Perhatian Mengenai Tanda-tanda Kemunculan
MELALUI hadis-hadis
kita mengetahui kewajiban-kewajiban orang mukmin di masa kegaiban imam.
Hadis-hadis tersebut memerintahkan kita untuk menanti kemunculan beliau
dan mengharapkan agar hal itu segera terjadi di setiap saat. Kewajiban
pendidikan semacam ini ditujukan agar orang-orang mukmin berupaya
mewujudkan persiapan-persiapan secara sempurna dan berkesinambungan
untuk menolong beliau saat kemunculannya.
Selain sisi
penting tersebut, hadis-hadis juga menyebutkan sejumlah kejadian sebagai
tanda kemunculan beliau. Tanda tersebut memberi petunjuk pada
orang-orang mukmin untuk lebih memperdalam dan mempercepat persiapan
mereka untuk membantu Imam Mahdi as dan berperan aktif dalam
merealisasikan tugas-tugas penting beliau membentuk sebuah revolusi
besar.
Penggabungan dari dua kelompok hadis tersebut
adalah bahwa perintah mengharapkan kemunculan di setiap saat didasari
oleh kemungkinan terjadinya kemunculan Imam Mahdi di setiap saat jika
Allah menghendaki. Dengan demikian, mempercepat perwujudan tanda-tanda
yang disebutkan dalam kelompok hadis kedua atau menunda sebagiannya juga
merupakan hikmah Allah dalam pengaturan terhadap hamba-Nya. Jika di
antara mereka mengetahui, maka mereka dibenarkan dalam persiapan mereka
untuk membantu Imam. Atau mungkin yang dimaksud dengan mengharapkan
kemunculan secepatnya adalah mengharapkan terealisasinya tanda-tanda
yang disebutkan dalam hadis yang pasti terjadi. Terjadinya tanda-tanda
tersebut merupakan sebuah pengumuman kemunculan Imam Mahdi as.1 Isyarat
lainnya juga menyebutkan tentang masalah ini yang terkandung dalam hadis
mengenai kewajiban penantian.
Dengan demikian,
orang-orang mukmin mendapatkan buah yang diharapkan dari perintah
kewajiban mengharapkan kemunculan Imam Mahdi—semoga Allah Swt
mempercepat kemunculannya—di setiap waktu. Begitu pula orang-orang
mukmin mendapatkan hasil yang diharapkan dari pengenalan mereka terhadap
tanda-tanda kemunculan Imam Mahdi as berupa menyegerakan
persiapan-persiapan mereka dan menegakkan kewajiban khusus terkait
dengan sebagian tanda-tanda yang disebutkan dalam hadis yang juga
menyebutkan kewajiban-kewajiban tertentu setelah terwujudnya tanda-tanda
tersebut.
Tanda-tanda yang Pasti dan Tidak Pasti
Hadis-hadis
menyebutkan dua bagian kelompok dari tanda-tanda kemunculan Imam Mahdi
as. Kelompok pertama adalah yang pasti terwujud. Kelompok kedua adalah
sesuatu yang belum pasti terjadi bahkan mungkin tidak terjadi jika
hikmah Allah menginginkan hal tersebut.
Begitu pula
sebagian tanda-tanda tersebut sangat dekat dengan kemunculan Imam Mahdi
dan sebagian lainnya terjadi jauh sebelum kemunculan beliau.
Simbol-Simbol dalam Hadis Mengenai Tanda-tanda
Kemunculan
Layaknya sebagai sebuah tanda, hadis-hadis yang banyak membicarakan
tanda-tanda kemunculan beliau juga menggunakan simbol. Oleh sebab itu,
perlu kiranya kita mengetahui simbol-simbol tersebut secara mendalam dan
mempelajarinya secara terperinci. Begitu pula hendaknya ada sebuah
pengumpulan setiap hadis yang menyebutkan masing-masing tanda dan
mempelajarinya agar terhindar dari rasa cukup sehingga dapat dihasilkan
objek sesungguhnya. Hal ini dilakukan guna menghindari penerapan
terhadap objek secara terburu-buru yang sangat jauh dari tujuan yang
diinginkan saat menyebutkan tanda-tanda tersebut. Khususnya bahwa bahasa
simbol secara alamiah memungkinkan terjadinya penerapan setiap tanda
pada lebih dari satu objek. Hal ini juga bertentangan dengan tujuan yang
diinginkan ketika menyebutkan tanda-tanda tersebut.
Hal
yang juga perlu untuk diterangkan bahwa sebagian dari hadis yang
menyebutkan tentang tanda-tanda kemunculan, juga menyatakan beberapa
kewajiban bagi orang mukmin—baik secara jelas maupun berupa isyarat
terhadap hal tersebut. Oleh karena itu, saat mempelajarinya kita perlu
berupaya mengenal kewajiban-kewajiban tersebut agar dapat memperoleh
hasil yang diinginkan dari menyebutkan tanda-tanda tersebut.
Manakala
tanda-tanda kemunculan menyangkut masalah-masalah kegaiban, maka hal
itu sangat mungkin terjadi banyak penyimpangan dan penyisipan. Karena
itu, dibutuhkan ketelitian dari sisi ini agar dapat membedakan hadis
yang sahih dan hadis yang palsu. Sisi lainnya yang menjadikan masalah
ini penting adalah adanya sejumlah tanda yang disebutkan oleh sebagian
hadis mursal atau tidak bersanad, kemudian fakta sejarah membenarkan
hadis tersebut dan menjadi bukti kesahihan hadis-hadis tersebut. Hal ini
menetapkan bahwa hadis-hadis tersebut berbicara mengenai sebuah
peristiwa yang belum terjadi. Hal ini tidak mungkin muncul kecuali dari
sumber-sumber wahyu Ilahi.
Tanda-tanda Kemunculan yang Paling Jelas
Pembahasan
mengenai tanda-tanda kemunculan Imam Mahdi as sangatlah panjang yang
tidak mungkin dapat dijelaskan secara utuh dalam buku yang ringkas ini.
Oleh
karena itu, memperhatikan hal ini, kami mencukupkan untuk menukil apa
yang telah diringkas oleh Syekh Mufid dari sejumlah hadis dan juga
mengisyaratkan tanda-tanda lainnya yang tidak disebutkan oleh beliau.
Syekh
Mufid berkata, “Sejumlah hadis menyebutkan tanda-tanda bagi masa
kebangkitan Imam Mahdi as dan peristiwa-peristiwa sebelum kebangkitan
beliau. Adapun tanda-tanda yang menunjukkan hal itu di antaranya
munculnya Sufyani, pembunuhan al-Hasani, perseteruan Bani Abbas dalam
kerajaan, terjadinya gerhana matahari pada pertengahan bulan Ramadhan,
gerhana bulan di akhir bulan tersebut yang berbeda secara alamiah,
gerhana di Baida, maghrib dan masyriq, turunnya matahari ketika memasuki
pertengahan waktu asar, terbitnya matahari di arah barat, pembunuhan
terhadap an-nafs az-zakiyah (jiwa yang suci) di Kufah bersama tujuh
puluh orang saleh, terbunuhnya seorang laki-laki Hasyimi di antara rukn
dan maqam, penghancuran kota Kufah, kedatangan bendera hitam dari arah
Khurasan, munculnya al-Yamani, kemunculan al-Maghribi di Mesir dan
penguasaannya di Syam, kehancuran Turki, kehancuran Romawi, munculnya
bintang di arah timur yang bersinar bagaikan sinar rembulan kemudian
bersambung seolah-olah kedua ujungnya bertemu, awan merah muncul di
langit dan menyebar ke seluruh arah, api yang sangat panjang nampak di
arah timur dan akan tetap nampak selama tiga hari atau tujuh hari,
orang-orang Arab meninggalkan pelindung mereka, negeri-negeri mereka
dikuasai dan terusir oleh penguasa Ajam (non-Arab), penduduk Mesir
membunuh pemimpin mereka, perusakan di Syam, terjadinya peperangan
antartiga bendera, masuknya bendera Qais dan Arab ke Mesir dan
bendera-bendera pendurhaka ke Khurasan, masuknya kuda dari arah barat
seakan-akan berhubungan dengan Gua Hira, munculnya bendera hitam dari
arah timur menuju Hira, banjir bandang dari sungai Furat seakan-akan air
menggenangi kota Kufah, munculnya enam puluh orang pembohong yang
mengaku nabi, munculnya dua belas orang dari keluarga Abi Thalib yang
seluruhnya mengikrarkan imamah mereka, dibakarnya seorang laki-laki dari
pengikut Bani Abbas antara Jalwa dan Khanikin, perjanjian sepihak yang
merugikan Madinat as-Salam, angin hitam bertiup kencang di tempat
tersebut di awal siang, gempa yang menelan banyak korban, ketakutan yang
menyelimuti penduduk Irak, kematian yang mengerikan di dalamnya,
kehilangan jiwa, harta, dan hasil pertanian, munculnya belalang di
peralatan memasak mereka dan ditempat-tempat lainnya sehingga menyerang
tanaman dan pertanian, berkurangnya hasil pertanian, perseteruan dua
golongan dari Ajam dan pertumpahan darah yang terjadi di antara mereka,
seorang hamba keluar dari ketaatan terhadap tuannya dan berupaya
membunuh mereka, petaka bagi kaum dari ahli bid’ah sehingga mereka
berubah menjadi kera dan babi, kemenangan para budak atas negara-negara
adidaya, seruan dari langit sampai-sampai seluruh penduduk bumi
mendengarnya dan setiap bahasa memahaminya, munculnya wajah dan dada di
langit bagi manusia di tengah-tengah matahari, orang-orang mati bangkit
dari kubur sehingga mereka kembali ke dunia dan saling mengenal dan
saling berdampingan.
“Kemudian, hal itu ditutup dengan
24 kali hujan yang berkesinambungan yang membuka bumi dari kematiannya,
memunculkan keberkahannya, dan setelah itu setiap kelompok dari
orang-orang yang meyakini kebenaran dari Syi’ah Mahdi akan tetap. Pada
saat itu, mereka mengetahui kemunculan Imam di Mekkah dan segera menuju
ke Mekkah untuk membantunya sebagaimana yang disebutkan dalam
hadis-hadis.
“Di antara hadis-hadis tersebut, ada yang
pasti dan sebagian lainnya bersyarat. Wallâhu a`lam apa yang akan
terjadi. Adapun yang kami sebutkan berdasarkan sesuatu yang ditetapkan
dalam ushul yang dimuat dalam hadis. Dan pada Allah Swt, kami memohon
pertolongan dan memohon taufik dari-Nya.” 3
Hilangnya Sebab-sebab Kegaiban
Selain
tanda-tanda tersebut yang telah dinaskan dalam hadis-hadis, terdapat
pula tanda-tanda penting lainnya untuk kemunculan Imam Mahdi as—semoga
Allah mempercepat kemunculannya—yaitu berupa hilangnya sebab-sebab yang
mengharuskan terjadinya kegaiban dan munculnya kondisi yang diharapkan
untuk menegakkan tanggung jawab beliau yang besar untuk membentuk
revolusi besar dunia. Di antara tanda tersebut adalah:
1.
Sempurnanya proses persiapan pada orang-orang mukmin dan terpenuhinya
sejumlah penolong yang dibutuhkan yang setia sesuai dengan tingkatan
mereka sebagaimana telah kami isyaratkan ketika membicarakan tentang
sebab-sebab kegaiban. Yaitu tingkatan tertinggi dari para penolong yang
menghiasi dirinya dengan kelayakan-kelayakan yang dibutuhkan untuk
membantu beliau mendirikan pemerintahan Islam yang adil dan mendunia,
mengatur urusan dunia, dan sebelum itu mengatur gerakan penentangan
terhadap kekafiran, kesyirikan, dan penyembahan terhadap pemerintah
thaghut, serta membumihanguskan mereka secara menyeluruh.
Mungkin
orang-orang yang mencapai tingkatan tersebut adalah orang-orang yang
disebutkan dalam hadis bahwa jumlah mereka mencapai 313 orang
sebagaimana jumlah pejuang Badar. Hadis-hadis juga menyebutkan bahwa
mereka adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat mulia dari tingkat
keimanan, mengenal Allah Swt dengan sebenar-benarnya. Bahkan, dari
penghambaan yang mereka lakukan begitu besar dan keikhlasan yang mereka
miliki, mereka disebut sebagai “pendeta-pendeta malam” dan karena
keberanian serta nilai perjuangan mereka yang tinggi, mereka disebut
“singa-singa siang” yang tidak merasa takut bersama Allah meskipun
dimaki para pencaci maki. Dengan tingkat keilmuan yang tinggi serta
penguasaan mereka terhadap ilmu-ilmu syariat, mereka disebut “para fakih
dan para qadhi” dan dengan kemampuan mereka yang tinggi dalam
pengaturan, mereka disebut sebagai “Para pemimpin yang adil” dan
sifat-sifat lainnya yang dapat kita simpulkan dari hadis-hadis tersebut.
Mereka adalah cerminan dari kepemimpinan imam saat kemunculan beliau
sebelum pembentukan pemerintahan yang adil dan mendunia setelahnya.
2.
Di antara tanda-tanda tersebut adalah terpenuhinya kepemimpinan Islam
yang berperan aktif secara positif yang selaras dengan tujuan-tujuan
revolusi besar Imam Mahdi as. Tingkatan-tingkatan mereka tampak dalam
mengedepankan bantuan secara aplikatif.4
Yang dapat
mewujudkan kondisi seperti ini adalah penjelasan tentang hakikat ajaran
Ahlulbait as yang ditampilkan oleh Imam Mahdi as—semoga Allah
mempercepat kemunculannya—dan menjelaskan berbagai sanggahan yang
ditampilkan sepanjang sejarah Islam yang menentang ajaran ini;
menjelaskan bahwa ajaran-ajaran tersebut adalah ajaran yang sesungguhnya
yang mencerminkan Islam sebenarnya.
Hadis-hadis juga
mengisyaratkan mengenai hal tersebut ketika membicarakan tentang
gerakan-gerakan yang akan membantu perjuangan Imam Mahdi as dan peran
gerakan tersebut dalam memaparkan pandangan suci mazhab Ahlulbait as,
menjelaskan pengetahuan-pengetahuan Islam yang suci di Dunia Islam.
Begitu pula peran mereka dalam memaparkan kemurnian ajaran Islam.5
Peran
gerakan persiapan ini yang dinaskan dalam berbagai riwayat secara
mutlak sebelum kemunculan Imam Mahdi as dalam memaparkan gambaran suci
ajaran Islam, menimbulkan kondisi pengenalan terhadap Islam sebagai
peradaban alternatif untuk menyelamatkan umat manusia. Pengenalan ini
akan diterima oleh dunia luar Islam—sebagaimana hal itu kita saksikan
saat ini minimal di sebagian ajaran Islam. Hal ini akan membuka
pintu-pintu peran positif terhadap revolusi besar al-Mahdi dikalangan
bangsa-bangsa selain Dunia Islam pada khususnya. Pengenalan ini akan
berlangsung di unit-unit pendidikan, lembaga pengkajian, pemikiran, dan
politik. Begitu pula menghidupkan kembali upaya penelitian dan pencarian
kebahagiaan yang dijanjikan pada manusia. Bahkan, hal ini menarik
banyak manusia dari berbagai sudut pandang baik dari kalangan materialis
maupun spiritualis yang hidup di masa kini.
Inilah
hal yang menjadikan mereka ingin mengetahui pandangan lainnya di luar
pandangan aliran-aliran dan keyakinan-keyakinan yang mereka ketahui
selama ini. Untuk kondisi seperti ini, ada beberapa hadis yang
mengisyaratkan dan menyatakan bahwa pemerintahan al-Mahdi adalah
pemerintahan terakhir seperti yang dapat kita perhatikan di dalam
hadis-hadis yang telah kami bawakan pada pembahasan tertentu mengenai
sebab-sebab kegaiban.
3. Di antara syarat-syarat
tersebut adalah terpenuhinya sarana-sarana komunikasi yang berkembang
yang memudahkan masyarakat luas mengetahui kenyataan dan selanjutnya
memudahkan mereka untuk mencapai kebenaran serta kejelasan mengenai
kebatilan sekaligus membuktikan lemahnya aliran-aliran lain. Kebenaran
risalah Islam yang dibawa oleh al-Mahdi selanjutnya membangun
pribadi-pribadi yang islami dan mewujudkan tujuan-tujuannya yang
diberitakan Imam Mahdi yang dijanjikan setelah sekian lama mereka
mengikuti aliran-aliran lainnya. Yakni terjadi perpindahan sikap dan
perbuatan menuju barisan-barisan penolong al-Mahdi as. Hal ini seperti
yang telah dijelaskan dalam hadis-hadis mengenai sebab-sebab kegaiban
dalam ungkapan munculnya “titipan-titipan Allah” orang-orang mukmin dari
tulang rusuk orang-orang kafir.
Kehidupan Imam Mahdi pada Masa Kemunculan
Terdapat
sejumlah hadis menyangkut masa kemunculan yang menyebutkan peristiwa
yang terjadi di masa itu, kehidupan Imam Mahdi as—semoga Allah
mempercepat kemunculannya—pada masa tersebut, dan kondisi-kondisi yang
kelak diwujudkan oleh Allah Swt melalui tangan mulia beliau.
Hadis-hadis tersebut diriwayatkan dalam kitab-kitab yang dijadikan sebagai sandaran oleh berbagai aliran Islam.
Dalam
kitab-kitab tersebut disebutkan berbagai hadis yang memiliki sanad yang
sahih. Mengingat bahwa kitab-kitab tersebut tidak dapat dibantah,
dianalisis, dan diteliti, maka kami cukup menyebutkan kandungan hadis
yang paling jelas pada sebagian besar topik pembahasan tanpa perlu
menyebutkan nas-nas atau teks asli matan hadis. Jika menginginkan
penjelasan lebih terperinci, para pembaca dapat merujuk pada
sumber-sumber asli kitab tersebut.
Sebelum hal itu,
kami juga membawakan sejumlah ayat al-Quran yang berbicara mengenai
kekhususan-kekhususan dimasa kemunculan dan kondisi yang kelak
diwujudkan oleh Allah Swt melalui kedua tangan Imam Mahdi al-Muntazhar.
Adapun
yang dapat kita ambil dari nas-nas ini yang menyempurnakan masa
kehadiran Imam Mahdi as, mengungkapkan tentang kekhususan-kekhususan
pemerintah Imam Mahdi as—sebagaimana yang digambarkan dalam
al-Quran—sebagai sebuah objek pemerintahan nyata yang mencerminkan
tujuan-tujuan ketuhanan dari pengutusan para nabi.
Kekhususan-kekhususan Pemerintahan Imam Mahdi dalam al-Quran
1. Penyempurnaan Nur Ilahi dan Keunggulan Islam dari Agama-agama Lainnya
Hal tersebut dijelaskan al-Quran dalam beberapa ayat dalam tiga surah.
Allah
Swt berfirman, “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut-mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.
Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang benar untuk ditampakkan atas seluruh agama, kendati pun orang-orang
musyrik tidak menyukai.” (QS. at-Taubah:32-33).
Allah
Swt berfirman, “Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut
mereka dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, meski pun orang-orang
kafir benci. Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa
petunjuk dan agama yang benar untuk dijayakan seluruh agama lainnya,
meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (QS. ash-Shaff:8-9).
Allah
Swt berfirman, “Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang benar untuk ditampakkan atas seluruh agama dan cukuplah
Allah sebagai saksi.” (QS al-Fath:28)
Para ahli tafsir
dari berbagai aliran Islam menjelaskan, ini adalah sebuah janji yang
pasti terjadi. Peristiwa ini hanya terjadi pada masa Imam Mahdi yang
dijanjikan.
Saat itu, Allah memenangkan Islam atas
seluruh agama dan meliputi barat dan timur.6 Ketika itu pula, berdirilah
pemerintahan Islam yang mendunia karena yang dimaksudkan dengan
“ditampakkan” (dalam ayat di atas) adalah dimenangkan dan ditinggikan
bukan hanya sekedar kekuatan hujjah, karena kemenangan hujjah telah
terjadi, sementara Allah Swt tidak menjanjikan kabar gembira kecuali
untuk sesuatu dimasa mendatang yang belum terealisasi. Argumentasi ini
disampaikan Fakhrur Razi dalam kita tafsirnya.7
2. Kekuasaan Orang Saleh dari Orang-Orang Mukmin
Allah
Swt berfirman, “Dan sungguh Kami telah catat dalam Zabur setelah
adz-dzikr (lauh al-mahfuzh) bahwa bumi ini Kami wariskan pada
hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. al-Anbiya:105)
Allah
Swt berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kalian dan orang-orang yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan berkuasa di atas bumi sebagaimana telah berkuasa orang-orang
sebelum mereka dan sungguh Dia kelak meneguhkan bagi mereka agama yang
telah Dia ridhai untuk mereka dan Dia benar-benar akan menggantikan
keadaan mereka menjadi aman sentosa setelah mereka mengalami ketakutan.
Mereka
menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Siapa
yang ingkar setelah (janji) itu, mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(QS. an-Nuur:55)
Allah Swt juga berfirman, “(yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan pada
kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan hanya kepada Allah-lah kembalinya
segala urusan.” (QS al-Hajj:41)
Ayat pertama
memberitakan bahwa adalah ketentuan yang pasti untuk memuliakan keimanan
dan perbuatan saleh dengan balasan duniawi—lebih-lebih balasan
ukhrawi—yang dalam hal ini diwakili dengan diwariskan bumi. Hukum dari
hal ini adalah akhir segala sesuatu kembali pada orang-orang yang
bertakwa di dunia dan akhirat.8
Adapun ayat kedua
menerangkan bahwa orang-orang yang diberi kekuasaan oleh Allah Swt,
adalah orang-orang yang beriman, beramal saleh dari kalangan umat Islam.
Mereka sebelumnya adalah orang-orang yang lemah. Bahkan mereka tidak
diperkenankan untuk beribadah secara tenang. Diteguhkan oleh Allah agama
mereka yang telah diridhai Allah bagi mereka. Kedua ayat di atas
membicarakan mengenai masa kemunculan Imam Mahdi as. Hal ini sangat
jelas, jika kita mau memperhatikan keduanya dengan seksama.9
3. Membentuk Masyarakat Bertauhid yang Murni
Berdasarkan
dari ayat-ayat sebelumnya, jelas merupakan bagian dari kekhususan masa
Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat kemunculannya—bahwa kepatuhan
masyarakat hendaknya berada di tangan orang-orang yang saleh yang
sebelumnya mereka
dilemahkan di muka bumi ini dan
mencerminkan Islam yang murni. Jika Allah meneguhkan kekuasaan mereka di
atas bumi, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan
pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Yakni, mereka membangun sebuah
masyarakat bertauhid yang murni yang hanya menyembah Allah semata dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Mereka membentuk
masyarakat dengan penuh keamanan yang sebelumnya mereka diliputi
ketakutan dan khawatiran dari tipu daya orang-orang munafik dan
orang-orang kafir. Mereka memenuhi kondisi yang dibutuhkan untuk
mewujudkan penyembahan kepada Allah yang sebenarnya dan penyempurnaan
nilai-nilai kemanusiaan dalam naungan penghambaan kepada-Nya. Dengan
demikian, tidak ada lagi hujjah dan alasan bagi orang kafir setelah itu.
“Mereka adalah orang-orang yang fasik” yang sesungguhnya karena mereka
menyimpang dari jalan yang lurus sementara kondisi yang mendukung
perjalanannya menuju Allah telah terpenuhi. Ini adalah kekhusussan
lainnya di antara kekhususan-kekhususan di masa kehadiran Imam Mahdi as
dan penafsiran yang diriwayatkan disebabkan karena dia terlalu bergaul
dengan orang-orang yang menyimpang.
4. Terwujudnya Tujuan dari Satu Bentuk Penciptaan Manusia
Allah Swt berfirman, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat:56)
Ayat
al-Quran yang suci ini menunjukkan tentang tujuan tertentu dalam
penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah yang sesungguhnya hanya pada
Allah Swt.10
Hal seperti inilah yang kelak terealisasi di
bawah naungan pemerintahan Imam Mahdi yang dijanjikan baik berkaitan
dengan pribadi maupun sosial dengan bentuk yang sempurna. Hal ini telah
kami jelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Sayid Syahid Muhammad
Shadr mengaitkan sebuah pembahasan keyakinan dan penafsiran yang
disandarkan pada ayat ini untuk menetapkan kepastian kemunculan
pemerintahan al-Mahdi yang dijanjikan.11
Pasalnya,
terwujudnya tujuan ini adalah sebuah kepastian dan merupakan satu
kemustahilan berpalingnya makhluk dari tuuan penciptaan. Ayat al-Quran
berbicara mengenai bentuk manusia dan terwujudnya penghambaan yang
sejati pada tataran pribadi maupun sosial secara umum dalam masyarakat
manusia. Hal inilah yang belum terwujud dalam sejarah manusia di atas
muka bumi sejak Allah menurunkan manusia ke bumi ini.
Oleh
sebab itu, kita hanya dapat mengatakan mengenai kepastian tewujudnya
hal-hal tersebut di masa mendatang di dalam pemerintahan ketuhanan yang
membangun masyarakat yang berrtauhid, beramal saleh, hanya menyembah
pada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya. Pemerintahan ini adalah
pemerintahan Imam Mahdi sebagaimana yang ditunjukkan ayat-ayat
sebelumnya dan juga dijelaskan oleh berbagai riwayat yang diiwayatkan
dari dua jalur.
5. Terhentinya Penolakan Terhadap Agama
Allah
Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, siapa yang murtad di
antara kalian dari agamanya, maka kelak Allah mendatangkan suatu kaum
yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah. Bersikap
lembut pada orang-orang yang beriman dan bersikap tegas terhadap
orang-orang kafir, berjuang di jalan Allah, dan tidak takut menghadapi
celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang Dia
beikan kepada orang yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Mahaluas dan
Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah:54).
Allamah
Thabathaba’i membahas ayat ini dan menafsirkan ayat tersebut melalui
ayat-ayat al-Quran lainnya dan menggunakan riwayat untuk membuktikan
bahwa ayat tersebut berbicara mengenai masa kemunculan Imam Mahdi as.
Adapun yang dimaksud dengan kemurtadan dalam ayat tersebut adalah
kemurtadan dari agama yang benar namun tetap berada di dalam agama Islam
secara lahir.
Dengan begitu, orang-orang Yahudi,
Nasrani, dan para pengikut mereka dalam kehidupan di berbagai sisinya
sebagaimana yang terjadi saat ini, tergolong di dalamnya. Kemurtadan ini
adalah kemurtadan yang dicegah oleh ayat-ayat sebelumnya melalui ayat
ini yang berbicara mengenai penyimpangan yang terjadi dalam dunia
sebelum kemenangan Imam Mahdi as.12
Berdasarkan uraian
tersebut, sesungguhnya termasuk bagian dari kekhususan masa
pemerintahan Imam Mahdi adalah mencegah kemurtadan dari agama yang benar
dan mengikuti orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam tataran kehidupan.
Selanjutnya, mengembalikan umat Islam ke jalan yang islami dalam
kehidupan di segala sisinya. Hal ini sesuai dengan kekhususan lainnya di
masa al-Mahdi yang dibicarakan oleh ayat-ayat sebelumnya.
Sejarah
Kemunculan Imam Mahdi as Hadis-hadis yang menyebutkan bahwa Imam Mahdi
as muncul pada tahun ganjil dari tahun Hijriah,13 yakni tahun ganjil dan
beliau muncul pada hari Jumat.14 Dalam beberapa riwayat lainnya
menyebutkan bahwa kemunculan beliau terjadi pada hari Sabtu tanggal 10
Muharam.15 Mungkin dapat kita gabungkan di antara kedua sejarah tersebut
bahwa kemunculan beliau terjadi pada hari Jumat dan pada hari itu
beliau berkhotbah di Masjidil Haram. Kemudian, beliau keluar dari
Masjidil Haram menuju Kufah pada hari Sabtu.
Tempat Kemunculan Beliau dan Munculnya Revolusi Beliau
Sejumlah
hadis menyebutkan bahwa awal kemunculan beliau terjadi di Madinah
al-Munawarrah dan penyebaran gerakan beliau terjadi di Mekkah al-
Mukarramah16 di Masjidil Haram. Saat itu beliau mengumumkan gerakannya
dan menyeru untuk hal itu dalam sebuah khotbah yang mengagumkan yang
memiliki makna-makna penting.
Khotbah tersebut
diriwayatkan dari Imam Baqir dalam sebuah hadis yang panjang tentang
kemunculan keturunan beliau, yaitu Al Mahdi as. Dalam bagian hadis
tersebut,
Imam Muhammad Baqir berkata, “Kemudian,
beliau sampai pada maqam lalu mengerjakan shalat dua rakaat. Lalu beliau
memuji Allah dan menyebutkan hak-hak manusia, dan berkata, ‘Wahai
manusia, sesungguhnya kita mengharapkan pertolongan Allah terhadap
orang-orang yang telah menzalimi kita dan merampas hak-hak kita. Siapa
yang membandingkan kami untuk bersama Allah sesungguhnya kami lebih
berhak bersama Allah.
Siapa yang membandingkan kami
dengan Adam, maka sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak
terhadap Adam. Siapa yang membandingkan kami dengan Nuh, maka
sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak terhadap Nuh. Siapa
yang membandingkan kami dengan Ibrahim, maka sesungguhnya kami adalah
manusia yang lebih layak terhadap Ibrahim. Siapa yang membandingkan kami
dengan Muhammad, maka sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak
terhadap Muhammad. Siapa yang membandingkan kami dengan para nabi, maka
sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak terhadap para nabi.
Siapa yang membandingkan kami dengan kitab Allah, maka sesungguhnya kami
adalah manusia yang lebih layak terhadap kitab Allah. Aku bersaksi
(kami bersaksi) dan orang-orang Muslim pada hari ini menjadi saksi bahwa
kami telah dizalimi, dibuang, kami dibenci, kami diusir dari rumah
kami, kami dibatasi dari harta-harta kami, dan kami dikekang. Ketahuilah
bahwa aku memohon pertolongan Allah pada hari ini untuk menolong
orang-orang Muslim.’”17
Dalam sebuah riwayat yang
dinukil dari Na’im bin Hammad yang termasuk perawi utama menurut
Bukhari, meriwayatkan juga dengan sanadnya dari Imam Muhammad Baqir as
tentang khotbah kedua beliau di tempat yang sama namun setelah
menunaikan shalat Isya. Dia meriwayatkan dari Imam Muhammad Baqir,
beliau berkata,
“…setelah beliau menunaikan shalat Isya, beliau
menyeru dengan suara yang lantang dan berkata, ‘Aku memperingatkan
kalian wahai manusia dan mengingatkan kedudukan kalian di sisi Tuhan
kalian. Sungguh Allah telah menurunkan hujjah-Nya, mengutus para nabi,
dan menurunkan kitab-kitab suci. Allah memerintahkan kalian untuk tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menjaga ketaatan kepada-Nya dan
ketaatan kepada Rasul-Nya, menghidupkan sesuatu yang dihidupkan oleh
al-Quran dan mematikan apa yang dimatikan al-Quran, memerintahkan kalian
untuk menjadi para penolong atas petunjuk, menjaga ketakwaan.
Sesungguhnya dunia adalah rendah, hina, dan akan sirna serta diizinkan
dengan perpisahan. Sungguh aku menyeru kalian menuju pada Allah, pada
Rasul-Nya, beramal sesuai dengan kitab-Nya, memadamkan kebatilan, dan
menghidupkan sunnah-sunnahnya….’”18
Diam Sejenak Ketika Khotbah Pengumuman Revolusi
Dalam
khotbah pertama dapat diperhatikan akan adanya penekanan terhadap objek
pembicaraan beliau, yaitu para pemeluk seluruh agama langit mengenai
revolusi beliau yang mendunia dan agamis. Beliau menggambarkan jalan
para nabi seluruhnya dan menyeru pada tujuan-tujuan yang tinggi yang
diserukan oleh seluruh nabi. Ini hal pertama yang ditekankan.
Hal
kedua yang beliau tekankan adalah bahwa beliau merupakan cerminan dari
ajaran tsaqalain, beliau adalah cerminan Ahlulbait, pusaka kedua yang
tidak pernah berpisah dari pusaka pertama, al-Quran. Oleh karena itu,
mereka adalah manusia yang paling layak terhadap kitab Allah, paling
mengetahui atas segala sesuatu yang ada di dalamnya, dan merupakan tali
hidayah bagi manusia menuju cahaya hidayah langit.
Kemudian,
hal ketiga yang beliau sampaikan adalah keteraniayaan Ahlulbait as,
memaparkan segala bentuk kezaliman dan kejahatan yang menyebabkan
kegaiban washi terakhir mereka—semoga Allah mempercepat kemunculannya.
Beliau memaparkan semua itu sebagai penentangan terhadap pemerintah
thaghut, penghambaan terhadap penguasa, dan menjabarkan penguasaan
mereka terhadap harta-harta manusia, upaya menjauhkan dari beribadah
pada Allah, dan mencegah Ahlulbait untuk menegakkan keadilan Tuhan serta
memimpin manusia menuju kebahagiaan.
Selanjutnya,
beliau membantu setiap Muslim untuk menentang kezaliman ini yang dengan
penentangan tersebut merupakan kebaikan bagi manusia secara menyeluruh.
Penyerahan segala urusan kepada seseorang yang mencerminkan metode para
nabi, keadilan al-Quran adalah merealisasikan tujuan-tujuan keadilan
Tuhan.
Akan tetapi, beliau—semoga Allah Swt mempercepat
kemunculannya—pertama-tama memohon pertolongan pada Allah Zat Yang
Mahakuasa. Hal ini merupakan sebuah isyarat kepastian kemenangan
revolusi kebaikan beliau.
Beliau adalah al-Mudthar
(orang yang dalam kondisi terpaksa) yang doanya diijabah oleh Allah,
beliau adalah penutut balas darah manusia yang terbunuh secara keji dan
teraniaya, dan beliau adalah manusia yang dibantu oleh Allah. Dengan
isyarat-isyarat seperti ini, beliau mendorong manusia untuk membantunya
agar mereka berhasil memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat,
terhindar dari kesengsaraan dunia dan siksa akhirat melalui tangan suci
beliau.
Memproklamirkan Tujuan-tujuan Revolusi Adapun
khotbah kedua yang beliau sampaikan seusai shalat Isya menjelaskan
tentang tujuan-tujuan umum revolusi beliau. Tujuan-tujuan itulah yang
akan membantu manusia, mencerminkan sisi lain bantuan terhadap
keteraniayaan Ahlulbait dan ajaran mereka.
Beliau
menjelaskan tujuan pertama secara umum yang beliau gambarkan dengan
menegakkan ketauhidan yang murni yang karena hal itulah para nabi
diutus, diturunkan bagi mereka kitab-kitab suci langit. Tujuan tersebut
dapat terjelma melalui ketaatan pada Allah Swt dan kepada Rasul-Nya
Muhammad saw, menghidupkan segala sesuatu yang telah dihidupkan dalam
al-Quran, menghidupkan sunnah Rasul, dan memadamkan segala sesuatu yang
telah dipadamkan oleh al-Quran berupa kebatilan, bid’ahbid’ah,
kesyirikan, dan segala bentuk penghambaan yang hina. Seruan beliau
adalah seruan menuju Allah, menuju ketauhidan, dan menuju pada
Rasulullah saw serta beramal sesuai dengan sunnahnya yang mengantarkan
kepada Allah Swt.
Berdasarkan hal tersebut, jelaslah
permohonan bantuan beliau terhadap keteraniayaan keluarga kenabian
adalah sebuah ajakan pada sebuah pertolongan menuju pada sebuah tujuan
dan penjagaan terhadap ketakwaan. Pengabulan untuk Membantu Beliau dan
Berbaiat padanya Manusia pertama yang terlintas dan tergambar saat itu
di tempat tersebut, yaitu antara rukn dan maqam yang akan membaiat dan
membantu beliau adalah umat Islam.
Hal tersebut merupakan salah satu sifat penolong beliau.
“Maka
berbaiat antara rukn dan maqam 313 orang sebagian penduduk Badar, di
antara mereka ada pembesar dari Mesir, wakil-wakil dari Syam, dan
orang-orang pilihan dari Irak.”19
Dari sejumlah hadis
yang diriwayatkan di berbagai sumber Ahlusunnah, dapat disimpulkan bahwa
kemunculan beliau dan pembaiatan pada beliau terjadi setelah perdebatan
dan pertentangan di antara kabilah-kabilah Hijaz. Pada mulanya, beliau
menolak untuk menerima baiat. Beliau berkhotbah pada orang-orang yang
hendak berbaiat dan berkata,
“Celaka kalian! Berapa banyak janji yang kalian ingkari? Berapa banyak darah yang kalian tumpahkan?” 20
Teranglah,
penolakan ini adalah upaya mengembalikan perasaan-perasaan para
pembaiat mengenai tanggung jawab, mengikuti baiat, dan tugas penting
yang harus mereka terima. Hal ini serupa dengan apa yang telah dilakukan
oleh kakek beliau yaitu Imam Ali as ketika manusia menerima untuk
berbaiat kepada beliau setelah terbunuhnya Utsman.
Dari
beberapa hadis lainnya, dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan
pendukung kemunculan Imam Mahdi as mendorong mereka untuk berbaiat
kepada Imam Mahdi as. Beliau berada di Mekkah21 kemudian memperbaharui
baiat tersebut.
Sebagian hadis yang lainnya menjelaskan
bahwa sahabat-sahabat khusus Imam Mahdi as berjumlah 313 orang yang
mereka berkumpul di Mekkah dengan cara mukjizat atau dengan cara yang
cepat dengan sarana transportasi yang maju yang dicapai pada masa
kehadiran Imam dan mereka berbaiat. 22
Pergi Menuju Kufah
dan Pembersihan Internal Imam Mahdi as bersama pasukannya bergerak
menuju Kufah sebagai titik tolak pergerakan militer23 setelah
menghentikan fitnah yang ditimbulkan oleh Sufyani dan al-Khasaf yang
mengerahkan pasukan di al-Baida. 24
Beliau mengibarkan bendera Rasulullah saw yang terpendam di Najaf Kufah.25
Para malaikat yang dulu membantu kakek beliau Rasulullah saw di peperangan Badar, kini turun untuk membantu beliau.26
Hadis-hadis
juga menyebutkan bahwa beliau bersama para sahabat dan tentara beliau
menghadapi berbagai kesulitan terutama pada tahap awal gerakan
militer,27 menghadapi peperangan yang terus berlangsung selama delapan
bulan untuk memulihkan kondisi intern. Hal ini berlangsung selama 20
tahun.28
Di sini, dapat kita perhatikan bahwa perjalanan
yang ditempuh oleh Imam Mahdi adalah perjalanan kakek beliau Imam Husain
as dalam kebangkitan dan kesyahidan beliau dari Mekkah menuju Kufah.
Kakek beliau, Sayyid asy-Syuhada Husain as, tertahan tidak bisa sampai
ke Kufah, tetapi kini keturunannya, Imam Mahdi as, mencapai tempat
tersebut. Beliau berhasil merealisasikan tujuan-tujuan revolusi pada
umat Muhammad yang dulu telah diupayakan oleh kakek beliau Imam Husain
as.
Manakala beliau memasuki Kufah, beliau mendapati tiga panji yang sedang mengalami keguncangan.29
Imam menyatukan mereka dan mencegah terjadinya keguncangan dengan dikibarkan bendera Muhammad yang tersimpan.
Imam
mencegah keikutsertaan orang-orang munafik yang tersisa dalam kota
dalam peperangan bersama pasukan beliau yang disifati dalam hadis
sebagai pasukan terbaik.30
Memasuki Baitul Maqdis dan Turunnya Al-Masih
Riwayat-riwayat
banyak menjelaskan bahwa beliau bersama pasukannya memasuki Baitul
Maqdis sebagai peristiwa penting, yaitu turunnya nabi Allah, Isa putra
Maryam, yang dikabarkan kembali dalam nas-nas Injil selain dari
riwayat-riwayat dalam kitab-kitab hadis yang diriwayatkan oleh para
perawi dari kalangan Ahlusunnah maupun Syi’ah.31 Hadis-hadis juga
menceritakan tentang shalat subuh Nabi Isa di belakang Imam Mahdi as
setelah beliau menolak mengimami shalat. Adapun sebab penolakan yang
beliau lakukan disebabkan shalat tersebut didirikan karena Imam Mahdi
as. Nabi Isa mempersilakan Imam Mahdi untuk mengimami dan beliau pun
shalat dibelakang Imam sebagai isyarat berakhirnya risalah Nabi Muhammad
saw. Hal ini sangat membantu revolusi Imam Mahdi karena dunia Barat
yang mayoritas beragama Nasrani memperhatikan hal tersebut.
Masuknya
Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat kehadirannya—ke Baitul Maqdis
jelas terjadi setelah adanya pembersihan Baitul Maqdis dari kerusakan
dan kebatilan yang dilakukan oleh orang Yahudi dan penguasaan mereka
terhadap Baitul Maqdis. Oleh karena itu, mungkin benar pendapat yang
mengatakan bahwa Imam Mahdi as memasuki Baitul Maqdis setelah dilakukan
upaya pembersihan internal sebagai pengantar untuk menghadapi musuh di
luar Islam seperti Romawi sesuai dengan ungkapan hadis dan sebagai
mukadimah untuk membuka dunia. Dari sini, dapat kita pahami rahasia
shalat Nabi Isa dan turunnya beliau bersamaan dengan masuknya Imam Mahdi
as ke Baitul Maqdis.
Pembunuhan Dajjal dan Berakhirnya Kekuasaan Budaya Matrealis
Sesungguhnya
sebagian besar hadis-hadis yang membicarakan tentang turunnya Nabi Isa
as juga menyebutkan tentang kebangkitan beliau untuk menghancurkan
salib-salib dan mengembalikan umat Nasrani dari menuhankannya.32
Kemudian,
terjadi pembunuhan terhadap Dajjal—yang merupakan simbol dari peradaban
materialis—di tangan beliau atau di tangan Imam Mahdi as atau dengan
bantuan salah seorang dari keduanya.
Dengan kembalinya
umat Nasrani dari menuhankan Nabi Isa as dan penyaksian mereka terhadap
bantuan yang beliau berikan kepada washi terakhir dari para pemimpin
Islam yang maksum, maka terbuka lebar pintu-pintu bagi mereka untuk
memeluk agama Islam—mereka termasuk penduduk bumi terbanyak—dengan
mudah. Hasil yang ditimbulkan dari hal tersebut adalah Dajjal dapat
terbunuh dengan mudah, menyelesaikan peradaban thaghut, dan membuka
dunia serta mendirikan pemerintahan Islam yang adil dan mendunia.
Dimulailah proses pembangunan dan reformasi guna mewujudkan
tujuan-tujuan para nabi.
Inilah—secara ringkas—kondisi-kondisi pokok bagi pergerakan Imam Mahdi as setelah kemunculan beliau.
Masing-masing mencakup perincian-perincian yang cukup banyak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.
Oleh karena itu, pembahasan kita lanjutkan—tetap secara ringkas—tentang kehidupan beliau setelah kemunculannya di beberapa aspek yang paling menonjol dari kekhususan-kekhususan masa tersebut.
Sejarah Imam Mahdi adalah Sejarah Kakek Beliau Rasulullah saw
Dalam hadis-hadis disebutkan bahwa perjalanan kehidupan Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat kehadirannya—berjalan seperti sejarah kehidupan kakek beliau, Rasulullah saw. Beliau bersabda,
“Aku diutus di antara dua masa jahiliah, yang terakhir lebih berbahaya dari jahiliyah pertama.”33
Beliau juga menjelaskan kepada umat tentang contoh-contoh bahaya yang lebih besar dari jahiliyah pertama. Oleh karena itu, Imam Mahdi, “Berbuat sebagaimana yang diperbuat oleh Rasulullah saw, menghancurkan sesuatu yang telah berlalu sebagaimana Rasulullah saw menghancurkan sesuatu sebelumnya. Islam akan muncul dengan wajah baru.” 34
Nabi Muhammad saw telah membicarakan mengenai keterasingan Islam setelahnya dan umat Muslim juga menukil hal tersebut.35 Imam Mahdi as menghancurkan jahiliah bentuk kedua sebagaimana kakek beliau Rasulullah saw menghancurkan jahiliah pertama. Islam kembali digandrungi setelah terasing sebagaimana diawali dengan keterasingan. Akan tetapi, terdapat perbedaan di antara kedua sejarah tersebut yang masing-masing dimiliki berdasarkan kekhususan-kekhususan yang terjadi di setiap masa. Kondisi masa inilah yang menimbulkan perbedaan dalam sejarah mereka berdua. Kita dapat perhatikan hal tersebut dalam sisi kemiliteran, hukum, pengaturan, agama, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidaklah bertentangan secara hakekat bahwa sejarah mereka berdua—shalawat dan salam Allah semoga tercurah untuk mereka—adalah satu.
Menghidupkan Sunnah dan Peninggalan-peninggalan Nabi
Gerakan reformasi Imam Mahdi ditegakkan dengan landasan menghidupkan sunnah Nabi Muhammad saw, menegakkannya yang merupakan tonggak pembangunan Islam sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, “Seorang laki-laki dari keluargaku akan berperang berlandaskan sunnahku sebagaimana aku berperang berlandaskan wahyu.”36
Beliau juga bersabda, “Dia berdiri di atas sunnahku sehingga ia tidak salah.”37
Beliau bersabda, “Seorang laki-laki dariku, namanya seperti namaku, Allah menjaganya seperti menjagaku, dan dia akan beramal dengan sunnahku.”38
Imam Mahdi adalah “menjelaskan sunnah nabi.”39
Beliau akan menyeru manusia kepada sunnah Rasulullah saw. Beliau adalah pembaharu sebagaimana pembaharu bagi Dunia Islam. Menampakkan ajaran yang tersembunyi dan disembunyikan. Beliau di namakan al-Mahdi karena beliau “memberi petunjuk manusia menuju perkara yang telah tertutupi dan masyarakat banyak tersesat karena hal itu.”40
Ketegasan dan Kasih Sayang Beliau terhadap Umat Sesungguhnya sejarah kehidupan Imam Mahdi as mengenai dirinya dan umatnya mencerminkan gambaran seorang pemimpin Islam yang idealis yang menjadikan pemerintahan sebagai sarana untuk berkhidmat pada manusia dan memberi petunjuk pada mereka. Bukan menjadi sumber pengumpulan harta benda, sarana kezaliman, dan perbudakan manusia. Beliau menghidupkan gambaran sejati tentang seorang pemimpin Islam yang telah direalisasikan sebelumnya—apapun namanya—oleh ayah-ayah beliau dan dari Rasulullah saw serta washinya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as—shalawat dan salam semoga tercurah untuk mereka. Adapun Imam Mahdi terhadap dirinya, “pakaiannya adalah pakaian yang kasar dan makanannya adalah sya’ir (gandum berkualitas rendah).” 41
Beliau adalah “peringatan dari Allah, tidak meletakkan kesulitan di atas kesulitan, tidak menghukum seseorang dalam wilayahnya (kekuasaannya) dengan cambukan kecuali sesuai dengan batasan.”42
Beliau terhadap umatnya “penuh cinta dan kasih sayang.” Beliau disifati sebagai orang yang sangat terkait dengan orang-orang miskin.43 Beliau memiliki kelapangan dada sehingga umat mendapatkan beliau sebagai penyelamat mereka. “Umat mengelilingi beliau bak lebah mengelilingi ratunya” 44 atau “bak lebah mengelilingi sarangnya.”45
Sejarah Beliau dalam Memutuskan Imam Mahdi al Muntazhar as—semoga Allah Swt mempercepat kemunculannya—adalah figur yang akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kezaliman dan kejahatan. Hal ini sesuai dengan hadis-hadis yang mutawatir. Untuk mewujudkan tugas penting ini, dibutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Oleh karena itu, beliau dalam hal ini mengikuti sejarah hidup kakek beliau, Imam Ali as, yang sangat tegas dalam menerapkan hak-hak manusia yang terzalimi dan berupaya mengembalikannya dari para perampas kendati hak itu sudah berada dalam gigitan geraham atau telah menjadi sutra sebagai maskawin. Imam Mahdi akan mengembalikan hak-hak orang-orang yang terzalimi meskipun hak itu telah ada dalam genggaman orang maka Imam akan mengambilnya dan mengembalikan kepada yang berhak.46
Imam Mahdi menerapkan keadilan sampai-sampai “orang-orang yang hidup mengharapkan orang-orang yang mati”47 yakni mereka mengharapkan orang-orang yang telah meninggal kembali agar mereka mendapatkan kenikmatan dan kebenaran atas kehadiran beliau.
Sejumlah hadis yang mulia menyebutkan bahwa Imam Mahdi as menetapkan hukum dengan hukum Nabi Sulaiman dan Nabi Daud dalam peradilan, yakni beliau menghukumi dengan ilmu laduni tanpa membutuhkan pembuktian. 48
Mungkin hal itu didasari tanggung jawab beliau untuk menerapkan keadilan yang sesungguhnya bukan keadilan semu yang terkadang dapat dibuat melalui pembuktian yang zahir, meskipun bertentangan dengan keadilan yang sesungguhnya. Inilah kenyataan yang tersebar dan sejarah Islam dan manusia menyaksikan hal tersebut. Begitu pula fakta sejarah saat ini banyak menyaksikan kenyataan-kenyataan seperti itu yang selalu berpegang pada pembuktian lahiriah yang dapat menutupi keadilan sebenarnya. Keadilan ditegaskan tetapi hanya tampilan luarnya saja. Pada akhirnya, hal ini merupakan salah satu keistimewaan masa beliau dan sesuai dengan kondisi alamiah secara umum pada masa tersebut.
Kehidupan Beliau di Hadapan Aliran dan Agama-agama Lain Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat kemunculannya—akan melenyapkan segala bentuk kesyirikan dan menyebarkan ketauhidan yang murni.
“Tidak tersisa satu bagian pun di muka bumi ini yang menyembah selain Allah dan hanya Allah-lah yang disembah di muka bumi ini. Beliau menjadikan agama seluruhnya kembali pada Allah meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya.”49 Imam Mahdi as menebarkan keimanan pada seluruh manusia dan mencegah kondisi kemazhaban.
Beliau menyatukan mazhab-mazhab Islam dan Allah memperbaiki kondisi umat serta menghilangkan perbedaan di antara aliran-aliran dengan cara menyatukan hati-hati mereka50 atas dasar Sunnah Nabi yang suci yang telah disembunyikan atau dihilangkan dari pilar-pilar Islam yang asli. Imam Mahdi seperti yang disabdakan kakekbeliau Rasulullah saw, “Sunnahnya adalah sunnahku dan dia akan menegakkan manusia atas dasar ajaran dan syariatku.”51
Dari sebagian riwayat dapat dipahami bahwa Imam Mahdi as menegakkan agama dengan mengeluarkan Taurat dan Injil yang tidak mengalami perubahan dalam sebuah gua di Antoliyah dan berhujjah dengan keduanya terhadap orang-orang yang Yahudi dan Nasrani. Beliau akan mengeluarkan perhiasan Baitul Muqadas dan hidangan Sulaiman dan mengembalikannya ke Baitul Maqdis.52 Sikap beliau tersebut didukung oleh Nabi Isa as yang dibutuhkan umat Nasrani di Romawi dan Cina53 saat beliau menolak kesetiaan orang Yahudi dan Nasrani setelah turunnya beliau. Mereka mendatangi Nabi Isa dan mengklaim bahwa mereka adalah sahabat-sahabat beliau.
Namun, Nabi Isa menolak mereka dan menjelaskan bahwa sahabatnya adalah orang-orang Muslim yang tergantung dalam kelompok al-Mahdi.54
Hal inilah yang menyebabkan orang-orang Nasrani berpaling dari menuhankan beliau. Nabi Isa as melaksanakan kewajiban haji ke Baitul Haram55 dan dimakamkan disamping makam Rasulullah saw. 56
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa Imam Mahdi mengeluarkan Taurat yang asli dari sebuah gunung di Syam dan berargumentasi dengan Taurat tersebut di hadapan orang-orang Yahudi. Sebagian besar mereka menerima.57
Kemudian, Imam Mahdi juga mengeluarkan Tabut penenang dari Bahirah Thibriyah dan meletakkan di hadapannya dan diletakkan di Baitul Maqdis. Maka, orang-orang Yahudi menerimanya dan tidak ada yang menentang kecuali dalam jumlah yang sedikit.58
Memerangi Ahli Bid’ah dan Menafikan Penyimpangan Imam Mahdi as—semoga Allah Swt mempercepat kemunculannya—menghapus segala bentuk penyimpangan dan memberantas seluruh bid’ah yang telah diwariskan kepada kaum Muslim sejak berabad-abad lamanya. Bid’ah-bid’ah yang telah menjauhkan umat Islam dari Tsaqalain dan Sunnah nabi yang murni. Hal ini merupakan tujuan kemunculan beliau.
“Allah Swt menghapus semua bid’ah melaluinya dan mematikan seluruh fitnah melalui dirinya. Allah membuka semua pintu kebenaran dan menutup seluruh pintu kebatilan.”59
Ini adalah hal pertama yang beliau lakukan. Hadis-hadis banyak menyebutkan mengenai hal tersebut seperti penghancuran istana-istana yang dibangun oleh Bani Umayah di masjid untuk menurunkan imam dari para makmumnya.60 Selain itu, beliau mengembalikan makam Ibrahim ke tempat asalnya61 dan menghancurkan segala sesuatu yang dibuat-buat di dalam masjid dan mengembalikannya pada sunnah Islamnya yang pertama yang merupakan jalan Nabi Muhammad saw.62
Sejarah Pemerintahan Imam Mahdi Imam Mahdi as—semoga Allah Swt mempercepat kemunculannya—dalam pemerintahannya memilih beberapa pembantu yang termasuk sahabat-sahabat terbaik beliau yang memiliki sifat-sifat yang mulia dan memiliki tingkatan yang tinggi, keberanian, dan keikhlasan.63
Kendatipun demikian, beliau selalu mengawasi pekerjaan-pekerjaan mereka, metode pelaksanaannya, dan memantau dengan teliti. Sesungguhnya “tanda al-Mahdi adalah giat dalam bekerja, dermawan dalam harta dan penuh kasih sayang terhadap orang-orang miskin.”64
Di masa beliau “Orang-orang yang baik akan menambah kebaikannya dan orang-orang yang jahat bertobat dari kejahatannya.”65
Imam Mahdi as sangat tegas terhadap orang-orang yang berlebihan terhadap agama dan nilai-nilai suci Islam dan terhadap orang-orang yang berusaha menyesatkan manusia. Imam mencegah mereka untuk berbuat hal seperti itu. Di antara hal-hal yang beliau tegakkan pada awal kemunculan beliau adalah memotong tangantangan penutup Ka’bah dan mempermalukan mereka di hadapan manusia agar tidak tertipu dengan mereka karena sesungguhnya mereka adalah “pencuri-pencuri milik Tuhan.”66
Kehidupan Perjuangan Beliau Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat kemunculannya—bangkit dengan pedang. Kemunculan kebangkitan beliau terjadi setelah sempurnanya hujjah dan adanya kejelasan kebenaran secara sempurna serta terbukanya seluruh pintu kebenaran dan tertutupnya pintu kebatilan. Dalam kebangkitan tersebut, terjadi mukjizat-mukjizat dan karamah-karamah yang menjadi bukti bagi mereka bahwa beliau mendapat legitimasi dari Tuhan dan mendapat pertolongan dari para malaikat yang hadir di perang Badar. Beliau memiliki gamis (pakaian) Nabi Yusuf, tongkat Nabi Musa, cincin Nabi Sulaiman, dira’u Rasulullah saw, pedang beliau, dan panji-panji beliau serta seluruh warisan para nabi. Imam Mahdi as menampakkan seluruhnya,67 menjelaskan ajaran-ajaran mereka, dan berusaha mewujudkan tujuan-tujuan ketuhanan mereka serta menegakkan keadilan langit. Dengan penjelasanpenjelasan seperti itu, tidak ada seorang pun yang bertahan pada kebatilan kecuali para penyimpang dan pembuat kerusakan yang tidak mengharapkan apa pun kecuali kerusakan, gangguan, dan kezaliman. Imam Mahdi diwajibkan menyucikan semua itu dari pemerintahan beliau.
Karena itu, dapat kita saksikan kehidupan perjuangan beliau yang tegas dan tidak kenal kompromi terhadap orang-orang yang zalim dan menyimpang. Imam tidak akan menyisakan mereka untuk tinggal di bumi dan tidak memberikan kesempatan pada mereka untuk berbuat kerusakan.
Sesungguhnya hadis-hadis yang mulia menjelaskan bahwa Imam Mahdi al-Muntazhar—semoga Allah Swt mempercepat kemunculannya—berjalan sesuai dengan perjalanan kakek-kakek beliau, yaitu Rasulullah saw dan washinya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib—shalawat
Allah untuk mereka berdua dan keluarga mereka—dalam memerangi para penyimpang dan para pembuat kerusakan.
Beliau tidak memulai peperangan kecuali kebenaran yang sesungguhnya dan agama yang suci telah beliau paparkan pada mereka68 dan berhujjah terhadap mereka dengan sesuatu yang mereka yakini. Upaya beliau tersebut dapat kita saksikan dengan mengeluarkan Taurat dan Injil. Hal ini merupakan masalah lain yang sangat penting dalam kehidupan perjuangan beliau.
Dari beberapa riwayat, dapat disimpulkan bahwa dalam perjalanan perjuangan, beliau melakukan pembersihan internal, yaitu upaya pemurnian dunia Islam dari penyimpangan sebelum memulai perjuangan melawan pihak asing. Beliau mencegah gerakan Sufyani, masuknya upaya pemandulan Islam, penakwilan orang-orang bodoh dan Nawashib yang menentang dan tersesat.69 Untuk tujuan tersebut beliau menunda peperangan terhadap Romawi sebelum menghadapi perlawanan orang-orang Yahudi kemudian Romawi, pembunuhan Dajjal, dan membuka dunia seluruhnya. Bahkan, beliau sengaja sebelum memulai upaya pembersihan internal, beliau mengatur barisan pasukan beliau, membantu mempersiapkan panglima-panglima militer yang mumpuni, mengikat mereka dengan keutamaan-keutamaan, menghilangkan kerendahan dan kelemahan para penolongnya, menguatkan hati mereka,70 memenuhinya dengan keimanan yang sejati, dengan keimanan itulah mereka berjuang, menguji dan mempersiapkan mereka71 sehingga mereka dapat bergerak untuk merealisasikan tugas-tugas penting reformasi dunia dengan tentara keyakinan yang kuat dan solid yang dihiasi dengan kesiapan berperang dan kekuatan spiritual yang dibutuhkan.
Kehidupan Imam Mahdi dari Sisi Materi Imam Mahdi as—semoga Allah Swt mempercepat kemunculannya—mempersiapkan satu sistem “kesetaraan dalam pemberian”72 yang pernah dilaksanakan di masa Rasulullah saw kemudian diubah dan diganti oleh orang-orang setelah beliau. Sebagai gantinya, mereka mengubah dengan tolok ukur-tolok ukur yang baru berdasarkan keutamaan dan tingkatan kasta. Begitu pula beliau berpegang teguh terhadap upaya yang telah dilakukan oleh kakek beliau, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, yang mengembalikan sistem kesetaraan tersebut dan diikuti putra beliau Imam Hasan as selama bulan-bulan kepemimpinan.
Setelah terbunuhnya kedua pemimpin tersebut, maka sistem kesetaraan lenyap. Mulailah pemerintahan Bani Umayah mengumpulkan harta-harta umat Islam dan mengaitkan pemberian dari baitul mal sesuai dengan kepentingan politik mereka. Mereka mengubah sistem kesetaraan menjadi sistem suap yang mencoba menarik para pembantu mereka dalam kebatilan dengan sistem tersebut atau membeli sebagian lainnya untuk diam dari kebenaran.
Imam Mahdi al-Muntazhar menjadikan baitul mal sebagai bagian yang sama di kalangan umat Islam tanpa ada perbedaan atau pengistimewaan. Seluruh umat Islam memiliki hak yang sama untuk dapat memanfaatkan salah satu nikmat Tuhan ini dan bantuan yang bermanfaat dari harta orang banyak. Imam menerapkan salah satu sisi keadilan Nabi Muhammad saw yang harus beliau tegakkan.
Hadis-hadis menjelaskan bahwa beliau melarang pemberian upeti sesuai dengan nas yang menyatakan,
“Jika Al Qaim dari keluarga kami bangkit, maka upeti-upeti akan terhapus dan tidak ada lagi upeti.”
Yang dimaksudkan dengan upeti adalah pemberian tanah-tanah garapan pertanian atau lain-lainnya dari kekayaan dan hasil bumi kepada pemerintah agar bisa dekat dengan mereka. Kondisi ini tampak jelas terjadi setelah wafat Rasulullah saw khususnya pada masa khalifah ketiga dan lebih khusus lagi pada masa dinasti Bani Umayah.
Beberapa hadis banyak membicarakan tentang sejumlah pemberian Imam Mahdi as yang diungkapkan sebagai satu tanda istimewa bagi beliau. Beliau “penebar harta benda” ketika ada seseorang yang meminta kepada beliau. Hal ini merupakan isyarat kedermawanan beliau dan melimpahnya keberkahan serta kebaikan pada masa beliau. Kendatipun demikian, hal itu juga menerangkan satu poin penting lainnya dalam kehidupan perekonomian beliau, yaitu memperkaya manusia dari sesuatu yang dibutuhkan, menyejahterakan kehidupan mereka yang memungkinkan bagi mereka untuk taat beribadah dan melakukan perbaikan diri maupun sosial.
Berdasarkan penjelasan di atas, sesungguhnya sisi materi terkait dengan tugas penting beliau dalam perbaikan dan membangun masyarakat bertauhid yang murni dalam penghambaan pada Allah Swt. Yang dimaksudkan dari itu semua adalah memenuhi kebutuhan dan menghapus segala akibat yang ditimbulkan dari kekurangan.
Gambaran Umum Pemerintahan Imam Mahdi Menurut Nas Syariat
Pada kali ini, kita sampai pada akhir pembahasan yang dalam hal ini kami akan menyampaikan secara ringkas gambaran yang disampaikan nas-nas syariat mengenai pemerintahan Imam Mahdi as.
Pemerintahan Imam Mahdi as berdiri untuk mencegah krisis yang sangat lama yang terjadi pada kehidupan manusia dan mencegah kezaliman dan kejahatan yang telah memenuhi bumi sebagai hasil dari pemerintahan thaghut yang didasari oleh hawa nafsu dan syahwat serta materialisme. Hal itu dapat terwujud setelah penantian yang cukup lama saat kemunculan Imam Mahdi as. Disebutkan dalam hadis,
“Allah Swt melapangkan umat maka beruntunglah orang-orang yang menjumpai masanya.” 73
Allah Swt mewujudkan umat Muslim bagi manusia secara keseluruhan, mewujudkan kebutuhan-kebutuhan fitrah yang suci dan menghapus kesyirikan serta membentuk sebuah masyarakat bertauhid, menyembah Allah Swt, memerintahkan pada kebaikan dan mencegah kemungkaran; selain itu, Dia juga membentuk masyarakat yang selalu bersegera menuju pada kebaikan pada sesuatu yang membantunya menuju pada kesempurnaan dan peningkatan spiritual.
Bumi mengeluarkan keberkahan begitu pula langit. Apa pun yang dihasilkan manusia tidak hanya kekayaan materi tetapi juga pengayaan. Dalam sebuah hadis disebutkan,
“Allah Swt memenuhi hati umat Muhammad saw dengan kekayaan dan berupaya mencapai keadilan.”74
Yakni membebaskan mereka dari dampak buruk yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan materi yang terbatas. Imam Mahdi as yang membebaskan umat Islam dari kehinaan mengikuti kesesatan dan penyimpangan sebagaimana yang dijelaskan nas hadis,
“…melalui beliau kehinaan akan terlepas dari leher mereka.”75
Masyarakat dibebaskan dari kehinaan kehidupan kebinatangan dan ketundukan terhadap keburukan hawa nafsu kemudian dibukakan pintu-pintu kesempurnaan bagi manusia, tangga-tangga pencapaian spiritual. Pada masa itu, terjadi perkembangan pemikiran spiritualitas yang tinggi seperti yang digambarkan oleh Imam Muhammad Baqir as yang berkata,
“Jika al-Qaim dari keluarga kami bangkit, Allah Swt meletakkan tangannya di atas kepala-kepala hamba-Nya maka akal-akal mereka tergabung dan dengan beliau moralitas mereka mencapai kesempurnaan.”76 Hal yang membantu terwujudnya kondisi tersebut—selain faktor penting dan pokok seperti yang telah disebutkan—adanya faktor kedua berupa perkembangan yang mereka saksikan pada masa itu.
Hal ini diisyaratkan oleh Imam Ja’far Shadiq as berikut, “Sesungguhnya al-Qaim dari kami jika beliau bangkit, Allah Swt membantu Syi’ah kami dalam pendengaran dan penglihatan mereka sehingga tidak terjadi jarak antara mereka dan al-Qaim.
Ketika al-Qaim berbicara pada mereka, mereka mendengarkannya dan menyaksikan beliau sementara al-Qaim tetap berada di tempatnya.”77
Mungkin hal itu terjadi melalui sarana gaib yang melalui sarana tersebut mereka mampu berhubungan dengan Imam sesuai tingkatan spiritual yang mereka miliki.
Kendati hal itu telah menjadi sebuah kemungkinan pada tingkatan yang terbatas di masa sekarang, seperti melalui sarana komunikasi yang berkembang saat ini. Akan tetapi, yang ditekankan—berdasarkan hadis—bahwa banyak hakikat dan masalah-masalah gaib tampak pada masa pemerintahan Imam Mahdi as. Hal itu mendorong sejumlah besar orang mukmin untuk mencapai tingkatan tertinggi dari pengenalan terhadap rahasia-rahasia kegaiban dan ilmu kitab, melampaui sebab-sebab dan aturan alamiah serta masih banyak lagi fenomena yang pada hari ini kita sebut sebagai mukjizat yang luar biasa.78
Dengan dipenuhinya seluruh aspek penyempurnaan materi dan spiritual, pemerintahan Imam Mahdi membangun sebuah masyarakat yang bertauhid yang menyembah Allah Swt dengan keikhlasan. Karena itu, jalinan keterkaitan keimanan semakin erat dan dikuatkan dengan adanya bara’ah (berlepas diri) dari “orang-orang yang lebih kuat jalinan hubungannya pada ternak dibanding saudara seimannya” seperti “mengambil keuntungan atas orang mukmin adalah riba.”79
Bahkan pada masa itu, aktivitas perdagangan merupakan ibadah yang murni hanya untuk Allah Swt karena aktifitas itu dilakukan dengan tujuan berkhidmat kepada hamba Allah.
Imam Ali as berkata dalam sebuah hadis mengenai sifat menyeluruh pemerintah Imam Mahdi as. Imam Ali berkata,
“Allah Swt membantunya dengan malaikatmalaikat-Nya, menjaga para penolongnya. Allah menolong imam dengan tanda-tanda-Nya, menampakkannya pada penduduk bumi sehingga mereka mengikutinya baik dengan sukarela maupun terpaksa. Beliau memenuhi bumi dengan keadilan, cahaya, dan bukti nyata. Dia memaparkan agama pada seluruh negeri sehingga tidak ada seorang kafir yang tersisa kecuali dia beriman, tidak ada penjahat kecuali menjadi manusia yang baik, binatang-binatang buas jadi jinah, bumi mengeluarkan berkahnya, langit pun menurunkan berkahnya.
Nampak baginya al-kanuz, beliau berkuasa di antara dua kecemasan selama 40 tahun maka beruntunglah orang-orang yang menjumpai hari-harinya dan mendengar ucapannya.”80
Jelaslah, dalam naungan pemerintahan Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat kehadirannya—tampak bagi para penghuni alam semesta bahwa kebaikan manusia dan penyempurnaannya dari sisi materi maupun spiritual hanya dapat terwujud dalam naungan risalah langit, melalui tangan-tangan kekasih Allah yang maksum. Hal itu akan diwujudkan oleh Allah Swt melalui tangan suci kekasih Allah terakhir, pemimpin terakhir dari dua belas pemimpin, yaitu Imam Mahdi yang dijanjikan Allah kepada umat sebagaimana yang disampaikan oleh kakek beliau,
Rasulullah saw, dalam sebuah sabdanya,
“Oleh karena itu, penduduk bumi dan penghuni langit meridhainya.”81
PENCERAHAN DARI WARISAN IMAM MAHDI
Ucapan Beliau tentang Tauhid dan Menghapus Sikap Berlebihan Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Swt adalah Zat Yang Menciptakan jasad, membagi-bagikan rezeki, sesungguhnya Dia tidaklah berjasad dan juga bukan kondisi dalam jasad. Tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Adapun para imam sesungguhnya mereka memohon kepada Allah Swt kemudian diciptakan lalu memohon pada-Nya lalu diberi rezeki sebagai jawaban atas permohonan mereka dan pengagungan atas hak mereka.”82
Sebab Penciptaan dan Pengutusan Para Nabi Serta Penentuan Para Washi Beliau berkata, “Wahai Fulan, semoga Allah Swt merahmatimu, sesungguhnya Allah Swt tidak menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia, tidak membiarkannya begitu saja. Akan tetapi, Allah menciptakan mereka dengan kekuasaan-Nya, memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, hati, dan akal. Kemudian, Allah utus pada mereka para nabi sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, memerintahkan mereka untuk taat kepada-Nya, mencegah mereka bermaksiat kepada-Nya, mengajarkan mereka sesuatu yang mereka tidak ketahui dari penciptaan mereka dan agama mereka. Allah menurunkan pada mereka kitab-kitab, mengutus pada mereka para malaikat yang menjumpai mereka dan orang-orang yang diutus kepada mereka dengan keutamaan yang Allah Swt berikan kepada mereka sebagai bukti pada manusia. Allah Swt memberi mereka sesuatu yang merupakan bukti yang nyata, argumentasi yang jelas, dan tanda-tanda yang sangat bernilai.
Di antara mereka (para nabi), Allah merubah api menjadi dingin dan sejuk, dijadikan kekasih-Nya. Di antara mereka, ada yang diajak berbicara dalam satu pembicaraan, Allah mengubah tongkatnya menjadi ular yang nyata. Di antara mereka, ada yang menghidupkan orang mati dengan izin Allah, menyembuhkan kusta dan lepra dengan izin Allah. Di antara mereka, mengetahui bahasa burung, diberikan segala sesuatu. Kemudian, Allah mengutus Muhammad saw sebagai rahmat bagi seluruh alam, menyempurnakan nikmat-Nya, mengakhiri para utusan-Nya, dan beliau diutus bagi seluruh manusia, menampakkan dari kebenaran-Nya sesuatu yang ditampakkan,menjelaskan ayat-ayat-Nya dan tanda-tanda-Nya sesuatu yang perlu dijelaskan. Kemudian, Allah Swt memanggilnya dengan penuh pujian sebagai sebuah kehilangan dan merupakan kebahagiaan.
Kemudian, perkara setelah beliau diserahkan kepada saudaranya, anak pamannya, washinya, dan pewaris dirinya, yaitu Ali bin Abi Thalib as. Kemudian, pada para washi dari putra-putranya satu demi satu. Mereka menghidupkan agama-Nya, menyempurnakan cahaya-Nya, dan menjadikan antara mereka dan saudara-saudara mereka dari keturunan paman mereka dan seterusnya sebagai pemisah yang nyata. Dengan ini diketahui bukti dan sesuatu yang dibuktikan, imam dan makmum. Allah menjaga mereka dari dosa, melindungi mereka dari segala cela, menyucikan mereka dari kehinaan, membersihkan mereka dari segala kerendahan. Allah menjadikan sebagai gudang ilmu-Nya, tempat penitipan hikmah-Nya, penjaga rahasia-Nya. Allah menguatkan mereka dengan bukti-bukti. Andaikan tidak demikian, maka sesungguhnya manusia sama. Setiap orang mengklaim diperintah oleh Allah Swt dan tidak diketahui antara hak dan kebatilan serta tidak dapat dibedakan antara orang yang mengetahui dan yang tidak mengetahui.”83
Kedudukan Para Imam
Imam Mahdi as berkata, “Yang diwajibkan atas kalian dan bagi kalian hendaknya mengatakan, ‘Sesungguhnya kami adalah figur dan pemimpin dari Allah, khalifah Allah di atas muka bumi, pengaman-pengaman-Nya atas ciptaan-Nya, bukti-bukti Allah di negeri-Nya. Kami mengetahui yang halal dan yang haram, mengetahui takwil al-Quran dan fashlul khitab.’” 84
Sistem Imamah dan Bumi Tidak Pernah Kosong dari Hujjah
Dalam risalah beliau kepada wakil khusus beliau yaitu al-Amri dan putranya, beliau berkata,
“Semoga Allah Swt memberi taufik kepada kalian berdua untuk taat kepada-Nya, memantapkan kalian dalam agama-Nya dan membahagiakan kalian dengan keridhaan-Nya. Telah sampai kepada kami apa yang kalian sebutkan bahwa Maitsam memberitahukan kalian berdua mengenai Mukhtar dan perdebatannya bersama orang yang dia jumpai serta pembuktiannya bahwa tidak ada pengganti (imam) selain Ja’far bin Ali dan dia pun membenarkannya. Aku memahami apa yang kalian tulis tentang ucapan sahabat-sahabat kalian mengenai dirinya. Aku berlindung pada Allah dari kebutaan setelah kejelasan, dari kesesatan setelah petunjuk, dan aku berlindung dari segala perbuatan buruk, kejahatan fitnah. Sungguh Allah Swt berfirman,
‘Alif lam mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka ditinggalkan begitu saja lalu berkata, ‘Kami beriman.’ sementara mereka belum diuji.’85
Bagaimana mereka bisa terjerumus dalam fitnah, meragukan dalam kebingungan, mencari pegangan ke kanan dan ke kiri, meninggalkan agama mereka, apakah karena mereka ragu, ataukah menolak kebenaran, apakah mereka tidak mengetahui riwayat-riwayat yang benar dan hadis-hadis yang sahih, ataukah mereka mengetahui semua itu namun mereka melupakannya, tidakkah mereka mengetahui bahwa bumi tidak pernah kosong dari hujjah baik yang tampak maupun tersembunyi.
“Apakah mereka tidak mengetahui kepemimpinanpemimpin-pemimpin mereka setelah nabi mereka satu demi satu sehingga perkara tersebut dikembalikan kepada Allah setelah berlalu Hasan bin Ali as.
Kemudian, menduduki kedudukan ayah-ayahnya, memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Mereka adalah cahaya yang terang benderang, kilat yang berkilau, purnama yang bersinar. Kemudian, Allah memilih bagi-Nya sesuatu yang ada di sisi-Nya, maka dia pun berjalan di atas tuntunan-tuntunan ayah-ayahnya sebagai pasangan atas janji yang dijanjikan, wasiat yang diwasiatkan kepada washinya. Lalu Allah menutupinya dengan tujuan menyembunyikan tempatnya dengan qadha yang telah berlalu dan qadar yang tetap. Kamilah tempat-Nya, dan pada kami keutamaan-Nya.
Andaikan Allah Swt mengizinkan pada sesuatu yang sebelumnya dilarang, menghapus sesuatu yang terjadi dari hikmah-Nya, maka kalian akan melihat kebenaran tampak dalam bentuk mulianya, jelas pembuktiannya, terlihat tanda-tandanya. Dia enggan untuk hal itu namun tetap berhujjah dengannya.
Sungguh kekuasaan Allah tidak terkalahkan, kehendak-Nya tidak bisa ditolak, taufik-Nya tidak dapat didahului. Apa yang mereka serukan tidak lain adalah mengikuti hawa nafsu. Mereka hendak menegakkan keaslian mereka yang sebelumnya ada pada mereka, tidak membahas apa yang tertutupi dari mereka, lalu mereka berbuat dosa. Rahasia Allah tidak akan disingkap oleh mereka sehingga mereka menyesal. Saat itu, mereka mengetahui bahwa kebenaran bersama kami dan ada pada kami. Tidak mengatakan hal itu selain kami kecuali para pembohong dan tidak mengklaim hal itu selain kami kecuali penyesat. Mereka memotong perkataan kami tanpa menafsirkannya, mencukupkan diri mereka hanya dengan memaparkan tanpa menjelaskan. Insya Allah.”86
Ketakwaan pada Allah dan Keselamatan dari Fitnah Imam Mahdi as dalam risalah kedua beliau kepada Syekh Mufid yang merupakan salah satu risalah yang dikeluarkan oleh beliau pada masa kegaiban panjang.
Beliau menulis,
“Hendaknya Allah menjagamu dengan kedua mata-Nya yang tidak pernah tidur, ketika kamu menghadapi fitnah yang mencaci maki jiwa-jiwa suatu kaum yang menginginkan kebatilan dan penghancuran orang-orang yang berbuat kebatilan dan orang-orang mukmin berusaha menghancurkannya, para pendosa merasa sedih dengan hal itu. Tanda gerakan kami dari pengotoran ini adalah sebuah peristiwa di Masjidil Haram yang agung dari noda orang-orang munafik dan pendosa. Orang-orang menghalalkan darah yang diharamkan untuk ditumpahkan, mereka mendiamkan tipu daya mereka terhadap orang-orang beriman. Namun, tujuan mereka berupa kezaliman dan permusuhan terhadap orang beriman tidak pernah tercapai. Karena kami menolong mereka dari balik (di belakang) mereka dengan doa yang tidak terhalangi dari Zat pemilik bumi dan langit. Hati para kekasih kami tetap tenang dengan kondisi itu, mereka memiliki pegangan yang cukup menghadapi hal itu, kendati fitnah tertuju pada mereka. Akibat sesuatu merupakan ciptaan Tuhan semuanya menjadi pujian bagi mereka dan orang-orang yang dicegah dari dosa mereka tidak menjauh dari hal itu.
“Kami berjanji padamu wahai kekasih yang ikhlas dan penuh perjuangan pada kami, untuk menjagamu dari orang-orang zalim. Allah menguatkanmu dengan pertolongan-Nya sebagaimana Allah menguatkan para kekasih-Nya yang saleh di masa terdahulu.
Sesungguhnya siap yang bertakwa dari saudara-saudaramu seagama dan mengeluarkan sesuatu yang menjadi kewajibannya pada orang-orang yang berhak, maka dia terselamatkan dari fitnah yang menyesatkan, sisi-sisi gelap kezaliman. Siapa yang bakhil (pelit) di antara mereka atas nikmat yang Allah titipkan kepadanya terhadap orang-orang yang hendaknya dihubungkan, maka dia sengsara karena hal itu baik di dunia maupun di akhirat. Andaikan syi’ah-syi’ah kami—semoga Allah memberi taufik pada mereka untuk taat kepada-Nya—bersatu hati mereka untuk memenuhi janji atas mereka, maka janji perjumpaan dengan kami tidak akan lama….”87
Penjagaan Beliau terhadap Orang Muslim
Imam Mahdi as berkata,
…Sesungguhnya kami memiliki pengetahuan tentang berita-berita kalian. Tidak terlewati sesuatu apa pun dari kami tentang kabar kalian. Pengetahuan kami berkenaan dengan kehinaan yang menimpa kalian telah kami miliki sejak banyak orang condong pada kalian sampai salaf shalih (orang-orang terdahulu) jauh sebelumnya. Mereka melakukan perjanjian di balik punggung mereka seakan-akan mereka tidak mengetahuinya.
“Sesungguhnya kami tidak penah lalai untuk menjaga kalian, tidak pula lupa untuk mengingat kalian. Andaikan tidak demikian, maka turun pada kalian panji-panji dan para musuh menyerah pada kalian. Oleh karena itu, bertakwalah pada Allah Swt dan kehadiran kami mengeluarkan kalian dari fitnah yang telah menyesakkan kalian, menghancurkan siapa yang tiba ajalnya dan dilindungi siapa yang mendapatkan harapannya. Sesungguhnya fitnah itu memerintahkan untuk menghentikan gerakan kami, membuat kalian tidak peduli terhadap perintah dan larangan kami. Sesungguhnya Allah Zat yang menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya.”88
Persiapan yang Terus Menerus untuk Kemunculan
Imam Mahdi as berkata, “Hendaknya setiap orang di antara kalian berbuat sesuatu yang mendekatkan kecintaan kepada kami, menjauhkan diri dari hal-hal yang kami tidak sukai dan kami benci. Sesungguhnya perkara kami adalah perkara yang mendadak saat tobat tidak lagi berguna dan penyesalan tidak dapat menyelamatkannya dari azab kami. Sungguh Allah telah mengilhamkan pada kalian perkembangan dan lemah lembut terhadap kalian dengan memberikan taufik dan rahmat-Nya pada kalian.”89
Contoh-contoh Jawaban Ringkas Beliau Di antara jawaban ringkas beliau atas pertanyaan Ishaq bin Ya’qub adalah sebagai berikut,
“Adapun hal yang Anda tanyakan, semoga Allah memberimu petunjuk dan memantapkan dirimu dari hal pengingkaran terhadapku dari keluarga kami, anak dari paman kami. Ketahuilah, tidak ada kedekatan antara Allah dan seseorang. Siapa yang mengingkariku, bukanlah termasuk golonganku. Jalan yang dia tempuh adalah jalan putra Nuh.
Adapun jalan pamanku Ja’far dan putranya, adalah jalan saudara-saudara Yusuf …
“Adapun harta-harta kalian, kami tidak menerimanya kecuali untuk kalian sucikan, siapa yang ingin menghubunginya atau memutusnya silahkan…Adapun kemunculan al-faraj (kelapangan), sesungguhnya hal itu kembali pada Allah Swt.
Pembohong orang yang menetapkan waktu…
Adapun sesuatu yang kalian sampaikan pada kami, hal itu tidak kami terima kecuali untuk sesuatu yang baik dan suci… perbanyaklah doa untuk memohon disegerakan al-faraj. Sesungguhnya pada masalah tersebut terdapat kelapangan kalian….”90
Contoh-contoh Doa dan Ziarah Beliau Salah satu doa beliau untuk orang-orang mukmin secara umum adalah sebagai berikut,
“Ya Allah, dengan hak orang-orang yang bermunajat kepada-Mu, dengan hak orang-orang yang berdoa kepada-Mu di daratan maupun dilautan, berikan kekayaan dan kecukupan pada orang-orang mukmin laki-laki dan wanita yang fakir. Berikan kesehatan dan kesembuhan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan wanita yang sedang sakit. Karuniakan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan wanita yang masih hidup, kasih sayang dan kemuliaan. Limpahkan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan wanita yang sudah meninggal, pengampunan dan rahmat-Mu.
Kasihanilah orang-orang mukmin laki-laki dan wanita yang terasing, dengan mengembalikan mereka ke tempat asal mereka dengan penuh keselamatan dan mendapatkan kekayaan. Dan dengan keutamaan Muhammad saw dan seluruh keluarganya.”91
Di antara doa beliau ketika membaca doa qunut adalah sebagai berikut,
“Aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu yang dengannya Engkau ciptakan makhluk-Mu, Engkau beri rezeki sesuai kehendak-Mu dan sesuai keinginan mereka. Wahai Zat yang hari-hari dan malam-malam tidak mengubah-Nya, aku berdoa kepada-Mu dengan doa yang disampaikan oleh Nuh ketika dia berdoa kepada-Mu, kemudian Kau selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dan Kau hancurkan kaumnya. Aku memohon kepada-Mu dengan permohonan yang disampaikan kekasih-Mu Ibrahim ketika dia memohon kepada-Mu kemudian Kau selamatkan dia, Kau jadikan api dingin dan sejuk kepadanya. Aku memohon kepada-Mu dengan permohonan yang disampaikan Musa al-Kalim saat dia memohon kepada-Mu dan Kaubelah lautan sehingga dia selamat dan begitu pula Bani Israil. Kau tenggelamkan Firaun dan kaumnya di tengah-tengahnya. Aku memohon kepada-Mu dengan permohonan yang disampaikan Isa ruh-Mu saat dia memohon kepada-Mu dan kau selamatkan dia dari musuh-musuhnya dan mengangkatnya kembali kepada-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan permohonan yang disampaikan kekasih-Mu, manusia pilihan-Mu, dan nabi-Mu Muhammad saw, kemudian Kau mengabulkannya dan menyelamatkannya dari Ahzab (kelompok-kelompok orang kafir), menolongnya dari musuhmusuh-Mu.
’’Aku memohon kepada-Mu dengan nama yang jika Engkau diseru dengan nama tersebut, maka Engkau mengabulkannya. Wahai Zat yang memiliki segala penciptaan dan pemilik perkara, wahai Zat Yang meliputi segala sesuatu dengan ilmu-Nya, wahai Zat yang memperhitungkan segala sesuatu, wahai Zat yang hari dan malam tidak mengubah-Nya, dan tidak dapaat diserupai dengan suara-suara, tidak ada bahasa yang tersembunyi dari-Nya, wahai Zat Yang tidak pernah merasa bosan dengan keluhan orang-orang yang mengeluh.
’’Aku memohon sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad ciptaan terbaik-Mu, curahkan kepada mereka shalawat terbaik-Mu. Sampaikan shalawat kepada seluruh nabi, para rasul yang telah menyampaikan petunjuk dari sisi-Mu, mengikatkan pada-Mu dengan ikatan-ikatan ketaatan. Sampaikan shalawat-Mu kepada hamba-hamba-Mu yang saleh. Wahai Zat yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, wujudkan sesuatu yang Kau janjikan kepadaku, kumpulkan kepadaku sahabat-sahabatku, beri mereka kesabaran, bantulah aku menghadapi musuh-musuh-Mu, musuh Rasul-Mu, jangan Kaupalingkan doaku, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, putra hamba-Mu, terpenjara di hadapan-Mu. Tuanku, Engkaulah yang telah menempatkanku pada kedudukanku saat ini, Engkau utamakan aku di antara sekian banyak makhluk ciptaan-Mu. Aku memohon sampaikanlah shalawat pada Muhammad dan keluarga Muhammad, semoga Kau wujudkan sesuatu yang Kau janjikan kepadaku. Sesungguhnya Engkau adalah Mahabenar dan tidak pernah mengingkari janji-janji-Mu dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”92
Shalawat Imam Mahdi kepada Nabi Muhammad saw
Imam Mahdi as bershalawat kepada Nabi Muhammad saw dalam bentuk seperti ini:
“Ya Allah, samapaikan salawat kepada pemimpin para rasul, nabi terakhir, hujjah Tuhan pengatur alam raya, yang diangkat dari perjanjian, yang terpilih dalam naungan, yang disucikan dari segala kekotoran, yang terlepas dari segala cela, pemberi harapan kemenangan, yang diharapkan syafaatnya, yang diserahi urusan dalam agama Allah…”93
Contoh Ziarah kepada Imam Mahdi sebagai berikut:
“Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, tiada tuhan selain Allah dan Allah Mahabesar, bagi Allah segala pujian, segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami pada hal ini, mengenalkan kepada kami kekasih-kekasih-Nya dan musuh-musuh-Nya. Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami taufik untuk berziarah kepada pemimpin-pemimpin kami dan tidak menjadikan kami para penentang dan pengingkar. Tidak menjadikan kami orang-orang yang berlebihan dalam mengembalikan dan tidak menggolongkan kami termasuk orang-orang yang lalai dan mengurangi.
“Salam sejahtera bagi kekasih Allah, putra kekasih-kekasih Allah. Salam sejahtera bagi pemilik kemuliaan Allah, penentang musuh-musuh-Nya. Salam sejahtera bagi cahaya yang ingin dipadamkan oleh orang-orang kafir. Namun, Allah enggan kecuali menyempurnakan cahaya-Nya dengan ketidaksukaan mereka, memperpanjang kehidupannya sehingga kebenaran ditampakkan melalui kedua tangannya. Aku bersaksi sesungguhnya Allah telah memilihmu pada saat kecil dan menyempurnakan ilmunya ketika dewasa. Aku bersaksi bahwa engkau hidup belum meninggal, sehingga kau hancurkan penguasa zalim dan pemerintah thaghut.
“Ya Allah, sampaikan shalawat kepadanya, pada para pembantu dan penolongnya dalam kegaibannya dan ketersembunyiannya. Ya Allah, tutupi dia dengan tirai kemuliaan, berikan baginya tempat perlindungan dan penjagaan. Ya Allah kuatkan balasan-Mu pada para penentangnya, kuatkan penjagaan-Mu pada para pengikutnya dan penziarahnya. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah menjadikan hatiku selalu mengingatnya, maka jadikan senjataku terkenal dalam membantunya.
Ya Allah jika kematian yang Kaujadikan sebagai sebuah kepastian terhadap hamba-hamba-Mu, ketentuan yang Kau tetapkan pada makhluk-Mu menghalangiku untuk berjumpa dengannya, maka utuslah aku saat kemunculannya, bangkitkan aku dari kuburku dengan mengenakan kafanku, sehingga aku dapat berjuang bersamanya, dalam barisannya yang Kaupuji orang-orang yang berada di dalamnya dalam kitab-Mu, ‘Mereka bagaikan bangunan yang tersusun rapi.’
“Ya Allah, penantian begitu panjang, para pendosa telah mengelilingi kami, kemenangan sulit kami raih. Ya Allah, tampakkan wajah kekasih-Mu yang indah kepada kami dalam kehidupan kami. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk kembali, di hadapan pemilik makam ini, al-Ghauts, al-Ghauts, al-Ghauts. Wahai Shahib az-Zaman, aku telah memutus persahabatan untuk dapat sampai kepadamu. Aku berhijrah dari negeriku untuk dapat berziarah padamu. Aku sembunyikan urusanku dari penghuni negeri agar kau dapat menjadi pemberi syafaatku di sisi Tuhanmu dan Tuhanku. Begitu pula ayah-ayahmu secara terus menerus dalam taufik kebaikan. Pemuasan kenikmatan terhadapku, satu bentuk kebaikan bagiku.
“Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, sahabat-sahabat kebenaran, pemimpin-pemimpin makhluk ciptaan, kabulkan doa yang aku panjatkan, berikan padaku sesuatu yang tidak sempat aku utarakan dalam doaku. Dari kebaikan agamaku dan duniaku. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mahamulia. Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang suci.”
Kemudian, masuklah ke dalam dan lakukan shalat dua rakaat. Lalu berdoa,
“Ya Allah, inilah aku hamba-Mu yang berziarah di hadapan kekasih-Mu yang diziarahi. Kau wajibkan ketaatan terhadapnya pada para budak maupun orang merdeka. Engkau angkat kekasih-kekasih-Mu dari siksa neraka melaluinya. Ya Allah, jadikan ziarah ini, ziarah yang dapat diterima, terdapat permohonan yang diijabah dari orang yang membenarkan kekasih-Mu dan tidak mengingkarinya. Ya Allah, jangan Kaujadikan ini adalah janji dan ziarah terakhirku kepadanya.
Ya Allah, jangan Kau putus keinginanku untuk menyaksikannya, menziarahi ayahnya dan kakek-kakeknya. Ya Allah, wakilkan atasku nafkahku, beri manfaat atas rezeki yang Kauberikan di dunia dan akhiratku. Begitu pula bagi saudara-saudaraku, kedua orang tuaku, seluruh keluargaku. Aku ucapkan selamat tinggal kepadamu wahai Imam, dengannya orang-orang mukmin memperoleh kemenangan dan dengan kedua tangannya orang-orang kafir dan para pendusta mendapatkan kehancuran….”94[]
Catatan Kaki:
1 Rujuk penjelasan lengkap Sayid Muhammad Isfahani mengenai masalah ini dalam kitabnya Mikyal al-Makârim, jil.2, hal.160 dan
setelahnya.
3. Al-Irsyad, Syekh Mufid, jil.2, hal.368-370.
4.
Untuk penjelasan lebih luas mengenai tingkatan kepemimpinan yang
ditekankan ini, silahkan merujuk pada penjelasan Sayid Syahid Muhammad
Baqir Shadr dalam buku beliau Tarikh Ghaybah Kubra, hal. 247 dan
setelahnya.
5. Bihâr al-Anwâr, jil.60, hal.213; Tarikh Qum, Hasan
bin Muhammad Qummi, No.3, hadis 22 dan 23, dan dalam Muntakhab al-Atsâr,
hal.263 dan 443.
6. Tafsir Qurthubi, jil.8, hal.12; Tfsir
Al-Kabir, jil.16, hal.40. Riwayat-riwayat dari jalur Ahlulbait, sangat
banyak yang menjelaskan bahwa janji itu terwujud khusus pada masa Imam
Mahdi as yang dijanjikan.
7. Tafsir Al-Kabir, jil.6, hal.40.
8. Tafsir al-Mîzân, jil.14, hal.329-331.
9.
Allamah Thabatabai mempertanyakan pendapat-pendapat lainnya yang
disampaikan para ahli tafsir yang beliau nukil dalam kitab tafsir beliau
Al-Mîzân. Beliau menegaskan adanya ketidaksesuaian pendapat ahli tafsir
lainnya dengan makna yang ditunjukkan oleh ayat yang tidak mungkin
dapat ditafsirkan kecuali dengan pemerintahan Imam Mahdi as.
10. Tafsir al-Mîzân, jil.18, hal.286-289.
11. Tarikh Ghaybah Kubra, hal.233 dan setelahnya.
12.
Tafsir al-Mîzân, jil.5, hal.366-400. Rujuk Tafsir Syekh As’ad Buyudhi
Tamimi mengenai ayat tersebut dalam kitabnya Zawal Israil Hatmiyah
Quraniyah, hal.120-124.
13. Al-Irsyâd, Syekh Mufid, jil.2, hal.379
dan dinukil dari kitab tersebut pada kitab al-Fushûl al- Muhimmah,
hal.302; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.514.
14. Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.496.
15.
Tahdzib al-Ahkam, Syekh Thusi, jil.4, hal.300 dan 333; Iqbal al-A’mal,
Sayid Ibnu Thawus, hal.558; Kamaluddin, hal.653; Al-Ghaybah, Syekh
Thusi, hal.274; ‘Aqd ad-Durar, Muqaddasi asy-Syafi’i, hal. 65; Al-Burhân
fî ‘Alamat Mahdi Akhir az-Zaman, Muttaqi Hindi, hal.145.
16. Al-Burhân, Muttaqi Hindi, hal.144.
17. Tafsir al-‘Iyasyi, jil.1, hal.65; Ikhtishash, Syekh Mufid, hal.256.
18.
Al Mulahim wa al-Fitân, Na’im bin Hammad, hal. 95; ‘Aqd ad-Durar,
hal.145; Al Burhan, Muttaqi Hindi, hal.141; Al-Hawi Li al-Fatâwa
al-Haditsiyah, jil.2, hal.71; Al-Lawa`ih, Sufarini, jil.2, hal.11.
19 Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hal.284. Diriwayatkan pula dalam Bihâr al-Anwâr, jil.52, hal.334; Itsbat al-Hudat, hal.517-518.
20.
Mustadrak, Hakim, jil.4, hal.503; Al-Qaul al-Mukhtashar, Ibnu Hajar,
hal.18; Al-Burhân, Muttaqi Hindi, hal.143; ‘Aqd ad-Durar, hal.109;
Mu’jam Âhâdits al-Imâm al-Mahdi as, jil.1, hal.449.
21. Fitan, Ibnu Hammad, hal. 83-84; Al Hawi li al-Fatâwa, jil.2, hal.67; Al-Burhan, hal.118.
22. Ghaybah, Nu’mani, hal.315; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.453.
23. Bihâr al-Anwâr, jil.52, hal.308; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal. 583, 527, dan 493.
24.
Tafsir Thabari, jil.22, hal.72; Tadzkirah, Qurthubi, jil.2, hal.693;
Sunan ad-Darimi, hal.104; Musnad Ahmad, jil.6, hal.290; Shahih Muslim,
jil.4, hal.2208; Sunan Abu Daud, jil.4, hal.108; Sunan Ibnu Majah,
jil.2, hal.1351; Sunan Turmudzi, jil.4, hal.407; Tarikh Bukhari, jil.5,
hal.118; Sunan Nasai, jil.5, hal.207 dan hadis-hadis Khasaf terhadap
pasukan Sufyani sangat banyak dan diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis
dan lain-lain begitu pula dari jalur Ahlulbait as.
25. Tafsir Al-‘Iyasyi, jil.1, hal.103; Ghaybah, Nu’mani, hal.308; Kamaluddin, hal.672.
26. Tafsir Al-‘Iyasyi, jil.1, hal.197; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.549.
27. Al-Ghaybah, Nu’mani, hal.297.
28.
Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.469. Bandingkan dengan masa pertama riwayat
dari Ibnu Hammad pada halaman 120 yang mengatakanbahwa upaya
pembersihan ini terjadi selama 20 tahun.
29. Al Irsyad, hal.362; Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hal.280.
30. Dalâil al-Imâmah, hal.241; Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hal.283.
31.
Shahih Bukhari, jil.4, hal.305; Shahih Muslim, jil.1, hal.136; Tarikh
Bukhari, jil.7, hal.233; Sunan Ibnu Majah, jil.2, hal.1357; Sunan
Turmudzi, jil.4, hal.512; Shahih Bukhari, jil.3, hal.107; Fitan, Ibnu
Hammad, hal.103 dan kitab-kitab lainnya yang meriwayatkan dari dua jalur
Sunnah dan Syi’ah.
32. Ad-Durr al-Mantsur, Suyuthi, jil.2, hal.350.
33. Amali, Syajari, jil.2, hal.77.
34. Ghaybah, Nu’mani, hal.232; ‘Aqd ad-Durar, Muqaddasi Syafi’i, hal.227; Tahdzib al-Ahkam, jil.6, hal.154.
35.
Musnad Ahmad ibn Hanbal, jil.1, hal.184; Shahih Muslim, jil.1, hal.130;
Sunan Ibnu Majah, jil.2, hal.1319; Sunan Turmudzi, jil.5, hal.18.
36 Fitan, Ibnu Hammad, hal.102; Al-Qaul al-Mukhtashar, Ibnu Hajar,hal.7; Burhan, Muttaqi Hindi, hal.95.
37. Al-Qaul al-Mukhtashar, Ibnu Hajar, hal.10; Al-Futuhat al-Makkiyyah, Ibnu Arabi, jil.3, hal.332.
38. Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.498.
39. ibid., jil.3, hal.454.
40. Sunan ad-Darimi, hal.101; Fitan, Ibnu Hammad, hal.98; ‘Aqd ad-Durar, hal. 40; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.527.
41. Rujuk Al-Kâfi, jil.1, hal.411; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.515.
42. Mulahim, Ibnu Thawus, hal.132.
43. Fitan, Ibnu Hammad, hal.98; ‘Aqd ad-Durar, hal.227.
44. Fitan, Ibnu Hammad, hal. 99; Al-Hawi, Suyuthi, jil.2, hal.77.
45. Al Burhan, Muttaqi Hindi, hal.78.
46. Fitan, Ibnu Hammad, hal.98; Al-Hawi, jil.2, hal.83; Al-Qaul al-Mukhtashar, hal.25; ‘Aqd ad-Durar, hal.36.
47. Fitan, Ibnu Hammad, hal.99; Al-Qaul al-Mukhtashar, hal.5.
48. Al-Kâfî, jil.1, hal.397; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.447.
49. Itsbat al-Hudat, jil.2, hal.410.50. Fitan, Ibnu Hammad, hal.102; Al-Awsath, Thabrani, jil.1, hal.136.
51. Kamaluddin, hal.411.
52.
Fitan Ibnu Hammad, hal 98. Sunan ………. hal. 101; Al Hawi, Suyuthi,
jil.2, hal.75. Lawa`ih as Safarayini, jil.2, hal.2; Tarikh Baghdad,
jil.9, hal. 471. ‘Aqd ad-Durar, hal.141.
53. Al-Ghaybah, Nu’mani, hal.146.
54.
Tarikh Bukhari, jil.7, hal.233; Shahih Muslim, jil.4, hal.2253;Sunan
Ibn Majah, jil.2, hal.1357. Sunan Turmudzi, jil.4, hal.512.
55. Musnad Ahmad, jil.2, hal.240; Shahih Muslim, jil.2, hal.915;Mustadrak, Hakim, jil.2, hal.595.
56. Tarikh Bukhari, jil.1, hal.263; Sunan Turmudzi, jil.5, hal.588.
57. Fitan, Ibnu Hammad, hal.98; Yanabi’ al-Mawaddah, Qanduzi,jil.3, hal.344.
58. Fitan, Ibnu Hammad, hal.99-100; ‘Aqd ad-Durar, hal.147; Qaulal-Mukhtashar, hal.24.
59. Mulahim, Sayid Ibnu Thawus, hal.32.
60. Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.506.
61. Itsbat al-Hudat, hal.527.
62. ibid., hal.516-517.
63. ibid., jil.3, hal.494.
64. Musnad Ibn Abi Syaibah, jil.15, hal.199; Sunan ad-Darimi,hal.101; Al-Hawi, Suyuthi, jil.2, hal.77.
65. Musnad Ibn Abi Syaibah, jil.15, hal.199; Sunan ad-Darimi,hal.101; Al-Hawi, Suyuthi, jil.2, hal.77.
66. Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.449 dan 455.
67.
Itsbat al-Hudat, hal.439-440, 494, 478, dan 487; Rujuk ‘Aqd ad-Durar,
hal.135; Fushûl al-Muhimmah, hal. 298; Kifayat al-Atsar,__
-Bersambung-
(Teladan-Abadi/ABNS)