Dalam banya hadis, Nabi saw. bersabda bahwa Ali ibn Abi Thalib as. adalah pemilah antara penghuni surga dan neraka. Allah SWT akan memberi kehormatan bagi Imam Ali as. untuk melakukan prosesi pemilahan antara penghuni surga dan penghuni neraka. Ali as. akan mengatakan kepada surga, ‘Orang-orang ini adalah bagianmu.’ Dan berkata kepada neraka, ‘Orang-orang itu bagianmu.’
Hadis tentangnya telah diriwayatkan para ulama hadis Sunni dari banyak jalur dan mereka abadikan dalam berbagai kitab berharga karya meraka dan tidak sedikit dari jalur-jalurnya adalah shahih.
Di bawah ini saya akan sebutkan beberapa darinya.
Ibnu Hajar Al Haitami dalam ash Shawâiq-nya menyebutkan riwayat ad Dâruquthni bahwa Ali as. berkata kepada enam anggota dewan formatur yang bertugas menunjuk Khalifah bentukan Khalifah Umar, di antaranya Ali berkata, “Aku meminta kejujuran kalian atas nama Allah, adakah seorang dari kalian –selain aku- yang Nabi saw. bersabda kepadanya:
يا عَلِيُّ، أنْتَ قسِيْمُ الْجَنَّةِ و النارِ.
“Hai Ali, engkau adalah pembagi surga dan neraka.”
Dan mereka pun menjawab, ‘Tidak ada.’”
Kemudian Ibnu Hajar melanjutkan menerangkan makna hadis di atas dengan mengutip riwayat dari Imam Ali ar Ridha as. (Imam Ketujuh Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah), “Dan adalah apa yang diriwayatkan ‘Antarah dari Ali ar Ridha, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepada Ali ra.:
أنْتَ قسِيْمُ الْجَنَّةِ و النارِ، فيوم القيامة تقول للنار هذا لِي ، وهذا لكِ.
“Hai Ali, engkau adalah pembagi surga dan neraka, engkau kelak di hari kiamat berkata kepada neraka, ini milikku dan itu milikmu..”
Setelahnya ia mendukung kesahahihan hadis di atas dengan sebuah riwayat yang sangat masyhur di kalangan para ahli hadis, yaitu sabda Nabi saw. dari riwayat Abu Bakar, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
لاَ يَجُوزُ أحَدٌ الصراطَ إلاَّ مَنْ كتَبَ لَهُ عَلِيٌّ الْجَوَازَ.
“Tiada akan melewati shirath/jembatan pemeriksaan kecuali seorang yang memiliki surat jalan dari Ali.” [1]
Hadis riwayat ad Dâruquthni tentang permintaan Imam Ali as. kepada anggota dewan Syura (formatus) bentukan Khalifah Umar di atas adalah ia ambil secara sepotong dari riwayat ad Dâruquthni yang dimuat Ibnu ‘Asâkir dalam tarikh Damasqus-nya, “Ali berkata, ‘Aku akan berhujjah kepada mereka dengan sesuatu yang tidak seorang pun baik dari bangga Arab maupun ajam (non Arab) yang mampu membantahnya… (kemudian ia menyebutkan secara lengkap riwayat tersebut).
Hadis di atas juga diriwayatkan dalam kitab al Ishâbah; Ibnu Hajar al Asqallani.
Ibnu Al Maghâzili meriwayatkan dalam kitab Manâqib-nya dengan sanad bersambung kepada Imam Ali as., melalui para imam suci dari keturunan beliau, beliau berkata, “Rasulullah saw. bersabda:
إنّكَ قسِيْمُ النارِ، وَ إنّكَ تقْرَعُ بابَ الْجَنَّةِ و تدخُلُها بغَيرِ حِسَابٍ.
“Sesungguhnya engkau adalah pembagi neraka. Engkau akan mengetuk pintu surga dan memasukinya tanpa hisab.”[2]
Hadis di atas, dengan redaksi dan sanad yang sama telah diriwauaykan oleh Syeikhul Islam Al Hamawaini al Juwaini dalam kitab Farâid as Simthain,1/325, bab 59 hadis no.253 dan al Khawârizmi dalam kitab Manâqib-nya:209, Pasal 19 hadis no.3.
Sabda Nabi saw. sering disampaikan berulang-ulang oleh Imam Ali as. sebagai peringatan akan agung dan mulianya maqam beliau di sisi Allah SWT di hari kiamat! Selain tentunya sebagai bukti keutamaan beliau di atas semua sahabat yang karenanya ia lebih berhak memangku jabatan sebagai Khalifah menggantikan Nabi dalam mengurus umat!
Ibnu ‘Asâkir dalam Târîkh Damasqus-nya telah merangkum riwayat-riwayat pernytaan Imam Ali as. yang menegaskan maqam mulia beliau di atas. Demikian juga dengan para ulama besar Ahlusunnah lainnya, seperti al Kinji dalam Kifâyah ath Thâlib, Qadhi ‘Iyâdh dalam Syifâ’-nya dan Syeikh al Khaffâji dalam Syarah Syifâ’nya, Ibnu Abil Hadid al Mu’tazili asy Syafi’i dalam Syarah Nahjul Balâghah-nya dan banyak lainnya, seperti akan diketahui dari pemaparan beberapa contoh di bawah ini.
Ibnu ‘Asâkir meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada A’masy (seorang ulama dan ahli hadis agung di masanya) dari Musa ibn Tahrîf dari ‘Ubâayah dari Ali ibn Abi Thalib ra., bahwa berkata:
أنا قسِيْمُ النارِ يومَ القيامةِ، أقول: خذِي ذا ، و ذرِي ذا.
“Aku adalah pembagi neraka pada hari kkiamat. Aku katakan, ‘Ambillah ini dan tinggalkan yang ini!.” [3]
Dalam redaksi lain disebutkan:
أنا قسِيْمُ النارِ يومَ القيامةِ، أقول: هذا لِيْ، و هذا لكِ.
“Aku adalah pembagi neraka pada hari kiamat. Aku katakan, ‘Ini untukku dan itu untukmu.”[4]
Dalam redaksi ketiga:
أنا قسِيْمُ النارِ إذا كان يومُ القيامة ِقلتُ: هذا لكِ و هذا لِيْ.
“Aku adalah pembagi neraka kelah ketika kiamat tiba, aku berkata, ‘Ini untukmu dan itu untukku.”[5]
Hadis dengan redaksi ini juga dapat Anda temukan dalam Farâid as Simthain,1326 hadis no.254.
Hadis Tersebut Dalam Riwayat Para Sahabat Selain Ali as.
Hadis tersebut periwayatannya tidak terbatas pada Imam Ali as. seorang, -kendati riwayat dari beliau as. seorang sudah cukup!- Para ulama, di antaranya ad Dâruquthni telah meriwayatkan hadis di atas dari jalur Yazid ibn Syarîk dari sahabat Abu Dzarr al Ghiffâri ar., ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda:
“Ali adalah pembagi neraka, ia memasukkan para pecintanya (yang mengakui kepemimpinannya) ke dalam surga dan memasukkan musuh-musuhnya ke dalam api neraka.”[6]
Hadis serupa juga diriwayatkan ad Dailami dalam Firdaus al Akhbâr dari sahabat Hudzaifah.[7]
Keberatan Sebagian Pihak Atas Hadis Di atas.
Tentunya, sebagian pihak yang tidak menginginkan hadis-hadis keutamaan Imam Ali as. tersebar luas berusaha menghalang-halangi dengan segala cara licik agar hadis ini tidak didengar dan atau diterima keshahihannya oleh kalangan umat Islam secara meluas. Seperti biasanya, mereka berusaha mencacat keshahihan hadis keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait as. secara umum dengan mengatakan bahwa hadis-hadis itu adalah produk palsu kaum Syi’ah! Hadis ini atau itu menyebarkan aroma kultus Ali dan Ahlulbait as. atau hadis ini atau itu bertolak belakang dengan doqma mazhab resmi penguasa atau alasan-alasan lain yang tidak seharusnya dilibatkan dalam pertimbangan analisa kualitas hadis!
Hadis di atas adalah salah satu di antara yang mendapat penentangan keras dari sebagian pihak. A’masy dikecam habis karena bersikeras menyampaikan sabda Nabi saw. dan penegasan Imam Ali as.
Hasan ibn Rabî’ menuturkan, “Abu Mu’awiyah berkata, “Kami berkata kepada A’masy, ‘Jangan engkau sampaikan hadis-hadis ini!’[8] A’masy menjawab, ‘Mereka bertanya, lalu apa yang dapat aku perbuat. Terkadang aku lupa[9], jadi jika mereka bertanya kepadaku dan aku lupa, maka ingatkan aku!.’
Lalu pada suatu hari, ketika kami berada di sisinya, datanglah seorang kemudian bertanya kepadanya tentang hadis: qasîmun Nâr. Aku (Abu Mu’awiyah) berkata, ‘Maka aku berdehem (sebagai tanda peringatan). Maka A’masy berkata, “Orang-orang Murjiah ini tidak membiar aku menyampaikan hadis-hadis kautamaan Ali ra. Keluarkan mereka dari masjid agar aku bisa menyampaikannya!,”[10]
Dari kisah di atas terlihat jelas sekali bagaimana sebagian pihak melarang para ulama Islam untuk menyampaikan hadis-hadis keutamaan Imam Ali as., bahkan sampai-sampai mereka menyebarkan mata-mata untuk memantau setiap gerak-gerik para penyebar hadis-hadis keutamaan Imam Ali as. tersebut.
Mereka sangat keberatan hadis-hadis keutamaan Imam Ali as. itu disebar-luaskan karena dalam hemat mereka hadis-hadis seperti itu akan menguatkan hujjah Syi’ah… Jadi agar kaum Syi’ah dapat dilucuti dari senjata mereka maka hadis-hadis Nabi saw. tentang Imam Ali as. harus dimusnahkan!
Mereka tidak berhenti memaksa A’masy untuk tidak menyebarkan hadis-hadis keutamaan Imam Ali as. Isa ibn Yunus berkata, ’Aku tidak pernah menyaksikan A’masy tunduk melainkan hanya sakali saja. Ia menyampaikan hadis ini, bahwa Ali berkata, ‘Aku adalah pembagi neraka.’ Lalu berita itu sampai kepada (ulama) Ahlusunnah, maka mereka mendatanginya (ramai-ramai) dan berkata, ‘Mengapakah engkau masih menyampaikan hadis-hadis yang membuat kuat kaum Rafidhah[11], Zaidiyah dan Syi’ah?!’ A’masy menajwab, ‘Aku mendengar hadis itu maka aku sampaikan.’ Mereka berkata, ‘Apakah semua yang engkau dengar engkau sampaikan?! Perawi (Isa ibn Yunus) berkata, ‘Maka aku melihat dia tunduk hari itu.”[12]
Tidak berhenti sampai di sini usaha ngotot sebagian pihak yang tidak suka tersebarnya hadis-hadis keutamaan Imam Ali as… Mereka kembali mendatangi A’masy. Tetapi kali ini ketika A’masy berada di atas tempat tidurnya, di saat-saat akhir menjelang wafatnya. Mereka memaksa A’masy agar bertaubat karena telah menyebarkan hadis-hadis keutamaan Imam Ali as.
Al Hiskani meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Syarîk ibn Abdillah, ia berkata, “Aku berada di sisi A’masy ketika beliau sakit. Maka Abu hanifah, Ibnu Syubramah dan Ibnu Abi Lalâ masuk menemuinya lalu berkata kepadanya, ‘Hai Abu Muhammad, sesungguhnya engkau sekarang sedang berada di akhir kehidupan dunia dan awal kehidupan akhirat. Engkau dahulu telah menyampaikan hadis-hadis tentang keutamaan Ali ibn Abi Thalib, maka bertaubatlah darinya! Maka A’masy berkata, ‘Duduk dan sandarkan aku!’ setelah disandarkan ia berkata, ‘Abu Mutawakkil an Nâji menyampaikan hadis kepadaku dari Abu Sa’id al Khudri, ia berkata, ‘Rasulullah saw. bersbada:
“Kelak ketika hari kiamat tiba, Allah berfirman kepadaku dan kepada Ali, “Lemparkan ke dalam api neraka Jahannam setiap orang yang membenci kalian berdua. Dan masukkan ke dalam surga setiap orang yang mencintai kelian berdua. Itulah firman Allah:
ألْقِيا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيْدٍ.
“Allah berfirman; Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka jahannam semua orang yang sangat ingkar (kafir) lagi keras kepalaa.” (QS. Qâf [50];23)
Maka Abu Hanifah berkata kepada teman-temanya, ‘Pergilah dari sini, jangan sampai ia mendatangkan yang lebih keras lagi dari hadis ini!.”
Tentang tafsir ayat di atas dari riwayat sahabat Abu Said al Khudri, al Hiskâni telah meriwayatkan dengan empat sanad; hadis no.895 (hadis di atas)-898.[13]
Ulama Hadis Sunni Menshahihkan hadis Di Atas!
Memang banyak pihak yang sangat keberatan dengan hadis keutamaan Imam Ali di atas bahwa beliau adalah Qasîmul Jannati wan Nâri. Akan tetapi keberatan mereka itu tidak berdasar mengingat hadis itu telah diriwayatkan melalui jalur-jalur yang tidak sedikit dan banyak darinya shahih berdasarkan kaidah yang dibangun ulama Ahlusunnah sendiri. Banyak ulama yang menegaskan keshahihan hadis tersebut. Imam Ahmad menegaskan keshahihannya!
Al Kinji dalam Kifâyah ath Thalib-nya:22 meriwayatkan, “Berkata Muhammad ibn Manshur ath Thusi, “Kami berada di sisi Ahmad ibn Hanbal, lalu ada seorang berkata, ‘Wahai Abu Abdillah, apa pendapatmu mengenai hadis yang diriwayatkan bahwa Ali berkata, ‘Aku adalah pemilah neraka?’ Maka Ahmad berkata, ‘Apa yang kalian ingkari darinya? Bukankah kita meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda kepada Ali, “Tidak mencintaimu melainkan mukmin dan tidak membencimu melainkan orang munafik.’? Kami berkata, ‘Benar.’ Ahmad berkata, ‘Orang Mukmin di mana tenpatnya?’ Kami berkata, ‘Di surga.’ Ia berkata lagi, ‘Orang munafik di mana tenpatnya? Kami berkata, ‘Di neraka.’ Maka Ahmad berkata, ‘Jadi Ali adalah pemilah antara surga dan neraka.’”
Pernyataan Imam Ahmad di atas juga dapat Anda baca dalam kitab Thabaqât Hanâbilah; Ibnu Abi Ya’lâ an Nahafi,1/320 dan Manâqib Ali ibn Abi Thalib; al Kilâbi dicetak dibagian akhir kitab Manâqib; Ibnu Maghâzili:427 hadis no. 3.
Ibnu Abil Hadid al Mu’tazili asy Syafi’i menyebut hadis tersebut sebagai khabar mustafîdh (berita/hadis yang sangat tersohor). Ketika menerangkan hikmah ke 154 Imam Ali as. yang berbunyi: ‘Kamilah Syi’âr (pribadi-pribadi terdekat Rasulullah saw.), kamliah sahabat-sahabat, kamilah penjaga dan kamilah pintu-pintu.’ ia menerangkan, “Bisa jadi yang maksud dengannya adalah penjaga surga dan neraka. Maksudnya taiada seoranf diperkenankan memasuki surga melainkan yang datang dengan membaca keyakinan akan wilayah (kepemimpinan ilahi) kami (Ahlulbait as.). telah datang tentang Ali hadis yang tersebar dan tersohor bahwa beliau adalah pembagi surga dan neraka. Abu Ubaid al harawi berkata dalam kitab al Jam’u baina al Gharîbain bahwa para pakar bahasa Arab telah menafsirkan hadis itu dengan: Karena pecinta beliau adalah penghuni surga dan pembenci beliaau adalah penghuni neraka, maka dari sisi ini beliau addalah pembagi surga dan neraka. Abu Ubaid, ‘Dan yang lainnya menafsirkan demikian: bahwa Ali benar-benar akan membagi umat manusia menjadi dua kelompok, ia memasukkan sebagian mereka ke dalam surga dan sebagian lainnya ke dalam neraka.’ Setelahnya Ibnu Abil Hadid menegaskan, “Dan pendapat teraikhir yag disebutkan Abu Ubaid ini yang sesuai dengan hadis-hadis yang datang bahwa Ali berkata kepada neraka, ‘Ini bagianku dan itu bagiannmu.’”[14]
Jika demikian adanya, lalu apa bayangan kita tentang nasib pembenci Imam Ali as., yang memusuhinya, memeranginya, memaksa umat Islam melaknatinya setiap shalat jum’at dan pada kesempatan-kesempatan pertemuan umum lainnya?! Akankah Ali as. akan mempersilahkan mereka ke dalam surga Allah? Bukankah surga Allah hanya untuk orang-orang beriman? Bukankah pembenci Ali adalah munafik? Lalu mungkinkah kaum munafik berpindah tempat dari kerak neraka ke kenikmatan surga Allah? Pantaskkah kaum munafik bergabung dengan para nabi, para rasul, para shalihin, para syuhada’, dan kaum mukminin? Bukankah mereka pastas digabungkan bersama kaum kafir, Yahudi, Nashrani dan musykirun?
Dari keterangan di atas dan berdasarkan hadis-hadis shahih dapat ditegaskan bahwa kekasih Ali adalah kekasih Allah dan Rasul-Nya dan musuh Ali adalah musuh Alllah dan Rasul-Nya!
Rujuk:
[1] Ash Shawâiq,126, BabIX, Pasal II tentang keutamaan Imam Ali as.
[2] Manâqib,67 hadis no.97.
[3] Biografi Imam Ali as. dalam Tarikh Damasqus (dengan tahqiq Syeikh Muhammad Baqir al Mahmudi),2/243-244 hadis no.761
[4] Ibid. hadis no.672.
[5] Ibid. hadis no.763.
[6] Al ‘Ilal; ad Dâruquthni,6/273, pertanyaan no.1132.
[7] Firdaus al Akhbâr,3/90 hadis no.3999.
[8]Tentang keutamaan Imam Ali as. yang akan membuat repot ulama dalam mempertahankan doqma mazhab resmi.
[9]Sepertinya sebelumnya A’masy telah ditegur oleh rekan-rekannya agar tidak menyampaikan hadis-hadis keutamaan Imam Ali as. dan Ahlulbait as.
[10] Biografi Imam Ali as. dalam Tarikh Damasqus (dengan tahqiq Syeikh Muhammad Baqir al Mahmudi),2/243-244 hadis no.765.
[11] Data di atas mebuktikan betapa rancu konsep sebagian ulama Sunni dalam mendefenisikan apa itu Syi’ah dan apa itu Rafidhah! Sebab –dalam banyak kali mereka mencampur adukkan antara keduanya seakan tidak berbeda-.
[12] Ibid. hadis no.767. Di hadapan desakan para ulama yang datang ramai-ramai mengeroyok dan menghujat A’masy, sepertinya A’masy harus mengalah untuk sementara waktu…. Tapi yang penting bagi kita adalah bagaimana kita mampu menarik pelajaran dan ibrah dari kejadian yang menimpa A’masy, bahwa memang ada kesungguh-sungguhan dari sebagai ulama yang mengatas-namakan Ahlusunnah dalam memberantas hadis-hadis keutamaan Imam Ali as., seakan mengagungkan dan memuliakan Imam Ali as. bukan bagian dari stuktur ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah…. Semantara kenyataan tidak demikian! Ahlusunnah sangat menghormati Imam Ali dan Ahlulbait Nabi as., akan tetapi tidak jarang oknum ulama atau umara’ atau pemuka masyarakat atau bahkan kaum awam Sunni yang kurang simpatik atau bahkan menampakkan kebenciannya terhadap Imam Ali dan Ahlulbait Nabi as. Dan sangat disayangkan suaradan pemikiran mereka seringkali dalam kondisi tertentu lebih mendominasi pemikiran mayoritas penganutnya.
[13] Syawâhid at Tanzîl,2/189-191.
[14] Syarah Nahjul Balaghah,9/165, dan ketika menerangkan hikmah no. 35 ia juga menyebutkan hadis tentangnya.
Post a Comment
mohon gunakan email