “Dan siapkanlah untuk menghadapai musuh, dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…”. Di ayat lainnya, Al-Quran berpesan kepada kaum muslimin pentingnya memiliki kesiapan militer untuk menghadapi kemungkinan adanya ancaman musuh. Berdasarkan pesan-pesan Al-Quran inilah, pasca revolusi Islam, angkatan bersenjata Republik Islam Iran berusaha membangun kekuatannya untuk menghadapi ancaman musuh. Agresi militer Rezim Ba’ats melawan Iran di dekade 80-an, dan ancaman tanpa henti AS, merupakan pelajaran berharga bahwa Iran mesti memperkuat daya pertahanan militernya di hadapan segala bentuk agresi musuh.

Kendati Iran pasca revolusi, menghadapi beragam tekanan dan embargo, namun para ilmuan dan teknisi militer Iran tidak pernah menyerah untuk memajukan kekuatan pertahanan negaranya. Tak heran bila kini Iran berhasil meraih keberhasilan yang tidak pernah diduga sebelumnya di bidang persenjataan modern. Angkatan bersenjata RII, saat ini berhasil membuat dan mengembangkan berbagai bentuk roket, seperti roket darat ke darat, darat ke laut, dan darat ke udara. Begitu pula di bidang pembuatan helikopter dan pesawat tempur, para ilmuan Iran berhasil mencapai kemajuan yang menarik di bidang ini. Sejumlah pesawat tempur berteknologi tinggi baik berjenis tanpa awak maupun standar, berhasil dibuat oleh Iran.

Angkatan darat militer Iran juga berhasil membuat peralatan perang modern lainnya seperti, tank, panser, meriam, dan beragam bentuk senjata personal. Begitu pula di matra laut, kekuatan pertahanan laut Iran juga berhasil menorehkan prestasi gemilang. Seperti pembuatan beragam jenis kapal perang dan perahu cepat militer serta beragam persenjataan penting lainnya. Di bidang perangkat militer elektronik, Iran juga berhasil membuat gebrakan baru di bidang ini. Tak heran jika kini Iran menyatakan siap mengadapi ancaman perang elektronik.

Kemajuan mengagumkan Iran di bidang industri militer membuat sejumlah negara kian tertarik menjalin kerjasama dengan Iran. Saat ini, Iran telah mengekspor hasil-hasil industri militernya ke 57 negara.

Revolusi Islam Iran telah memberikan karunia, berkah dan keberhasilan yang begitu berharga bagi rakyat Iran. Revolusi ini telah menghadiahkan nilai-nilai luhur seperti tuntutan kemerdekaan, kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemandirian. Nilai-nilai inilah yang mendorong rakyat Iran untuk terus berjuang memutus ketergantungan di bidang ekonomi, politik, dan budaya asing serta mewujudkan keadilan ekonomi dan kemajuan iptek.

Islam senantiasa menekankan perlunya menuntut ilmu. Ada banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang mengajak kaum muslimin untuk menuntut ilmu di manapun dan kapanpun. Ajakan ini disikapi secara serius oleh pemerintah dan rakyat Iran. Pada tahap awal, pemerintah Republik Islam Iran berusaha membukan peluang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat untuk bisa mengenyam pendidikan formal, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pasal 30 UUD Republik Islam Iran menyatakan, “Pemerintah berkewajiban menyediakan pendidikan dan pengajaran gratis bagi seluruh rakyat hingga akhir tingkat pendidikan menengah dan mengembangkan pendidikan tinggi secara gratis pula hingga semampunya”.

Sejak awal Revolusi Islam, pemerintah Iran telah mencanangkan program perang melawan buta huruf. Terkait hal ini, Bapak Pendiri Revolusi Islam, Imam Khomeini menugaskan dibentuknya Lembaga Kebangkitan Melek Huruf. Upaya kontinyu dan tak kenal lelah lembaga ini berhasil menurunkan secara drastis angka buta huruf. Sebelum Revolusi Islam, angka buta huruf di Iran mencapai 50 persen, namun pasca Revolusi angka ini berhasil ditekan menjadi 10 persen. Prestasi cemerlang Lembaga Kebangkitan Melek Huruf ini bahkan berkali-kali mendapat pujian dan penghargaan dari lembaga-lembaga internasional, termasuk Unesco.

Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di Iran terus mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang pesat baik secara kualitas maupun kuantitas. Setiap tahun, terdapat banyak sekolah yang dibangun di berbagai kawasan di Iran. Pemerintah dan para prakstisi pendidikan juga terus berusaha menyesuaikan kurikulum dan metode pendidikannya dengan pelbagai hasil temuan baru di bidang ilmu pengetahuan.

Dunia perguruan tinggi Iran juga mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat pasca Revolusi Islam. Meski angka para peminat pendidikan tinggi di Iran terus meningkat tajam, namun begitu, kini kapasitas kursi pendidikan di perguruan tinggi telah mencapai lebih dari satu juta 200 ribu kursi. Fenomena lain yang menarik di dunia kampus Iran adalah lebih dari 60 persen mahasiswa Iran adalah kaum hawa. Kenyataan ini merupakan salah satu efek dari upaya pemerintah memajukan peran kaum perempuan.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah makalah ilmiah para ilmuan Iran yang berhasil diterbitkan oleh berbagai majalah dan media ilmiah ternama dunia kian meningkat. Keberhasilan di bidang ini merupakan salah satu indikator kemajuan sains di setiap negara. Ironisnya, meski media-media ilmiah Barat mengklaim dirinya bersikap secara obyektif namun sebagian masih menolak untuk merilis makalah ilmiah para ilmuan Iran.

Pasca Revolusi Islam, para pakar sains dan teknologi di Iran berhasil mencapai kemajuan yang pesat, bahkan tergolong sebagai lompatan ilmiah. Teknologi nano sebagai salah satu dari empat teknologi paling bergengsi dan rumit di dunia, telah bertahun-tahun menjadi fokus perhatian dan penelitian para ilmuan Iran. Teknologi ini bahkan bisa memperbaiki molekul dan sel-sel badan yang rusak. Teknologi nano biasa dimanfaatkan untuk keperluan kedokteran, pertanian, industri, dsb. Hingga kini, Iran tergolong sebagai negara maju di bidang teknologi nano dan berhasil memproduksi sejumlah komoditas dengan bantuan teknologi nano.

Salah satu keberhasilan lainnya Iran di bidang iptek adalah prestasi cemerlang di bidang stem cell atau sel punca. Selama bertahun-tahun, para ilmuan Iran telah mengembangkan teknologi sel punca untuk pengobatan dan keperluan kedokteran lainnya. Sel punca ini mampu memproduksi beragam jenis sel tubuh manusia, karena itu, sel ini memiliki peran yang amat vital. Para ilmuan Iran juga berhasil memanfaatkan teknologi sel punca untuk menyembuhkan beragam penyakit akut yang selama ini sulit diobati. Seperti penyembuhan penyakit buta dan beragam kasus lainnya. Namun prestasi paling berkesan di bidang ini adalah keberhasilan para ilmuan Iran mengkloning seekor kambing dengan memanfaatkan sel punca. Prestasi ini merupakan bukti kemajuan Iran di bidang kedokteran, khususnya dalam reproduksi sel punca.

Pusat Riset Ruyan merupakan lembaga penelitian yang berhasil mengembangkan teknologi stem cell atau sel punca di Iran. Televisi CNN dalam laporannya mengenai kemajuan Iran di bidang teknologi ini menuturkan, “Pusat Riset Ruyan adalah salah satu sentra penelitian sel punca janin di Iran. Di lembaga ini, sains berkembang pesat”. CNN dalam laporannya ini juga menambahkan, salah satu penyebab kemajuan Iran di bidang iptek adalah karena para pemimpin negara ini menghendaki ilmu pengetahuan.

Salah satu keberhasilan Iran lainnya di bidang kedokteran adalah pembuatan obat IMOD. Obat ini berfungsi untuk meningkatkan fungsi ketahanan tubuh di hadapan virus AIDS. Keampuhan obat ini bahkan telah diakui oleh otoritas kedokteran dunia. Pada tanggal 3 Februari yang lalu, para pakar farmasi Iran juga berhasil mengeluarkan obat baru Angi Pars, obat ini berfungsi untuk menyembuhkan luka penyakit diabetes atau kencing manis, sehingga bisa mencegah terjadinya amputasi. Begitu juga di bidang kedokteran lainnya, para ilmuan kedokteran Iran berhasil membuat terobosan baru dalam metode operasi, seperti operasi otak dan saraf, jantung, dan mata. Saat ini, di kawasan Timur Tengah, Republik Islam Iran terbilang sebagai negara paling maju di bidang kedokteran.

Isu nuklir Iran adalah topik yang begitu akrab. Namun, dibalik polemik yang sengaja dihembuskan Barat untuk menentang kemajuan Iran di bidang ini, ternyata Iran menyimpan prestasi yang mengagumkan di bidang nuklir. Meski Iran berada di bawah tekanan dan embargo, namun negara ini tetap berhasil mencapai prestasi cemerlang dalam teknologi nuklir. Selama ini, negara-negara Barat, khususnya AS memanfaatkan nuklir untuk membuat bom pemusnah massal, karena itu mereka juga berpikir bahwa Iran memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan militer. Padahal, teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang positif, seperti sebagai sumber energi listrik. Atas dasar inilah, Iran mengembangkan teknologi nuklir.

Langkah ini dilakukan untuk menjadikan nuklir sebagai sumber energi alternatif. Selain dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, teknologi nuklir juga bisa digunakan untuk keperluan kedokteran, dan rekayasa genetika di bidang pertanian dan peternakan.

Untuk menghilangkan adanya kecurigaan Barat terhadap program nuklir sipil Iran, para pejabat tinggi Tehran telah berkali-kali menggelar dialog dengan negara-negara Barat dan menjalin kerjasama yang transparan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Tahun lalu, Presiden Ahmadinejad mengumumkan, bahwa Republik Islam Iran secara resmi telah memasuki fase industrialisasi produksi bahan bakar nuklir. Upaya ini merupakan salah satu bentuk tekad nyata Iran untuk mencapai kemandirian di bidang nuklir.

Baru-baru ini, tanggal 4 Februari lalu, Iran juga berhasil menorehkan prestasi baru di bidang teknologi antariksa. Pembangunan stasiun peluncuran antariksa dan peluncuran roket pembawa satelit Safir merupakan kesuksesan terbaru Iran di bidang ini. Seluruh keberhasilan tersebut merupakan berkah kemenangan Revolusi Islam dan buah prestasi iman, ikhtiar, persatuan rakyat Iran serta kepemimpinan bijaksana Pemimpin Revolusi Islam Iran.
Satelit Omid, Kemajuan Antariksa Iran di Tengah Tekanan Amerika


Perayaan 30 tahun Revolusi Islam di Iran ditandai dengan peluncuran satelit Omid sebagai simbol kemandirian program antariksanya. Meskipun dibawah sanksi ekonomi yang dipaksakan oleh Amerika dan sekutunya Iran tetap mampu menunjukan bahwa sebuah kemajuan teknologi dapat diraih dengan mengandalkan semangat Revolusi Islam beserta kekuatan dan sumber daya dari dalam negeri.

Satelit Omid yang berasal dari bahasa Persia yang artinya ‘harapan’ berhasil mencapai orbitnya sekitar 250 sampai 350 km di atas atmosfir bumi dan mengorbit 15 kali dalam sehari. Satelit komunikasi ringan ini dilengkapi dengan teknologi pengindraan jarak jauh, satelit telemetri dan teknologi sistem informasi geografis. Sebagai satelit pengumpul informasi dan percobaan, setelah tiga bulan Omid akan mendarat dan membawa data-data yang nantinya dapat membantu para ilmuwan Iran dalam meluncurkan satelit yang beroperasi ke luar angkasa selanjutnya.

Pencapaian antariksa Iran ini diraih ketika negara ini menanggung sanksi nyaris selama 30 tahun hingga tulisan ini dibuat. Sanksi yang dipelopori oleh Amerika ini telah mencegah masuknya beberapa barang dalam daftar yang sangat panjang, termasuk suku cadang pesawat penumpang dan bahkan banyak obat-obatan. Amerika dan sekutunya memproduksi Bom Nuklir dalam jumlah yang sangat besar setiap tahunnya, mengirimkan roket-roket mereka ke luar angkasa, namun ketika Iran berhasil mengirimkan satu satelit percobaannya dari dalam negeri, mereka [Amerika dan sekutunya] mengecam kemajuan tersebut sebagai sebuah ancaman. Iran merupakan negara yang menjadi simbol kemandirian, sebuah simbol tanpa hegemoni Amerika dan sekutunya, bahwa sebuah negara tanpa campur tangan Amerika akan lebih mampu berkembang dan maju. Sebuah kemandirian yang tidak dapat diterima oleh Amerika dan sekutunya, Amerika dengan pengaruhnya menjatuhkan sanksi lewat PBB dan menyebarkan propaganda dalam mengucilkan Iran dari dunia Internasional, namun hal tersebut menjadi bumerang bagi tatanan perekonomian dan citra Amerika di dunia yang semakin memburuk.

Iran merupakan negara ke-8 yang berhasil mengorbitkan satelit dalam negeri-nya ke luar angkasa. Omid merupakan satelit ketiga buatan Iran yang berhasil dikirim keluar angkasa, dan Teheran berencana mengirimkan astronot pertamanya keluar angkasa pada 2021.
Iran Memimpin Bidang Sel Punca (Stem Cell)


Sebuah laporan khusus yang ditertbitkan oleh Harvard University and the Massachusetts Institute of Technology dan dilansir Washington Times (15/04/09) menunjukkan kemajuan pesat Iran di bidang riset dan teknologi sel punca (stem cell). Laporan itu juga menyebutkan bahwa prospek kemajuan sains dan teknologi Iran di masa mendatang sangatlah cerah.

Kemajuan pesat Iran di bidang sel punca ini sendiri mula-mula dipicu oleh banyaknya korban perang Iran-Irak yang terkena gas kimia Irak. Kebanyakan korban itu mengalami kerusakan sel kulit dan sejenisnya, sehingga mendorong ilmuwan-ilmuwan Iran untuk mencari solusi tepat mengobati mereka.

Pemicu lainnya adalah fatwa Pemimpin Tinggi Spiritual Iran, Ali Khamenei, yang melegalkan riset dan aplikasi teknologi sel punca. Khamenei memang dikenal sebagai pendorong utama kemajuan sains dan teknologi Iran sejak dia menjabat sebagai presiden tahun 80-an. Anggaran riset di bidang sains dan teknologi di Iran termasuk yang terbesar di seluruh dunia Islam.

Fakta lain yang lebih mengejutkan, dalam bidang sel punca ini, Iran berhasil mengalahkan AS dan sejumlah negara Eropa Barat yang masih melarang riset di bidang ini karena alasan-alasan etis.

(Secondprince/Syiahali/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: