Pesan Rahbar

Home » » Jubir Parlemen Libya: Amerika Berperan Penting dalam Krisis Libya

Jubir Parlemen Libya: Amerika Berperan Penting dalam Krisis Libya

Written By Unknown on Tuesday, 10 February 2015 | 05:22:00


Juru bicara Parlemen Libya menyinggung tentang peran destruktif sebagian negara Barat dan Arab. jajaran tertinggi dari mereka adalah Amerika dan Qatar.

Libya dengan nama resmi Republik Libya merupakan sebuah negara Arab di Afrika Utara. Negara ini berbatasan dengan negara-negara Mesir, Chad, Nigeria, Aljazair dan Tunisia. Libya dengan luas 1.800.000 kilometer persegi ini merupakan negara terluas keempat di benua Afrika dan negara terluas keenambelas di dunia. Mayoritas kawasan di Libya terdiri dari padang sahara yang kering kerontang.

Libya tidak memiliki satupun sungai permanen, dan hanya dua persen dari tanah negeri ini yang bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Kebanyakan masyarakat negeri Afrika ini hidup di jalur yang terdapat di tepi-tepi laut Mediterania, karena hanya tempat-tempat inilah yang bisa dikatakan memiliki lahan yang menghijau. Negara Libya merupakan salah satu dari sepuluh negara utama pemasok minyak di dunia. Tampaknya Libya memiliki nilai strategi bagi negara-negara kuat dunia karena cadangan dan eksport minyaknya yang sangat besar.

Libya memperoleh kemerdekaan dalam bentuk kekaisaran pada tahun 1951, dan sejak tahun 1969 hingga 2011 negara ini dipimpin oleh Muammar Qaddafi yang memperoleh kedudukannya melalui kudeta militer.

Menyusul terjadinya revolusi-revolusi rakyat yang terkenal dengan Arab Spring di negara-negara Tunisia dan Mesir, dan tergulingnya diktator-diktator kedua negara Afrika ini, Libya juga terjebak dalam demo-demo dan kerusuhan-kerusuhan internal.

Sejak tanggal 13 Januari 2011 terjadilah serangkaian demonstrasi jalanan, protes-protes dan ketakpatuhan-ketakpatuhan madani terhadap pemerintah Libya dan pemimpinnya, protes-protes ini menjadi semakin meluas sejak tanggal 17 Februari yang kemudian berakhir dengan tergulingnya rezim Muammar Qaddafi.

Barat yang hanya berkepentingan terhadap minyak yang dimiliki oleh negara ini, segera meninggalkan Libya ketika rezim Qaddafi terguling, dan membiarkan negara ini berada dalam instabilitas yang hingga kini masih terus berlangsung. Selain negara ini, sebagian negara juga terlihat hadir di Libya, terutama Qatar.

Faraj Hasyim, juru bicara resmi Parlemen Libya dalam percakapannya dengan Rusian Voice mencoba menganalisa kondisi saat ini di Libya serta sikap negara-negara Barat yang dibawahi oleh Amerika, demikian juga mengenai sikap yang diambil oleh negara ini tentang hubungan ekonomi dan militer dengan Rusia.


Bagaimana realitas kondisi militer di Libya dalam perubahan-perubahan lapangan?

Realitasnya adalah kondisi perang antara dua rancangan yang terdapat di negara ini, yang pertama, rancangan pembentukan pemerintah, dan yang kedua, rancangan pembentukan pemerintahan teroris dan pemerintahan ISIL di Libya. Inilah rancangan yang kami perangi bersama lembaga militer.

Situasi dan ketegangan-ketegangan yang terjadi di internal Libya merupakan hasil dari langkah-langkah yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstrim yang datang ke Libya untuk menguasainya. Mereka merekrut para pemuda dan membuat instabilitas-instabilitas di seluruh kawasan, dan terorisme inilah yang akan mentarget seluruh dunia.


Manakah pihak-pihak internasional di Libya yang memegang peran negatif?

Realitasnya adalah bahwa yang berada dalam jajaran atas adalah negara-negara Amerika, Qatar, Turki dan Sudan. Saya tidak menyebutkan negara-negara Arab (selain Qatar) di antara mereka. Saya berharap mereka mengulurkan tangan ke arah bangsa Libya untuk memberikan bantuan, bukan dalam rangka merusak Libya atau melakukan pembunuhan massal dan menghancurkan lembaga-lembaga dan institusi-institusinya.


Apakah Anda memiliki dialog-dialog dengan Rusia untuk melakukan pelatihan militer Libya? Apakah Anda berpikir tentang hal tersebut?

Masalah ini telah diungkapkan sejak awal dan hubungan dengan Rusia bukanlah masalah yang baru lagi. Kami memiliki hubungan yang berdasar pada kepentingan dan saling menghormati. Pasukan-pasukan militer Libya sudah sejak lama diperlengkapi dengan persenjataan Rusia. Bagian besar dari persenjataan yang dimiliki oleh Libya saat ini berasal dari Rusia. Kami akan tetap bersandar pada Rusia dan kami akan memberikan perhatian dan perhitungan yang istimewa terhadapnya.

(Rusian-Voice/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: