Pesan Rahbar

Home » » Surah Al Maidah Ayat 44, 45 dan 47 Merupakan Indikasi Bahwa Islam Syi’ah Agama Bersystem

Surah Al Maidah Ayat 44, 45 dan 47 Merupakan Indikasi Bahwa Islam Syi’ah Agama Bersystem

Written By Unknown on Tuesday, 20 January 2015 | 18:39:00


- ORANG YANG BENAR IMANNYA PANTANG BERSATUPADU DALAM SYSTEM YANG MENZALIMI KEHIDUPAN KAUM DHUAFA
- “KEBENARAN YANG HILANG” SUATU PENEMUAN AGAMA YANG REDHA ALLAH, SYIAH IMAMIAH 12.
- KESELAMATAN SESEORANG TERGANTUNG KEPADA KESANGGUPANNYA UNTUK TIDAK MASUK DALAM SYSTEM YANG MENZALIMI KEHIDUPANN KAUM DHUAFA.

Kecuali Republik Islam Iran, tidak ada satu negarapun yang tepat disebut negara Islam.

Saya dapat memahami untuk menganalisa pikiran anda bukan saja kepada pemimpin Indonesia yang hipokrit dan dhalim itu anda anggap sebagai Muslim tapi juga Yazid bin Mu’awiyah yang membantai keluarga Rasulullah di Karbala.

Disinilah kelemahan anda dalam mehahami suatu fenomena dan realita. Yang dimaksudkan negara Islam ialah negara dimana UUD nya berdasarkan Al Qur-an dan Hadist Ittrah Nabi sendiri. Justru itu Republik Islam Iranlah satu-satunya negara Islam sekarang ini. Sementara Saudi Arabia adalah negara dimana hukum laba-laba yang diberlakukan bukan hukum yang diturunkan Allah.

Buktinya 1:

Di Saudi Arabia kalau seseorang mencuri ayam akan dipotong tangannya tapi kalau pejabat menggaet Petro Dollar, diberikan tanda jasa.


Bukti 2:

Daging korban Haji tidak diberikan kepada fakir miskin tapi dikalengkan oleh pedagang untuk diperdagangkan. Andaikata negara itru Islam sudah barang pasti daging itu akan didistribusikan kepada orang – orang miskin di Sudan dan negara -negara Afrika lainnya, sehingga kita takkan menyaksikan di telivisi anak-anak orang Islam yang badannya tinggal tulang yang terbungkus kulit serta dikerumuni lalat hijau lagi.


Bukti 3:

Namun realitanya justru pihak Saudi Arabia membantu Indonesia serta membangun pesantren-pesantren ala Wahabi Saudi Arabia bahkan sampai ke Acheh dibangun pesantren ala wahabi yang sangat benci kepada keluarga Rasulullah.


Bukti 4:

TKI yang dikirim Indonesia ke Saudi Arabia menjadi bulan-bulanan majikan untuk berzina, hingga orang-orang yang sadar di Indoinesia membuat pernjataan bahwa pejabat Indonesia memperdagangkan perempuannya.


Bukti 5:

Ketika Irak diserang Amerika Serikat, justru Saudi Arabia memihak AS serta memberikan fasilitasnya untuk menjerang Irak baik ketika Irak berperang dengan Quwait atau ketika dituduh sebagai pemilik senjata pembunuh massal beberapa tahun yang lalu.


Bukti 6:

Ketika negara Arab lainnya mengusulkan agar Senjata Migas digunakan untuk melawan kesewenang wenangan Barat, justru Saudi Arabia duluan yang menentangnya.


Bukti 7:

Ketika Hizbullah bertempur melawan Israel, justru Pihak Saudi Arabia membuat hubungan dengan Israel secara sembunyi-sembunyi. Masyarakat dunia mengetahui bahwa justru AS yang menjadi penyokong nomor wahid terhadap Israel, tapi Saudi Arabia tetap bersedia menjadi anak Mas AS.


Bukti 8:

Di Saudi Arabia, kuburan yang mulia bunda Rasulullah Siti Aminah dijadikan pompa Bensin sementara rumah Ummul Mukminin Siti Khadijah dimana Siti Fatimah Az Zahara di lahirkan dan dibesarkan dihancurkan untuk dijadikan Toilet, Saya kira cukup sekian dulu, semoga ada manfaatnya bagi orang-orang yang mau berfikir.

Untuk membuktikan murni tidaknya Islam dalam suatu system, pertama sekali lihatlah bagaimana sepak ter jang para pemimpin, apakah berperangai cangkul, menimbun harta kehadapannya, keluarga dan konco-kon conya atau benar-benar berdaya upaya kesejahteraan seluruh penduduknya tidak pilih bulu apakah mereka beragama Islam atupun beragama non Islam.

Kemudian apakah para pemimpin terbatas perhatian me reka kepada penduduk negaranya saja atu juga kaum mustadhafin di seluruh Dunia juga apapun latar belakang agamanya. Sudah barang pasti ada keutamaannya sesuai petunjuk Allah sendiri dimana para pemimpin Islam murni harus mengutamakan kaum mustadh’afin dalam hal kesejahteraannya.


MENYOROTI ORANG-ORANG YANG KELIRU DALAM MEMAHAMI
SURAH AL MAIDAH AYAT 44, 45 DAN 47


kerjanya Rasulullah saww adalah membebaskan kaum dhu’afa duluan baru mereka merdeka dan mulia, tidak lagi diperbudak oleh pemimpin Taghut. Syi’ah tidak selugu salafi kalian, bermimpi hendak meng hidupkan syari’at dalam bingkai system Thaghut.

“Ada PR yang belum terjawab dari dulu “Apakah pernah Rosululloh saww mengkafir-kafirkan orang Islam lainnya dan membicarakan bahwasanya orang Islam si A, si B adalah kafir, dlolim, fasyik ?. Ja ngan dibuat-buat kalau bapak menjawab pertanyaan ini.”.

Dijaman Rasululah saww belum ada orang yang mengaku Islam hidup dalam system Thaghut dan mem bela pemimpin-pemimpin Thaghut. Bagaimana mungkin Rasulullah saw meng kafirkan mereka, sedangkan realitanya belum ada. Betapa lugunya kamu.Rasulullah saww baru dapat menerapkan syari’at di Mekkah setelah membebaskannya dari system Thaghut Abu Sofyan, Jahal dan Lahab.

Terbukti orang Indonesia kebanyakan belum menemukan Ideology Imam Hussein walaupun mereka sudah belajar di Qom Iran. Tulisan yang mereka forward berikut ini adalah buktinya. Kepa da orang Indonesia yang terlibat dalam media IRIB ini saya mohon maaf bahwa saya tidak memusuhi an da-anda sekalian tetapi saya berkata yang sebenarnya mudah-mudahan anda dapat memahami bagaimana se bahagian orang Indonesia Itu sesat akibat digantinya “PIAGAM JAKARTA” dengan Pancasila oleh Soe karno cs dulu: Kita manusia saling ingat mengingatkan dalam hidup di Dunia ini yang bertujuan untuk menjalan kan perintah Allah bukan saling membenci. Hal ini sesuai kata Rasulullah sendiri: “Qulilhaq walau kaana mur ra” yang terjemahan bebasnya: “Katakanlah yang benar walaupun pahit”.


Mayoritas Rakyat Ingin Pancasila Diajarkan di Sekolah

Momentum peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2011 diupayakan terjadi revitalisasi terhadap implementasi Pancasila. Untuk mengetahui respon masyarakat, Badan Pusat Statistik melakukan survei dengan 12 ribu responden di seluruh Indonesia. Hasilnya, 80% masyarakat Indonesia menginginkan agar implementasi nilai-nilai pancasila dimasukkaan dalam kurikulum sekolah.

“Kira-kira 80 persen yang berharap ada intensitas (nilai) pancasila dalam kurikulum. Bukan hanya teorinya, le bih kepada pengamalannya, bagaimana implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, mereka merasa kurang selama ini,” ujar Kepala BPS Rusman Heriawan seusai melaporkan hasil survei tersebut kepada Presiden Susi lo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (31/5).

Rusman menjelaskan, survei tersebut dilakukan selama tiga hari, yakni tanggal 27, 28 dan 29 Mei 2011. Res ponden yang disurvei sebanyak 12 ribu, kepada seluruh masyarakat yang terdistribusi sesuai dengan tingkat pendidikan dan pekerjaannya. Di 33 Provinsi dengan total 181 Kabupaten/Kota. “Dari berbagai golongan, a da tentara, anggota dewan, elit politik, petani juga birokrat. Pokoknya merata, dari Aceh hingga Papua. Umumnya sama responnya, positif, kangen (terhadap impelementasi pancasila),” ujar Rusman.Rusman me nyampaikan, kekangenan masyarakat terhadap Pancasila, kemungkinan karena akhir-akhir ini banyak terjadi ketegangan-ketegangan horizontal yang terjadi di masyarakat.

“Mereka merindukan bagaimana masyarakat bisa memahami kehidupan yang toleran, kan itu ada di Pancasila,” tuturnya. Ia pun menyampaikan, dalam survei tersebut juga ada aspirasi yang tetap ekstrem, menyatakan Pancasila sebagai peninggalan indoktrinasi masa lalu.

“Memang ada yang ekstrem, tetapi itu cuma satu persen,” jelas Rusman. Ia mengatakan, penerapan Pancasila dalam kurikulum sekolah, yang paling penting bagaimana mengemas paket pelajaran Pancasila. Yakni mene kankan pemahamannya, bukan dari sisi teori, seperti yang ada di masa lalu, menghafal setiap butir. “Ma syara kat ingin bagaimana lebih kepada implementasi sebagai insan apa yang yang harus dilakukan. Misalkan untuk persatuan bangsa, apa yang akan dilakukan,” tukasnya. Rusman menyampaikan, hasil survei secara lengkap tersebut disampaikan Presiden dalam Pidato peringatan hari kelahiran Pancasila di Gedung MPR,1Juni. Presiden Yudhoyono berpidato tepat pukul 10.00 WIB di Gedung Nusantara IV MPR/DPR, Jakarta, dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).Selain SBY, dua Presiden sebelumnya juga menyampaikan pidatonya, yakni Presiden ke-3 RI BJ Habibie, Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri. SBY mendapatkan giliran ketiga setelah BJ Habibie, Megawati, lalu diakhiri SBY. Selain tiga presiden, beberapa mantan Wakil Presiden seperti Hamzah Haz, Try Sutrisno, dan Jusuf Kalla juga hadir dalam acara ini.

“Adalah tidak cukup dengan menyatakan kita harus kembali kepada Islam. Kita harus menspesifikasi Islam mana yang kita maksudkan: Islam Abu Dzar Ghifari atau Islam Marwan bin Hakam (menantu Usman bin Af fan), sang penguasa. Keduanya disebut Islam, walaupun sebenarnya terdapat perbedaan yang sangat signi fikan diantara keduanya. Satunya adalah Islam ke-khalîfah-an, istana dan penguasa. Sedangkan lainnya ada lah Islam rakyat, mereka yang dieksploitasi dan miskin. Lebih lanjut, tidak cukup sah dengan sekadar ber kata, bahwa orang harus mempunyai kepedulian (concern) kepada kaum miskin dan tertindas. Khalîfah yang korup juga berkata demikian. Islam yang benar lebih dari sekedar kepedulian. Islam yang benar memerin tahkan kaum beriman berjuang untuk keadilan, persamaan dan penghapusan kemiskinan” .

Ali Syari’ati menyebut Islam sebagai agama pembebasan. Islam, menurutnya, bukanlah agama yang hanya memperhatikan aspek spiritual dan moral atau hubungan individual dengan Sang Pencipta, melainkan lebih me rupakan ideology emansipasi dan pembebasan. Syari’ati juga mengatakan masyarakat Islam sejati tidak me ngenal kelas. Islam menjadi sarana bagi orang-orang yang tercerabut haknya, yang tersisa, lapar, tertindas, dan terdiskriminasi, untuk membebaskan diri mereka dari ketertindasan itu.

Ketika kita menemui suatu fenomena yang haqqul yakin kebenarannya, kita harus haqqul yakin juga bahwa Allah mengharapkan kepada kita agar menyampaikan kepada orang lain. Pabila pihak yang sampai seruan kita itu tidak menggubrisnya sementara hal tersebut benar disisi Allah, menjadi saksi kelak di hari Kemudian (baca saat Allah menempelak manusia dengan Surah Yasin ayat 60 – 65). Sebaliknya, andaikata tidak kita sampaikan kepada orang lain kita ter masuk yang menyembunyikan kebenaran ilmu Allah. yang berakibat celaka dia khirat kelak. Justeru itulah Allah menuntut pada hambaNya yang telah menemukan kebenaran agar me nyampaikan ke pihak lain, betapapun resikonya, terkadang dicemoohi, dibenci dan bahkan dibu nuh sebagaimana mereka membunuh Ahlulbayt Rasulul lah, konon pula kita pe ngikut ahlulbayt nya. Andaikata fenomena yang haq itu tidak kita sampaikan kepihak lain, kita termasuk orang egois sejati disisi Allah, hendak masuk syurga sendirian. Allah tidak akan memasukkan ke dalam Syurga orang yang egois demikian. Allah memasukkan seseorang da lam Syurga melalui ajakan kita kepada orang lain. Justeru keyakinan seperti itulah saya berda ya upaya untuk menyam pai kan apa yang telah saya yakinkan ini, betapapun resikonya.

Kebanyakan manusia tau bahwa Muhammad, Rasulullah saww adalah manusia yang tersayang disisi Allah. Kendatipun sebahagian kita belum melihat dalil naqli tentang siapa saja yang paling disayangi Allah setelah Nabi Muhammad, kita dapat mengalisa dengan fasilitas yang telah dianugerahkan Allah buat manusia dimana tidak dimiliki penomena lainnya, itulah “Pikiran”. Dengan fasilitas inilah kita dapat menganalisa suatu fenomena di Alam ini tentang benar tidaknya disisi Allah, para Rasul, para Imam yang diutus, paska Rasulullah terakhir dan orang-orang yang benar imannya.Orang yang paling disayangi Muhammad adalah Imam Ali dan isterinya Fatimah az Zahara, Imam Hassan dan Hussein, Zainab al Kubra dan Zainab asy Syughra. Bagi kita yang mampu menggunakan logika secara benar pasti meyakini bahwa setelah Muhammad saww, orang yang paling disayangi beliaulah yang paling disayangi Allah swt. Hal ini disebabkan bahwa apa saya yang dikatakan dan dilakukan Rasulullah pasti benar sebab itu semua berasal dari Allah. Allah berkata:
1. “Katakanlah:…. Aku sekali-kali tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” (al An’aam: 50).
2. “Dan apa sahaja yang dia (Muhammad) ucapkan itu,sesungguhnya bukanlah bersumber daripada hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”(Surah An-Najm: 4).
3. “Katakanlah (Muhammad): ‘Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku oleh Tuhanku.’ ”(Al-A’raf: 203).
4. “Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”(Yunus: 15).
5. “Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku.” (Al-Ahqaq: 9).
6. “Katakanlah (Muhammad) : ‘Aku hanya akan memberi peringatan kepada kamu dengan wahyu.’ ”(Al-Anbiya’: 45)

Ayat-ayat di atas bermakna bahawa Rasulullah saww tidak akan melakukan sesuatu perbuatan kecuali berdasar kan wahyu dari Allah swt, dan agar manusia mengikuti apa yang disampaikan Rasulullah kepada mereka. Sebagaimana Firman-Nya di ayat yang lain:
1. “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkan lah .” (Al-Hasyr: 7).
2. “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian me reka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu beri kan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. 4:65).

Satu saja ayat Allah diatas, pastinya sudah cukup untuk diambil kesimpulan bahwa orang yang paling disayangi Rasulullah adalah orang yang paling disayangi Allah juga. Fokus saya disini adalah Imam Hussein yang dibantai di Karbala bersama selu ruh keturunan Rasulullah kecuali bibi Zainab al Kubra yang difungsikan Allah seba gai penyampai misi Hussein paska kesyahidannya dan Ali Zainal Abidin bin Hussein yang masih kecil kala itu, sebagai penerus keimamahan Rasulullah (baca Imam ke IV). Disinilah benarnya kata-kata mutiara DR Ali Syariati: “Jadilah kamu sebagai Hussein atau Zainab al Kubra kalau tidak anda adalah Yazid, tidak ada alternatif lainnya”.

Selanjutnya mari kita renungi Hadist berikut ini:

Malam itu, Ummu Salamah bermimpi melihat Rasulullah Saww. dengan rambut kusut, baju lusuh dan kepalanya bertabur tanah. Dalam mimpi itu, Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasulullah, ada apa gerangan hingga kulihat rambutmu kusut dan bajumu lusuh begini?” Beliau menjawab, “Ketahuilah Ummu Salamah, putra kesa yanganku, al-Husain, telah wafat, dan aku sedang menggali kuburan untuknya dan sahabat-sahabatnya.” Ummu Salamah segera terbangun sambil menggigil ketakutan. Lalu ia segera melihat botol berisi tanah Karbala yang pernah dititipkan Rasulullah Saww. kepadanya aga disimpan. Ternyata, tanah dalam botol itu sudah menjadi me rah berdarah.

Di tempat lain, Ibn ‘Abbas bermimpi melihat Rasulullah Saww. dengan rambut kusut dan baju lusuh sambil membawa botol berisi darah. Dalam mimpi itu, Ibn ‘Abbas bertanya, “Demi ayah, engkau, dan ibuku, apa ini gerangan?” Beliau menjawab, “Ini adalah darah al-Husain dan sahabat-sahabatnya. Sejak hari ini, aku akan selalu mem bawanya ke manapun.”.

Itulah sebabnya kami syiah Imamiyah 12 mengambil tanah karbala untuk meratakan dahi ketika Shalat. Hal ini sesuai kata Rasulullah sendiri bahwa sujud itu tidak sah kecuali atas tanah. Sayangnya sebagian orang Sunni menertawakan kami, padahal justeru merekalah yang tidak memahaminya perihal sujud dan sejarah kesyahidan Hussein di Karbala.


ALLAH BERFIRMAN: DAN DIANTARA MANUSIAADA YANG MENGATAKAN:’KAMI BERIMAN KEPADA ALLAH DAN HARI KEMUDIAN” PADAHAL MAREKA ITU SESUNGGUHNYABUKANLAH ORANG YANG BERIMAN (QS, 2 : 8).

AYAT TERSEBUT DIATAS SANGAT MENAKUTKAN SEBAB SEKIAN MILYAR
PENDUDUK DUNIA MENGAKU DIRI SEBAGAI ORANG ISLAM TETAPI MENURUT
AYAT TERSEBUT BUTUH ANALISA SECERMAT MUNGKIN
MENGINGAT HIDUP DI DUNIA INI HANYA SEKALI SAJA
APAKAH KITA TERMASUK YANG BERIMAN?

Di zaman Rasulullah orang-orang hipokrit berbaur dalam system. Suatu hari Rasu lullah pergi ke fron pertempuran dan meninggalkan Imam Ali sebagai gantinya di Ma dinah sebagaimana Nabi Musa dulu pergi, meninggalkan Harun sebagai gantinya. Di madinah ketika itu banyak orang mengganggu Imam Ali dengan perkataannya. Dian taranya mereka mengatakan bahwa Rasulullah tidak senang kepada Imam, makanya dia tidak dibawa bersama Rasulullah. Imam menyusul Nabi dan menyampaikan apa yang terjadi di Madinah. Nabi berkata:” Hai Ali! Tidak senangkah hubungan kita se perti hubungan Musa dan Harun? Tidak ada orang yang benci kepadamu kecuali orang munafik.” Penjelasan Rasulullah yang singkat itu menunjukkah bahwa yang pertama Imam Ali difungsikan sebagai pengganti Rasulullah. Kedua banyak sekali orang munafik yang hidup di Madinah. Mereka membenci Imam Ali sejak awal per juangan Rasulullah sampai beliau syahid di mesjid Kufah dan bahkan dibenci sam pai ke anak-anaknya (baca cucu Rasulullah) Bagi siapapun yang mau berpikir seba gaimana kalamullah yang senantiasa berulang-ulang di Al Qur-an “afala ta’qilun dan afala yatazakkarun”, tidak mengherankan dimanapun kita saksikan bahwa orang yang tegas pada kebenaran sebagaimana Imam Ali berkiprah dalam hidupnya, tidak disenangi oleh kebanyakan orang. Bukankah Allah juga berfirman bahwa yang benar imannya hanya sedikit (baca illa kalil).

Banyak situasi yang menunjukkan Imam Ali sebagai pengganti Rasulullah. Dianta ranya pertama sekali ketika turunya surat perintah dari Allah agar Nabi menyam paikan seruannya secara terbuka:

“Hai orang yang berkemul (berselimut) , bangunlah, lalu berilah peringatan! ” (QS, 74 : 1, 2). Ketika itu Nabi membuat kenduri sebagai sarana dakwah. Setelah mereka yang kebanyakan terdiri dari kaum kerabat Nabi sendiri, habis menyantap daging kambing, Rasul menyampaikan kepada mereka dimana Allah telah mengangkatnya sebagai utusanNya. Ketika Nabi menanyakan siapa diantara mereka yang bersedia membantunya dalam penyampaian risalahnya tidak seorangpun yang menjawab kecuali Imam Ali yang masih anak-anak. Rasulullah mengulangi permintaannya sampai tiga kali tetapi tetap saja tidak ada yang bersedia kecuali Imam Ali yang tidak membenarkan suara Rasulullah jatuh tampa ada yang menapungnya. Nabi langsung memeluk Imam Ali dan mengatakan kepada Orang ramai: “Inilah Ali yang akan menjadi penggantiku, kelak”.

Mereka yang hidup di zaman kita mengira bahwa orang yang paling baik setelah Rasulullah, orang yang dibawa bersama ketika beliau hijrah. Mereka tidak mampu menganalisa bagaimana kedudukan Imam Ali yang sanggup menempatkan diri seba gai pengganti Nabi di katilnya. Dalam hal ini Imam pernah berkata bahwa Nabi Musa berada dalam ketakutan berhadapan dengan Fir’un setelah membunuh orang Kubti, tetapi dia tidak takut ketika pengikut “Fir’un” menggertaknya untuk dibunuh setelah mereka merasa tertipu oleh Imam yang tidur di katil Nabi.

Terakhir sekali Nabi mengangkat Imam Ali di Ghadirkhum yang disaksikan ratusan ribu orang tetapi kebanyakan mereka berpatahbalik. Ini terbukti apa yang dikatakan Rasulullah saww: “Musa dan Harun adalah pelajaran yang paling tepat untuk anda hai Ali”. Kalau Imam Ali dibelakangi Ummah Muhammad ketika beliau wafat, Harun ditinggalkan Ummah Nabi Musa ketika beliau masih hidup lagi. Ini adalah pelajaran yang paling penting juga buat kita yang hidup di zaman sekarang ini.

Ketika Abubakar dimarahi Fatimah az Zahara, beliau menangis dan mengatakan kepada pengikutnya agar tidak memaksakan dia untuk jabatan khalifah, disebabkan Fatimah tidak redha. Abubakar masih ingat ketika Rasulullah berkata: “Barang siapa menyayangi fatimah sama dengan telah menyayangi diriku, barang siapa menyakiti hati fatimah sama dengan sudah menyakiti hatiku dan baranng siapa yang membuat Fatimah tidak redha sama dengan telah membuat aku tidak redha “. Ironisnya Umar mendesak Abubakar dengan alasan negara akan kacau-balau kalau Abubakar mele takkan jabatan. Ketika Abubakar sakratul maut yang cukup mengerikan, beliau menyesali gara-gara Umar yang mendesak dia agar menjauhkan Imam Ali dari kedu dukannya yang sah. Nampaknya Umarlah yang mendorong Abubakar hingga sema sa Rasulullah sendiri berani melawan perintah Nabi.

Sebelum Abubakar meninggalkan Dunia yang, menunjuk Umar sebagai penggan tinya. Aneh memang, kebanyakan orang mengira Rasulullah tidak punya hak me ngangkat penggantinya, betapa lugunya cara orang berpikir seperti itu. Ketika Umar ditikam Abu Luk-lu-ah, Umar secara politis memberikan jabatan kepada Usman bu kan kepada Imam Ali, melalui keluguan Abdur Rahman bin Auf. Ketika Umar berku asa, memberikan gaji yang tinggi kepada orang-orang yang dikiranya senior dalam Islam. Kebiasaan dimasa Umar itu diteruskan oleh Usman bin Affan. Malah Usman lebih parah lagi, menggunakan uang negara bagaikan menggunakan milik pribadi nya sendiri. Ketimpangan di masa Usman juga merembes kepada korupsi yang mem buat yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, sebagaimana kita saksi kan dalam system taghut Indonesia, Irak Saddam, Iran Syah Palevi dan lain sebagai nya di zaman kita ini. Itu adalah duplikat Umar bin Af fan, Muawiyah dan Yazid. Ken datipun banyak orang “pintar” dalam system Indonesia yang menzalimi kaum dhu ‘afa itu, mereka tidak mampu menganalisa keberadaan mereka sama dengan kebera daan pengikut Rasulullah dan Imam Ali yang mengaku beriman tetapi sepakterjang mereka menentang kebijaksanaan Rasulullah dan Imam Ali sendiri. Rasulullah dan Imam Ali sangat anti kepada system yang menzalimi kaum dhuafa, sebagai mana kita ketahui bahwa Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rasul dan Imam Ali sebagai penerus kepemimpinan Rasulullah justeru utamanya untuk mem bela kaum dhuafa (QS.7:157 & QS, 90:12-18).

Yang sangat proaktif kepada kaum dhuafa kala itu adalah Abu Dzar Ghifari. Beliau be rani menentang penguasa Zalim ketika itu. Muawiyah bin Abi Sofyan adalah sepupu Usman dan mendapat kedudukan sebagai Gubernur Syam secara nepotisme. Dian tara para koruptor kala itu Muawiyah adalah nomor wahid. Abu Dzar al Ghifari sedi kitpun tidak takut kepada Muawiyah, bukan saja dalam dakwahnya di kampung-kam pung dan Kota tapi juga berani menunjuk langsung kemata Muawiyah sendiri. Mua wiyah, mengirim Surat kepada Usman dan mengatakan bahwa apabila beliau tidak ingin kehilangan kekuasaan, itu Abu Dzar Ghifari perlu dibereskan agar tidak menye bar “fitnah” keseluruh negara. Usman memanggil Abu Dzar dan memintanya agar tinggal saja bersamanya di Istana. Abu Dzar lah namanya yang tidak dapat disogok dengan cara bagaimanapun. Akhirnya Abu Dzar dibuang Usman ke Rawadhah yang tidak berpenghuni seorangpun kala itu, hingga Abu Dzar mati kelaparan.

Ketika Abu Dzar Ghifari mau diberangkatkan, seorangpun tidak dibenarkan Usman untuk menjumpainya. Yang pantang mematuhi amaran yang bathil itu tidak ada lain kala itu kecuali Imam Ali, Hasan dan Hussein, Salman Al Farisi dan Al Miqdad. Keti ka Ahlulbayt Rasulullah dan sahabat setianya berbicara dengan Abu Dzar, Marwan bin Hakam, menantu Usman datang dengan untanya sambil berteriak: “Tidakkah ka lian dengar bahwa khalifah melarang berbicara dengan orang itu?” Seketika itu juga Imam Ali menampar unta tunggangan Marwan, “gedegap”. Marwan jatuh bersama Untanya. Dia bangkit dan mengadu kepada Usman apa yang terjadi. Usman memang gil Imam dan memintakan agar Imam mendengar apa yang dikatakan Marwan. Imam bertanya apakah harus didengar juga walau perkataannya tidak benar? Usman menanyakan apakah Imam Ali lebih baik daripada Marwan. Imam menjawab: “Bah kan saya lebih baik daripada kamu”.

Di zaman kita sekarang masih banyak orang yang mengetahui bahwa Abu Dzar mati kelaparan tetapi mereka tidak tau kenapa Abu Dzar al Ghifari mati kelaparan dan siapa yang membuatnya demikian menderita. Mereka itu seperti orang yang hanya mengetahui rimbunnya Rimba di lereng-lereng gunung tapi tidak tau kenapa bisa demikian dan kenapa Allah menjadikan rimba demikian rimbunnya.

Sebahagian orang mengatakan pada saya agar tidak mengungkap peristiwa seperti itu, dikhawatirkan terjadi permusuhan. Saya katakan hal itu sama juga seperti pendakwah berislah, membongkar kedhaliman penguasa. Kalau tidak kita bongkar sama dengan kita telah membiarkan kaum dhuafa tertindas dengan sepakterjang penguasa secara aman. Justru ketimpangan dimasa lampau terulang lagi sepanjang sejarah sebagaimana kita saksikan sekarang ini di Asia dan Afrika. Orang alimpalsu dizaman sekarang sangat tidak setuju kita ungkap kedhaliman Usman dengan alasan itu sahabat Nabi. Mereka tidak sanggup berpikir bahwa ketika kita menutup kezali man Usman, disaat yang sama kita telah menzalimi Abu Dzar Ghifari. Ironisnya alim palsu seperti itu bersatupadu dalam system yang sama dhalimnya dengan Usman bin Affan, Mua wiyah bin Abi Sofyan dan Yazid bin Muawiyah, kenapa?

Jadi ketika alimpalsu membela Usman, Muawiyah dan Yazid, secara tidak langsung mereka telah membela diri mereka sendiri. Mereka bertanya kenapa Hanya Abu Dzar Ghifari saja yang menentang khalifah Usman? Pertanyaan ini sama juga de ngan pertanyaan, kenapa hanya sedikit saja orang Acheh yang memusuhi Indone sia? Kenapa banyak dari mereka hanya berdiam diri saja menyaksikan kemungkaran dan kezaliman? Lupakah kita kata Allah dalam Qur-an bahwa kebanyakan manusia tidak beriman illa kalil. Kecuali sedikit saja yang beriman. Perlu kita jelaskan bahwa semua orang yang bersatupadu ketika Usman, Muawiyah dan Yazid berkuasa, mere ka akan ditempatkan Allah bersama Usman, Mu awiyah dan Yazid kelak di dalam ne raka (na’uzu billahi min zalik).

Ketika Usman mengawinkan anaknya dengan Marwan bin Hakam banyak mengam bil uang negara. Abu Ayyub pemegang kas negara memprotes sepakterjang Usman. Usman bertanya apakah anda cemburu disebabkan aku mengambil Marwan sebagai menantuku? Abu Ayyub menjawab bukan, tapi terlalu banyak anda menghabiskan uang negara hingga aku mengira anda mengambil kembali apa yang telah anda infak kan kepada Rasulullah dulu. Usman sambil menghardik, menendang Abu Ayyub hingga lama tinggal dikatil, sampai meninggal dunia. Lalu bandingkan dengan Sad dam yang juga menembak sendiri dengan senjata setiap orang yang berbeda penda pat dengannya, mengapa? Saddam meniru Usman sebagai teladannya. Suharto tidak menembak sendiri oposisinya tapi diperintahkan kepada tentara dan polisi plus Gol kar tunggangan politiknya untuk menghabisi oposisi.

Allah berfirman: “. . . . . waman lam yahkum buma anzalallah, faulaika humul ka firun”. Lengkap terjemahannya seperti ini “Sesung guhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri ke pada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebab kan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takut lah ke pada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memu tuskan menurut apa yang ditu runkan Allah, maka me reka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS, al Maidah 44).

Ayat tersebut sangat dilarang membahasnya oleh penguasa Taghut zalim, hipokrit dan korrup, kena pa? Sebab akan meruntuhkan ke kuasaan mereka. Semua alimpal su tundukpatuh kepada larangan penguasa tersebut. Adakah alimpalsu itu tundukpa tuh kepada Allah? Masihkan aqidah mereka terpelihara secara utuh atau sudah sir na, kecuali tinggal dimulutnya saja. Apabila kita telah menjelaskan seperti ini mereka coba membela diri dengan hadist hikayat Musang:” . . . .tidak boleh memerangi pe nguasa yang masih shalat” Andaikata itu hadist benaran bagaimana mungkin berto lak belakang dengan ayat Allah: ” Fawailul lil mushallin”(QS, al Maun 4), Celakalah orang shalat. Kenapa Allah mengatakan bahwa orang yang shalat seperti itu celaka?

(Aceh-Karbala/Syiah-Ali/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: