Pesan Rahbar

Home » » Mufti Palestina Keluhkan Buruknya Situasi di Baitul Maqdis

Mufti Palestina Keluhkan Buruknya Situasi di Baitul Maqdis

Written By Unknown on Saturday 13 December 2014 | 16:55:00


Mufti Palestina dan imam jamaah Masjid al-Aqsa Syeikh Mohammad Ahmad Hussein mengeluhkan memburuknya situasi kota suci Baitul Maqdis (Jerussalem) akibat ulah para ekstrimis Yahudi Zionis.

“Semua norma di Baitul Maqdis mulai dari masjid hingga gereja telah dinistakan dan menjadi sasaran serangan,” katanya usai menyambut kedatangan Hussein Kavazovic , Ketua Masyarakat Islam Bosnia, Senin (8/12), sebagai dilansir World Tribune.

Dia menambahkan bahwa kondisi memprihatinkan terjadi bukan hanya di Masjid al-Aqsa, melainkan di seluruh bagian kota Baitul Maqdis.

“Orang-orang yang menggerakkan serangan tidak membedakan antara masjid dan gereja. Mereka membakari semuanya dan meninggalkan coretan di dinding berupa ungkapan-ungkapan berbau rasialisme,” tuturnya.

Dia memastikan bahwa pemerintah Israel membiarkan dan bahkan mendukung kontinyuitas agresi para ekstrimis Zionis terhadap Masjid al-Aqsa.

“Kalangan garis keras mendukung perusakan Masjid al-Aqsa dan pembangunan apa yang disebut ‘Kuil Sulaiman’ demi terlaksananya sebuah proyek berbau rasisme,” katanya.

Mufti Palestina menegaskan bahwa umat Islam sedunia berkewajiban menekan Israel demi menegakkan hak orang-orang Palestina sesuai hukum internasional.

Dalam beberapa bulan terakhir Masjid al-Aqsa kian sering menjadi sasaran serangan para ekstrimis Yahudi Zionis. Pada bulan Oktober lalu aparat keamanan Israel bahkan sempat melarang umat Islam masuk ke dalamnya. Kejadian demi kejadian tersebut tak pelak membangkitkan ketegangan dan gejolak di Baitul Maqdis, apalagi beberapa orang Palestina terbunuh di tangan para ekstrimis Zionis.

Dilaporkan bahwa sepanjang Oktober hingga November lalu sebanyak 2,708 pemukim Zionis telah menyerang dan menodai kesucian Masjid al-Aqsa.

Rezim Zionis Israel menduduki bagian timur Masjid al-Aqsa dalam perang Arab-Israel tahun 1967, dan pada tahun 1980 mereka memasukkannya ke dalam wilayah Israel (Palestina pendudukan tahun 1948). Mereka bahkan mendeklarasikannya sebagai ibu kota Israel, namun tidak mendapat pengakuan sama sekali dari masyarakat internasional.

(World-Tribune/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: