Dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa Imam Mahdi as senantiasa menanti kedatangan 313 pasukannya di dekat Ka’bah. Mereka adalah orang-orang pertama yang akan membai’at beliau. Setelah mereka berkumpul, dimulailah perjuangan sang Imam. Mereka adalah pembawa bendera beliau dan orang-orang yang telah dinobatkan untuk menjadi pemimpin di seluruh penjuru dunia.
Mari kita menyimak dialog tentang 313 pasukan ini:
Penanya: “Tolong bacakan riwayat tentang 313 pasukan Imam Mahdi as.”
Alim: “Banyak sekali riwayat dengan ungkapan yang bermacam-macam tentang masalah ini. Jumlahnya sekitar puluhan hadits, yang dapat dianggap sebagai hadits yang mutawatir.
Dalam tafsir ayat ke-80 surah Huud dijelaskan bahwa nabi Luth as berkata kepada kaumnya yang zalim:
“Seandainya aku ada mempunyai kekuatan atas kalian semua atau kalau aku dapat berlindung kepada ‘rukun’ (keluarga) yang kuat (tentu aku lakukan sesuatu terhadap diri kalian).” (QS Huud:80).
Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Maksud kekuatan dalam ayat itu adalah Al Qaim, Imam Mahdi as. Adapun rukun yang kuat maksudnya adalah 313 pasukan beliau.”[1]
Dalam riwayat yang lain disebutkan, Imam Baqir as pernah berkata, “Seakan aku menyaksikan 313 pasukan itu datang dari Najaf Kufah,[2] seakan hati mereka bagai potongan baja.”[3]
Penanya: “Apakah sampai detik ini masih belum ada 313 orang yang menjadi sahabat setia Imam Mahdi as? Sehingga beliau dapat ditampakkan dan tampil menyelamatkan umat manusia?”
Alim: “313 orang itu memiliki beberapa kriteria khusus yang rasanya dunia masih belum layak untuk mempersembahkan segelintir manusia seperti mereka.”
Penanya: “Misalnya seperti apa kriteria itu?”
Alim: “Misalnya, Imam Sajjad as berkata, “Saat Imam Mahdi as berdiri mengumumkan kepada orang-orang Makkah bahwa ia adalah Al Mahdi dan meminta mereka untuk bergabung bersamanya, segerombolan musuh bangkit berusaha membunuhnya. Lalu dengan segera 313 orang berusaha menyelamatkan beliau dari bahaya.”[4]
Dalam riwayat-riwayat lainnya disebutkan pula tentang mereka: “Allah akan mengumpulkan mereka di Makkah bagai awan-awan di musim gugur.”[5] Yakni maksudnya mereka datang ke Makkah dengan cepat.
Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Seakan aku melihat Al Qaim berada di mimbar Kufah dan di kelilingi oleh 313 pasukannya, yang sejumlah dengan pasukan nabi di perang Badar. Mereka adalah para pembawa bendera dari sisi Allah untuk memimpin umat manusia di muka bumi.”[6]
Jadi, 313 pasukan itu adalah orang-orang spesial yang jika sekiranya dunia dibagi menjadi 313 bagian, mereka harus merupakan orang-orang yang layak dan mampu menjadi pemimpin di tiap bagian itu. Mereka harus memiliki perangai-perangai khusus seperti keilmuan, keberanian, dan semua nilai-nilai yang dijunjung Islam.
Menurut sebagian orang, misalnya, salah satu dari 313 pasukan itu mungkin seperti Imam Khumaini dengan segala perangai dan kriteria yang dilimilikinya, yang menjadi pemimpin untuk Iran. Itu baru satu orang. Kalau ada 313 orang seperti itu, baru kedatangan Imam Mahdi as dapat terdukung.”
Penanya: “Jadi orang-orang dengan kriteria seperti itu harus ada di muka bumi agar dapat mendukung kedatangan beliau, sebagaimana nabi yang membutuhkan dukungan dari sahabat-sahabat setianya yang pintar, berani dan cerdas. Tolong jelaskan lebih lanjut lagi, karena pembahasan ini begitu menarik.”
Alim: “Kita pernah membaca ayat 148 surah Al Baqarah yang berbunyi:
“Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian.” (QS Al Baqarah: 148)
Setelah membacakan ayat itu, Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Yang dimaksud adalah sahabat-sahabat Imam Mahdi as yang berjumlah 313 orang. Sumpah demi Allah, umat segelintir itu adalah mereka. Sungguh mereka akan berkumpul dalam sesaat, seperti awan-awan musim semi yang tertiup angin kencang hingga berkumpul di suatu tempat.”[7]
Dijelaskan juga dalam riwayat bahwa mereka akan datang ke Makkah dari pelosok kota dan desa yang jauh sekali.[8] Lalu Imam Mahdi as menanti mereka di Dzi Tuwa, suatu tempat yang tak jauh dari Ka’bah.[9] Mereka adalah orang-orang pertama yang membai’at Imam Mahdi as.[10]
Imam Sajjad as berkata, “Seakan aku melihat mereka datang dari Kufah. Jibril di sisi kanan mereka, Mikail di sisi kiri dan Israfil di depan mereka. Mereka mengibarkan bendera Rasulullah saw dan sama sekali tidak mencondongkan bendera-bendera itu ke arah musuh-musuh Allah kecuali Allah akan menghacurkan mereka.”[11]
Penanya: “Mengapa hanya lelaki yang disinggung mengenai hal ini, apakah perempuan tidak berperan sebagai pendukung beliau?”
Alim: “Masalahnya karena awal mula kebangkitan ini berkaitan langsung dengan perjuangan, pertahanan dan perang, yang identik dengan kaum lelaki. Tentu para wanita di balik medan peperangan berperan penting dalam mendukung Imam dan pasukan-pasukannya.
Bahkan ada riwayat yang secara langsung menjelaskan kehadiran para wanita sebagai pendukung beliau. Misalnya Imam Baqir as pernah berkata, “Sungguh akan datang tiga ratus dan beberapa orang pasukan yang di antara mereka ada lima puluh perempuan. Mereka datang bagai kedatangan awan-awan musim gugur.”[12]
Pernah diriwayatkan dari Mufadhal bahwa Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Ada tiga belas perempuan berasama Al Mahdi.” Mufadhal bertanya, “Apa yang dilakukan perempuan-perempuan itu?” Beliau menjawab, “Mereka mengobati orang-orang yang terluka dan merawat mereka. Sebagaimana yang dilakukan oleh para wanita di jaman nabi saat itu.”[13]
Penanya: “Bukankah sejumlah sahabat itu sedikit sekali jika kita lihat betapa besar perjuangan yang harus dijalankan oleh Imam Mahdi as?”
Alim: “Mereka adalah orang-orang spesial di permulaan perjuangan Al Mahdi as.
Dalam riwayat disebutkan: “313 orang itu adalah manusia Ilahi yang membai’at Imam Mahdi as di antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. Mereka adalah wazir beliau yang mengemban tugas amat berat negara-negara sedunia.”
Disebutkan juga: “Saat memenangkan Roma, pasukan Imam Mahdi meneriakkan takbir; dengan teriakan pertama sepertiga Roma akan dikuasai, lalu dengan teriakan kedua sepertiga lainnya pun dikuasai, lalu dengan takbir ketiga seluruh Roma bakal dikuasai.”[14]
Selain itu Imam Baqir as juga pernah berkata, “Akan ada tujuh puluh ribu hamba Allah dari Kufah yang tulus hatinya yang akan menjadi pendukung Imam Mahdi as.”[15]
[1] Tafsir Al Burhan, jilid 2, halaman 288; Itsbatul Hudat, jilid 7, halaman 100.
[2] Pada waktu itu Najaf bukanlah kota terpisah, oleh karenanya sering dikenal dengan sebutan “suatu daerah di Kufah”.
[3] Biharul Anwar, jilid 52, halaman 343.
[4] Biharul Anwar, jilid 52, halaman 306.
[5] A’yanus Syi’ah, jilid 2, halaman 84.
[6] Biharul Anwar, jilid 52, halaman 326.
[7] Nurul Tsaqalain, jilid 1, halaman 139.
[8] Itsbatul Hudat, jilid 7, halaman 176.
[9] Ibid, halaman 92.
[10] Biharul Anwar, jilid 52, halaman 316.
[11] Itsbatul Hudat, jilid 7, halaman 113; A’yanus Syi’ah, jilid 2, halaman 82.
[12] Biharul Anwar, jilid 52, halaman 233; A’yanus Syi’ah, jilid 2, halaman 84.
[13] Itsbatul Hudat, jilid 7, halaman 150 dan 171.
[14] Al Majalis As Sunniyah, Sayid Muhasin Jabal Amili, jilid 5, halaman 711, 723 dan 724.
[15] Biharul Anwar, jilid 52, halaman 390.
Post a Comment
mohon gunakan email