Pesan Rahbar

Home » » TKI Marakkan Islam di Hongkong

TKI Marakkan Islam di Hongkong

Written By Unknown on Tuesday, 2 December 2014 | 19:29:00


Sejak pertama kali meluncurkan blog, saya terkejut melihat salah satu negara pengunjung yang masuk limt besar di list negara pengakses adalah Hongkong. Wow! Ternyata Islam memang sedang menggeliat di negara Jacky Chen itu. 

Mengapa fenomena unik ini mengemuka? Rupanya salah satu sebabnya adalah fakta bahwa sebagian besar para TKI (TKW) mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agama Islam secara leluasa. Bahkan banyak diantara mereka yang semula buta wawasan dan berpendidikan rendah, karena iklim kebebasan yang sangat kondusif, bisa menggunakan internet sebagai jendela untuk menambah wawasan dan berkomunikasi. Kebetulan beberapa hari lalu saya berbincang dengan seorang wanita mantan TKW hongkong yang kini sering pulang ke Indonesia karena sibuk mengatur jadwal keberangkatan para mubalig ke negeri yang yang sempat disewa Inggris itu. 

Ironis, TKW di Saudi Arabia yang notabene tempat kelahiran Islam malah tidak mendapatkan kebebasan beribadah bahkan sebagian dari mereka kerap mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, apalagi islami.
Islam di Hong Kong diamalkan oleh sekitar 20,000 Muslim. Kebanyakannya adalah Cina dari suku Han, dengan bakinya dari Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, dan Timur Tengah dan negara-negara Afrika. Empat masjid utama digunakan bagi solat setiap hari. Yang tertua adalah Masjid Jalan Shelley di Pulau Hong Kong, yang dibina pada tahun 1840-an dan dibina semula pada 1915. Masjid Kowloon dan Pusat Islam di Jalan Nathan, dibuka pada tahun 1984, mampu menampung sekitar 3,500 ahli. Masjid dan Pusat Islam di Jalan Oi Kwan di Wan Chai dibuka pada September 1981 dan mampu menampung ahli seramai lebih dari 700 jamaah. Perkuburan Muslim Tanjung Collinson turut mempunyai masjid.

Adzan mengalun indah di kawasan sibuk aktivitas Nathan Road, Hongkong. Muadzinnya adalah Ahmed Cheung Wong Yee kini dikenal sebagai Imam Cheung -yang merupakan imam masjid tersebut. Di bawah tangga, seorang pria jangkung dengan tulang dahi yang tinggi bergerak dalam kerumunan menggunakan celana Pathani, pakaian tunik, dan bertutup kepala putih. Kerumunan manusia tersebut terus bergerak sampai akhirnya berhenti di keset tenunan sebelum masuk masjid, mereka bersiap shalat Jumat.

Pada jam itu, semua perhatian seolah tersedot ke masjid. Para pria seperti sepakat break sejenak dari pekerjaannya, berganti ‘kostum’, lalu bergerak ke masjid. Di bagian lain, seorang wanita berdiam seperti patung. Mulutnya berucap perlahan, menderas ayat-ayat Alquran. Begitu Imam Cheung memungkasi iqamat-nya, shalat berjamaah dimulai.


Aktivitas di atas merupakan sekelumit kehidupan komunitas Muslim di Hongkong. Kota yang padat aktivitas dan memiliki kehidupan yang tidak pernah berhenti, menyisakan sebagian ruang heningnya bagi para pemeluk agama untuk beribadah. Meski bukan mayoritas, namun umat Islam menikmati kebebasan menjalankan ibadah mereka.

Berdasarkan perkiraan pemerintahan Hongkong, saat ini, penganut Islam di Hongkong berjumlah sekitar 70 ribu orang. Mereka saling berbagi wilayah bersama komunitas Kristen, Buddha, dan Hindu. Karena itu, mereka sangat berhati-hati untuk tidak saling mengganggu satu sama lain. Itu sebabnya, adzan hanya boleh dilakukan terbatas di masjid saja.

Meski demikian, Imam Cheung menyebut pemerintahan Hongkong cukup akomodatif terhadap kepentingan kelompok Muslim. ”Mereka telah memberikan daging yang disembelih sesuai hukum Islam,”ujarnya.

Selain itu, masjid dan pusat kegiatan Islam cukup berkembang di kota ini. Setiap Jumat, Imam Cheung melayani jamaahnya di masjid Kowloon yang banyak didatangi umat Islam dari berbagai etnis. Sebagian dari mereka merupakan komunitas China, sisanya terbagi atas Muslim Asia Tenggara, Timur Tengah, Pakistan, India, dan Afrika.

Komunitas Muslim telah ada di Cina sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Dibawa oleh komunitas pedagang Arab yang membawa barang-barangnya berjualan melintasi jalur sutra yang menghubungkan Cina dengan dunia barat.

Sementara di Hongkong, perkembangan agama Islam mencapai puncaknya pada saat kedatangan Muslim Pakistan dan India yang dipekerjakan sebagai tentara Inggris untuk menjaga kawasan ini Hongkong dulunya merupakan koloni Inggris sebelum diserahkan kembali ke Cina tahun 1997. Jumlah penganut Islam semakin berkembang pesat dengan banyaknya komunitas Cina minoritas yang masuk Islam. Kelompok Cina minoritas ini kemudian dikenal dengan nama “Hui”.

Imam Cheung merupakan salah satu imam yang mengurusi masjid di Hongkong. Ia memberikan kontribusi besar bagi pengembangan ajaran Islam di kota yang dulunya merupakan koloni Inggris ini. Meski sudah berusia lanjut, 82 tahun dengan tubuh rampingnya yang kini bungkuk, namun Imam Cheung masih saja tetap menjalankan tugasnya sebagai imam Masjid.

Meski pendengarannya semakin buruk, namun ingatannya masih sangat kuat dan pandangan matanya masih tajam menyiratkan rasa humornya yang tinggi di balik kacamatanya. Sang imam fasih berbahasa Arab dan telah menghabiskan sepanjang hidupnya sebagai Muslim taat. Ia juga menyebarkan ajaran Islam dan mengajarkan sejarah kehidupan Rasulullah SAW.

Imam Cheung besar dan belajar di kawasan Cina Selatan dekat pelabuhan Guangzhou, atau yang dikenal sebagai Canton. Ia menjadi imam mengikuti jejak ayah dan kakeknya yang juga seorang imam dan kini dimakamkan di sana.

Sejarah mencatat, perkembangan Islam di Cina sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Dimulai saat Rasulullah mengirimkan tiga sahabatnya untuk mendatangi negeri Cina untuk menyebarkan ajaran Islam. Dua di antaranya meninggal di perjalanan, sementara satu orang lainnya tiba dan membangun tiga buah masjid, yang salah satunya ada di Guangzhou.

Hingga kini, masjid yang dibuat pada tahun 627 ini masih berdiri di Guangzhou. “Setiap saya pergi ke Guangzhou, saya selalu berdiri menghadap menaranya,” kata Cheung. Tahun 1942, pada usia 27 tahun, Imam Cheung diundang ke Hongkong, berbarengan dengan pendudukan Jepang di wilayah itu. Ia kewalahan mengurusi jenazah prajurit yang Muslim karena keterbatasan kain dan kayu untuk peti. Bertahun-tahun kemudian, sang Imam masih menjalankan profesinya. Melayani umat Islam yang terus berdatangan ke Hongkong. 

Komunitas Muslim di Hongkong lebih dari setengahnya merupakan orang Cina asli, dan sisanya merupakan pendatang, seperti orang Pakistan, Malaysia, Indonesia, Filipina, Arab, dan Afrika.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana komunitas Muslim asli Hongkong bisa terbentuk. Namun, keberadaan komunitas Muslim Hong Kong semakin jelas sejak Hong Kong berada di bawah pemerintahan Inggris pada pertengahan abad ke-19. Inggris membawa tentara-tentara Muslimnya dari India. Datang pula bersama mereka atribut-atribut keislamannya.

Setelah itu, jumlah penganut Islam semakin banyak di Hongkong sehingga kemudian terbentuklah komunitas Muslim. Melihat hal tersebut, pemerintahan Hongkong kemudian mengalokasikan lahan bagi komunitas Muslim ini untuk membangun masjid dan kuburan. Bertahun-tahun kemudian, lebih banyak lagi orang Islam yang datang ke Hongkong dan menetap. Di antara mereka adalah Muslim Cina yang datang dari Cina daratan.

Salah satu komunitas Muslim yang berkembang di Hongkong adalah mereka yang berasal dari kelompok Syiah. Mereka berjumlah 500 orang, namun mereka merupakan kelompok yang sangat kuat dan aktif menggelar dakwah Islam di wilayah itu. Konon beberapa  TKI mulai  tertarik  mempelajari mazhab  Syiah  setelah  berinteraksi  dengan  komunitas  ini.

Sumber:  http://www.muhsinlabib.com/
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: