Pesan Rahbar

Home » , , , » Muharam adalah Bulan duka

Muharam adalah Bulan duka

Written By Unknown on Saturday, 25 October 2014 | 20:47:00


Puasa adalah syariat agung ALLAH AWJ, Puasa adalah bentuk dari ekspressi kebahagiaan.

Namun Muharam adalah bulan duka keluarga Nabi Saww, dan tidak sepantasnya kita berpuasa (sebagai bentuk bahagia) dihari Cucu Nabi Saww di bantai dan di Hinakan..

Bagi pengikut ahlul bayt suci, amalan terbaik dihari itu adalah menahan makan dan minum tanpa berniat shaum hingga akhir ashar, dan berbuka dengan makanan sederhana, bukan dengan makanan makanan lezat demi menghormati para syuhada karbala..

Selainnya adalah membaca doa Ziarah dan berbara'ah (berlepas diri) dari Musuh musuh Imam Suci As.

--
Selama Turun temurun, berabad abad metamorfosa hadits bertebaran menutupi Duka dan cahaya Kesedihan langit atas Karbala..

Hingga Khalayak hanya kenal Puasa dari Menangis..
Lebih faham bahagia diatas duka NabiNya...

Tingkat demi tingkat pengaburan dibangun diatas faktual karbala..
semua demi menjauhkan Umat dari Wasiat Suci Nabi Saww..

Puasa Musa lebih mereka gaungkan dari Kehausan Rombongan Suci Karbala..
padahal Nabi Saww saat Tasu'a (9 Muharam) tiadalah tampak gurat bahagia di wajahnya..
Hari hari Beliau 2 bulan sebelum Beliau Wafat diisi dengan menangis dan berduka..

Madinah berduka..
Para Sahabatpun menangis pilu bada' Nabi Saww menerima Kabar dari Jibril as bahwa Cucu Nabi Tercinta akan terbunuh oleh 'mengaku' umat Rasulullah Saww di padang karbala

Nabi Musa dalam sebuah riwayat diperintahkan ALLAH AWJ tuk menjumpai Nabi Khidir As, dalam perjumpaannya Nabi Khidir As pun mula mula menjabarkan detil tentang ikhwal Karbala...

hingga keduanya pun menangis tersedu sedu..
Mereka menangis karena Cucu mereka nantinya akan dibunuh secara keji...

Riwayat lain :

Ketika usia Imam Husein mencapai dua tahun, Nabi saww keluar untuk suatu perjalanan. Sesampainya di suatu tempat, beliau berhenti dan mengucapkan "innaa lillahi wa inna ilaihi raji'un". Para sahabat bertanya tentang sebab ucapan beliau itu. Beliau menjawab, "Inilah Jibril as, memberitakan kepadaku tentang suatu tanah di tepi sungai Furat yang bernama Karbala.

Di situ akan terbunuh cucuku Husein putra Fatimah." Mereka bertanya, "Siapakah yang akan membunuhnya wahai Rasul Allah?' Beliau menjawab, "Seorang lelaki bernama Yazid. Allah tidak akan memberkatinya. Sekarang ini seolah aku menyaksikan peristiwa tersebut dan tempat ia dimakamkan. Sedangkan kepalanya telah dijadikan sebagai barang hadiah. Demi Allah, tak seorang pun yang menyaksikan kepala anakku ini, kemudian ia merasa senang akan hal itu, maka Allah akan menolak agamanya."

Setelah itu Rasul Allah saww kembali dari perjalannya dalam keadaan sedih. Kemudian beliau naik ke mimbar dan berkhutbah memberikan nasehat-nasehat. Sementara itu Husein as berada di depan beliau bersama Hasan. Setelah selesai berkhutbah, beliau meletakkan tangan kanan beliau di kepala Husein dan menengadahkan kepala ke langit, dan berkata,

"Ya Allah, aku Muhammad, hamba-Mu dan Nabi-Mu, dan kedua anak ini adalah keturunan terbaikku, buah hatiku dan pewarisku setelahku. Ya Allah, Jibril telah memberitahuku bahwa anakku ini akan terbunuh dan terhina di dunia. Ya Allah berkatilah aku dalam kematiannya, dan jadikanlah ia sebagai pemimpin para syuhada. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, janganlah Engkau berkati pembunuh dan penghinanya …

Al Nabi Saww qola : "Innal Hasana wal Husain Sayyida syababi Ahlil Jannah", Sungguh Hasan dan Husain adalah dua pemuka pemuda sorga.

Ibnu Hajar mencatat dalam kitabnya at-Tahzib riwayat Ummu Salamah : "Suatu hari Hasan dan Husain sedang bermain di rumahku, di hadapan datuknya Rasulullah saw. Tidak lama berselang, malaekat Jibril datang. Dia berkata sambil menunjuk ke arah Husain, "ya Muhammad, kelak ummatmu akan membunuh putramu ini. Mendengar itu Nabi kemudian menangis. Dipanggilnya Husain dan dipeluknya erat-erat ke dadanya. Kemudian Nabi memanggilku, kata Ummu Salamah, dan memberiku sebongkah tanah. Setelah mencium bongkahan tanah itu, Nabi berkata, "ya Ummu Salamah, di tanah ini ada bau Karbun wa Bala'. Kelak apabila ia berubah menjadi darah, ketahuilah bahwa di saat itu putraku ini syahid bermandikan darah.'

--
2 Muharan 61 H
Rombongan Suci Imamul Husein As Syahid As sampai di padang karbala..

bada mendirikan tenda dan memanggil semua sahabat setianya imam suci berkata : " Disinilah ALLAH akan menguji kita, disinilah Syahadah akan menyambangi kita.. "

Kemurnian Islampun akhirnya berpedar karena revolusi Suci Putra Nabi Saww.
Ketaatan pada pemimpin Zhalim adalah sebuah kehinaan.

Kebangkitan Revolusi Imam Husein As adalah kebangkitan Haq tuk memurnikan Agama Muhammadi warisan Nabi Agung Saww

Imam Husien As mengatakan: "Ya Allah! Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Tahu bahwa gerakan, kebangkitan, protes, perlawanan dan peperangan, semua ini bukanlah untuk memperebutkan kekuasaan seseorang, bukan untuk meraup harta dan perolehan duniawi, bukan pula atas dasar kerakusan dunia, melainkan untuk mengembalikan ajaran-ajaran agama-Mu, untuk mewujudkan perbaikan di bumi-Mu, agar hamba-hamba-Mu yang tertindas merasa aman dan supaya ditegakkan kembali hukum-hukum-Mu yang terabaikan".

Bandingkan dengan ini :

Umar bin Sa'ad tentara Yazid (LA atas keduanya) Ketika ditanya oleh Imam Husein as, di hari Asyura, apa sebab ia memerangi beliau, ia menjawab, "Aku memerangimu demi memperoleh jabatan di kawasan Rey dan ladang serta kebun-kebunnya."

Atau bandingkan dengan peristiwa silam atas perampasan hak keluarga Nabi..

Ahlulbayt Suci bangkit tuk memurnikan Agama Haq
sementara lainnya Hanya bangkit tuk tujuan sesaat.

Salam duka atas bulan Duka Kekasih ALLAH AWJ..
Salam duka atas karbala..
Tiada Hari seperti harimu Ya Aba abdillah...
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: