Pesan Rahbar

Home » » Israel Kalah di Suriah [dimuat di blognya Atzmon]

Israel Kalah di Suriah [dimuat di blognya Atzmon]

Written By Unknown on Saturday 14 February 2015 | 09:15:00


Oleh: Dina Sulaiman

Pagi ini saya mendapat kejutan. Tulisan saya yang berjudul Gilad Atzmon: Israel Kalah di Suriah ternyata dimuat di blognya Gilad Atzmon. Tentu saja, yang dimuat adalah versi bahasa Inggrisnya, hasil terjemahan tim Global Future Institute (GFI) dan sudah dimuat di web The Global Review. Terimakasih GFI :)

Seneng? Iya dong, banget :) Atzmon adalah salah satu penulis favorit saya. Bukunya, the Wandering Who, membongkar ideologi dan filosofi Yahudi dan Zionisme hingga ke akarnya. Tak pelak, dia pun dibenci oleh para Zionis, meski di saat yang sama, mampu mencerahkan banyak orang Yahudi. Yang aneh, bahkan sebagian aktivis Palestina pun memrotes buku itu, antara lain Ali Abunimah. Mereka telah membuat petisi menuduh Gilad sebagai rasis. Buku itu seolah menjadi ‘pembeda’ bagi mereka yang mengaku aktivis pembela Palestina. Ada mereka yang benar-benar menginginkan kemerdekaan Palestina, dan mereka ini mendukung buku Atzmon. Tapi ada banyak juga yang sebenarnya hanya ingin kekuasaan dan uang melalui aktivitasnya itu. Kehadiran buku ini juga membongkar kedok sebagian kelompok perdamaian Yahudi, karena sebagian kelompok Yahudi yang mengklaim diri antipenjajahan di Palestina, justru menolak isi buku ini. Di sini terlihat bahwa mereka sebenarnya hanya ingin melakukan pencitraan saja, tapi tidak benar-benar menginginkan tegaknya keadilan di Palestina.

Buku ini banyak memakai konsep filsafat untuk membongkar identitas politik orang-orang Yahudi. Saya berhasil memahami bukunya Atzmon setelah sebelumnya ikut kajian filsafat di Studia Humanika, masjid Salman ITB. Jadi, saya musti berterimakasih pada Studia Humanika nih. Tentu saja, terimakasih buat teman saya mbak Mamiek Syamil yang bersedia saya titipin bukunya Atzmon dari Amerika (saat beliau pulang ke Indonesia). Dan mungkin, saya juga musti berterimakasih pada M. Anis yang dulu pertama kali mengenalkan nama Gilad Atzmon di facebook.

And last but not least, thank you Mr Atzmon, you really made my day :)

Ini saya copas ulang tulisan saya tersebut:

Di blognya, Atzmon aktif mengkritik sepak terjang Israel dengan sudut pandang yang unik, sudut pandang seorang Yahudi yang benar-benar memahami esensi Israel dan keyahudian. Tulisan terbaru di blog Atzmon


*****

Syria - Israel Is Losing the Battle

June 07, 2013 / Gilad Atzmon


By Gilad Atzmon

In the last week we have been following British and French’s desperate attempts to push for a military intervention in Syria. It is far from being a secret that both British and French government are dominated by the Jewish Lobby. In Britain it is the ultra Zionist CFI (Conservative Friends of Israel) - apparently 80% of Britain’s conservative MPs are members of the pro Israeli Lobby. In France the situation is even more devastating, the entire political system is hijacked by the forceful CRIF.

But in case anyone fails to grasp why the Jewish Lobby is pushing for an immediate intervention, Debka, an Israeli news outlet provides the answer. Seemingly, the Syrian army is winning on all fronts. Israel’s military and geo-political calculations are proved to be wrong.

According to Debka, “the battle for Damascus is over”. The Syrian army had virtually “regained control of the city in an epic victory”. The rebels, largely mercenaries, have lost the battle they “can’t do much more than fire sporadically. They can no longer launch raids, or pose threats to the city centre, the airport or the big Syrian air base nearby.
The Russian and Iranian transports constantly bringing replenishments for keeping the Syrian army fighting can again land at Damascus airport after months of rebel siege.”

But it isn’t just the capital. Debka reports that “Hezbollah and Syrian units have tightened their siege on the rebels holding out in the northern sector of al Qusayr; other (Syrian army) units have completed their takeover of the countryside around the town of Hama; and a third combined Syrian-Hizballah force has taken up positions around Aleppo.”

Debka maintains that senior IDF officers criticized the Israeli defense minister (Moshe Ya'alon) who “mislead” the Knesset a few days ago estimating that “Bashar Assad controlled only 40% of Syrian territory.” Debka suggests that Israeli defense Minister drawn on a “flawed intelligence assessment and were concerned that the armed forces were acting on the basis of inaccurate intelligence.” Debka stresses, “erroneous assessments… must lead to faulty decision-making.”

Debka is clearly brave enough to admit that Israeli military miscalculations may have lead to disastrous consequences. It reports, “the massive Israeli bombardment of Iranian weapons stored near Damascus for Hezbollah, turned out a month later to have done more harm than good. It gave Bashar Assad a boost instead of weakening his resolve.”

Debka is obviously correct. It doesn’t take a genius to predict that an Israeli attack on an Arab land cannot be accepted by the Arab masses, not even by Assad’s bitterest Arab opponents.

Debka maintains that the “intelligence focus on military movements in Syria especially around Damascus to ascertain that advanced missiles and chemical weapons don’t reach Hezbollah laid to a failure of in detecting major movement by Hezbollah militia units towards the Syrian-Israeli border.”

Israel is now facing a new reality. It is facing Hezbollah reinforcements streaming in from Lebanon towards the Golan heights and its border with Syria.

Israel, Debka concludes, will soon find itself “face to face for the first time with Hezbollah units equipped with heavy arms and missiles on the move along the Syrian-Israeli border and manning positions opposite Israel’s Golan outposts and villages.”

Debka is correct to suggest that instead of “growing weaker, Iran’s Lebanese proxy is poised to open another warfront and force the IDF to adapt to a new military challenge from the Syrian Golan.”

Rather than The Gurdian or the Le Monde, it is actually the Israeli Debka that helps us to grasp why Britain and France are so desperate to intervene. Once again, it is a Zionist war which they are so eager to fight.

Sadly enough, it isn’t The Guardian or The New York Times that is there to reveal the latest development in Syria and expose Israeli lethal miscalculations. It is actually a ‘Zionist’ Israeli patriotic outlet that is providing the good. I actually believe that this form of harsh self-criticism that is embedded in Israeli culture, is the means that sustains Israeli regional hegemony, at least monetarily. This ability to critically examine and disapprove your own leadership is something I fail to encounter in Western media. Seemingly, the media in Israel is far more tolerant toward criticism than the Zionist dominated Media in the West.

*****

adalah tentang sepak terjang Israel di Suriah dan menurut saya menarik dicermati. Saya akan terjemahkan sebagiannya, berikut ini.

Pada minggu terakhir ini kita menyaksikan betapa Inggris dan Prancis dengan putus asa berupaya mendorong dilakukannya intervensi militer di Suriah. Sudah menjadi rahasia umum, baik pemerintah Inggris maupun Prancis sesungguhnya didominasi oleh kelompok lobby pro-Israel. Di Inggris, kelompok lobby itu adalah organisasi ultra Zionis, CFI (Conservatif Friend of Israel). Tampaknya 80% anggota parlemen konservatif Inggris adalah anggota dari organisasi ini. Di Prancis situasinya bahkan lebih dahsyat, sistem politik negara itu seluruhnya dibajak oleh CRIF (Conseil Représentatif des Institutions juives de France).

Jika ada yang masih belum paham mengapa lobby Yahudi mendorong intervensi militer langsung di Suriah, Debka, kanal berita Israel, telah memberikan jawabannya. Tampaknya, tentara Suriah telah memenangkan semua lini pertempuran [melawan pemberontak]. Kalkulasi militer dan geopolitik Israel telah terbukti salah.

Menurut Debka, “Pertempuran Damaskus sudah berakhir. Tentara Suriah telah kembali menguasai kota dengan kemenangan heroik. Para pemberontak, sebagian besar tentara bayaran, telah kalah dalam pertempuran mereka dan tidak dapat melakukan aksi lebih banyak dari sekedar serangan sporadis. Mereka tidak bisa lagi melancarkan serangan, atau menimbulkan ancaman ke pusat kota, bandara, atau pangkalan militer udara Suriah di dekatnya. Pesawat Rusia dan Iran yang terus-menerus membawa suplai baru untuk menjaga agar tentara Suriah terus bisa bertempur, kini telah bisa kembali mendarat di bandara Damaskus yang sebelumnya selama berbulan-bulan disandera pemberontak. “


Debka menyatakan bahwa perwira senior IDF (Israel Defense Force) mengkritik menteri pertahanan Israel (Moshe Ya’alon) yang “menyesatkan” Knesset beberapa hari lalu, dengan memperkirakan bahwa “Bashar Assad hanya mengendalikan 40% dari wilayah Suriah.” Debka menyebut bahwa Menhan Israel telah mendasarkan diri pada informasi intelijen yang salah dan hal ini membuat angkatan bersenjata Israel telah bertindak atas dasar data yang tidak akurat. Debka juga menekankan, kalkulasi yang keliru telah mengarahkan pada pengambilan keputusan yang salah.

Debka jelas cukup berani untuk mengakui bahwa miskalkulasi militer Israel mungkin akan mendatangkan bencana dahsyat [bagi Israel]. Debka menulis, “Pengeboman besar-besaran Israel terhadap gudang senjata dari Iran untuk Hizbullah yang disimpan dekat Damaskus, ternyata terbukti malah mendatangkan bahaya. Aksi ini justru memberi Bashar Assad kekuatan, bukannya melemahkan tekadnya. “


Debka juga menyimpulkan, Israel kini menghadapi realitas yang baru. Israel kini berhadapan langsung dengan pasukan Hizbullah yang mengalir dari Libanon menuju dataran tinggi Golan dan perbatasan dengan Suriah.

Yang menarik, Atzmon menutup tulisannya dengan mengkritik media Barat. Menurutnya, adalah menyedihkan, justru Debka (media Israel) yang memberi jawaban mengapa Inggris dan Prancis sedemikian berkeras untuk melakukan intervensi militer di Suriah. Mengapa bukan media Barat sendiri? Jelas, keberpihakan pemerintah Inggris dan Prancis terhadap Israel justru merugikan rakyat di kedua negara itu sendiri; sumber dana yang besar dihamburkan untuk perang demi Israel, bukan untuk kesejahteraan rakyat. Setidaknya, menurut Atzmon, media Israel saja berani mengkritik pemimpinnya sendiri. Sementara, media massa Barat malah bertindak sebaliknya.

Kritikan Atzmon ini cocok juga disampaikan kepada (sebagian) media Islam yang justru menjadi corong Zionis. Ketika media Israel sendiri sudah buka-bukaan menyatakan bahwa Israel memang terlibat dalam perang Suriah dan memiliki kepentingan besar dalam upaya penjatuhan Assad, mengapa (sebagian) media Islam tetap bersikeras bahwa konflik Suriah adalah pemberontakan kaum Sunni terhadap sebuah rezim yang dituduh sesat dan kafir?

(Dina-Sulaiman/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: