Pesan Rahbar

Home » » Wawancara IQNA dengan Analis Politik Pakistan: Ketakutan Barat terhadap Kebangkitan Islam, Faktor Penistaan terhadap Kesucian-kesucian Islam

Wawancara IQNA dengan Analis Politik Pakistan: Ketakutan Barat terhadap Kebangkitan Islam, Faktor Penistaan terhadap Kesucian-kesucian Islam

Written By Unknown on Monday, 2 February 2015 | 22:18:00


Kebangkitan Islam dan perkembangan impresif kuantitas kaum muslimin di dunia, khususnya Barat sangat menggentarkan para Islamofob Barat dan sangat meresahkan mereka, dengan demikian langkah pertama mereka untuk menghalau perkembangan Islam adalah Islamfobia dan penistaan kesucian-kesucian agama suci ini.

Prof. Amanullah Shadizi, eks dosen universitas kedokteran Bolan, cendekiawan partai Jamaah Islam dan analis terkemuka masalah politik Pakistan saat wawancara dengan IQNA, dengan menjelaskan hal ini mengatakan, penistaan terhadap agama suci Islam dan demikian juga pelecehan terhadap kehormatan Rasulullah (Saw) termasuk dari pelbagai aspek yang dapat dikaji; salah satu poin penting yang perlu diperhatikan, antipati yang dipendam oleh para pengklaim demokrasi Barat terhadap kaum muslimin dan kedua adalah mereka hendak melihat sejauh manakah kebangkitan dunia Islam, apakah kaum muslimin akan menunjukkan reaksi serius ataukah tidak, dan ketiga adalah dengan hal ini mereka hendak mengkaji kedudukan Rasulullah (Saw) ditengah-tengah kaum muslimin.

“Kebangkitan Islam dan perkembangan impresif kuantitas kaum muslimin di dunia, khususnya di Barat dan Eropa, sangat menggentarkan para Islamofob Barat dan sangat meresahkan mereka, dengan demikian langkah pertama mereka untuk menghalau perkembangan Islam adalah Islamfobia dan penistaan kesucian-kesucian agama suci ini. Untuk menghadang perkembangan Islam, Para Islamofob Barat pertama-tama menciptakan konspirasi peristiwa 11 Septermber dan melancarkan serangan ke gedung-gedung Amerika dan sekarang tindakan penistaan majalah Perancis juga sejalan dengan proyek yang sedang dijalankan, yang telah diagendakan oleh Barat,” tambahnya.

Dosen universitas Bolan Pakistan ini dalam mengevaluasi reaksi kaum muslimin atas penistaan akhir terhadap Rasulullah (Saw) menegaskan, menurut saya bentuk reaksi yang ditunjukkan oleh kaum muslimin terhadap masalah ini dan telah mereka persembahkan sangatlah impresif sekali; mereka menunjukkkan protesnya di seluruh titik-titik penjuru dunia, dimana Nabi Muhammad Saw merupakan poros terpenting dan sosok yang tidak diperselisihkan dalam agama Islam dan beliau merupakan khatamul anbiya, paling mulia dan paling afdhalnya para nabi Ilahi.

Amanullah Shadizi menambahkan, umat muslim di Timur dan Barat membuktikan bahwa mereka tidaklah gagal dalam membela sosok Rasulullah (Saw) dan membuktikan kebangkitannya dalam menjunjung kehormatan Rasulullah Saw, meskipun ironisnya para pemimpin sebagian negara-negara Arab dalam masalah ini tidak menunaikan hak kepemimpinan umat muslimnya, khususnya rezim-rezim Arab pinggiran teluk Persia, dimana mayoritas mereka adalah boneka Barat dan sekutu Amerika, mereka sangat reaktif dalam masalah ini.

Demikian juga, dia terkait solusi menghalau penerbitan film atau penistaan media-media Barat terhadap kesucian-kesucian Islam menjelaskan, penistaan terhadap nabi Muhammad (Saw) dilangsungkan karena perbedaan negara-negara Islam dan sekte di kalangan mazhab-mazhab; jika umat Islam bersatu dan koheren, maka tidak akan ada seorangpun yang akan berani lagi mencoreng kesucian-kesucian Islam.

Cendekiawan politik Jamaah Islam Pakistan menambahkan, para pemimpin sebagian negara-negara Islam sejatinya lebih memprioritaskan kemaslahatan dan lebih memilih untuk bungkam yang hal itu sangat memalukan. Jika negara-negara Islam di seluruh penjuru dunia menunjukkan reaksi serius, menutup kedutaan-kedutaan Perancis dan mengusir duta-duta negara ini, negara-negara Arab dengan minyaknya menutup bantuan ke negara-negara Barat, maka para Islamofob ini tidak akan berani lancang dan kita melihat contohnya bahwa dalam fatwa-fatwa sejarah Imam Khomeini (ra), dimana beliau secara serius mengeluarkan fatwa menentang Salman Rusydi, meskipun kedutaan-kedutaan Barat ditutup dan para dutanya diusir dari Iran, namun Imam tidak memperdulikannya dan lebih memprioritaskan pembelaan terhadap Al-Quran, Islam dan Rasulullah (Saw) dan kita menyaksikan bagaimanakah Barat ini sendiri yang terpaksa sekali lagi meminta maaf dan mengemis supaya kedutaan-kedutaannya dibuka di Iran.

Di penghujung, analis masalah politik Pakistan ini mengisyaratkan pengaruh tindakan semacam ini dan peran takfiri dalam menghadang perkembangan agama Islam dan menegaskan, penistaan akhir pasti akan menciderai diri mereka sendiri; karena meskipun mereka mencoreng Islam dan kesucian-kesucian agama suci ini; justru para non-muslim semakin lebih condong ke agama suci ini. Sebagaimana kita saksikan, akibat berbagai penistaan harian-harian Denmark sebelumnya juga masyarakat lebih condong dengan Islam dan mengetahui agama ini.

Jika negara-negara Islam lainnya, seperti Republik Islam Iran membela Islam sejati, maka takfiri ini tidak akan lagi mengakar dan tidak ada seorangpun yang berani mencoreng kesucian-kesucian agama; pemerintah-pemerintah Islam hanya dengan mengamalkan Islam suci dan menjahui dualisme politik dapat mencegah penistaan-penistaan ini.

(IQNA/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: