Pesan Rahbar

Home » » Banyaknya Perawi Syi’ah Dalam Hadis Ahlussunnah

Banyaknya Perawi Syi’ah Dalam Hadis Ahlussunnah

Written By Unknown on Sunday, 12 April 2015 | 06:06:00


Bagi Mereka yang tahu maka perkara ini cukup jelas, memang ada cukup banyak perawi hadis dalam Kitab hadis Sunni baik Kutub As-Sittah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasai, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah) maupun yang lainnya (Al Mustadrak Al Hakim, Musnad Ahmad, Mu’jam At-Thabrani, Shahih Ibnu Khuzaimah) yang ternyata seorang Syi’ah. Hal ini tidak dapat ditolak bahkan oleh seorang Salafy Wahabi sekalipun, hanya saja mereka melakukan akrobat untuk berkelit dari dilema mereka.

Sudah seringkali saya melihat bahwa Salafy Wahabi tidak membedakan apa itu Syi’ah dan apa itu Rafidhah, bagi mereka Syiah ya sama saja dengan Rafidhah dan mereka Rafidhah adalah pendusta. Kemudian ketika ditunjukkan bahwa perawi hadis Sunni sendiri banyak yang Syi’ah, mereka berkelit dengan berkata:

“Itulah kejujuran Ulama hadis Sunni, mereka mengambil hadis dari orang-orang yang mereka anggap tsiqah walaupun adalah ahlul bid’ah dengan syarat tidak berlebihan dalam kebid’ahannya atau tidak meriwayatkan kebid’ahannya”.

Dalam hal perawi Syi’ah, mereka Salafy Wahabi berakrobat dengan berkata Syi’ah yang dimaksud disini adalah tasyayyu atau berlebihan dalam mengutamakan Ali RA dari sahabat yang lain bukan Rafidhah. Sekarang baru berkata bahwa Syi’ah itu berbeda dengan Rafidhah, karena mereka tidak berani menisbatkan Syi’ah disini sebagai Rafidhah yang mereka bilang sebagai Pendusta. Sungguh Sikap Antagonis Yang Menyedihkan.

Untuk membungkam sikap Antagonis Salafy Wahabi yang menyedihkan itu maka akan ditunjukkan bahwa ada di antara perawi hadis Sunni tersebut yang jelas-jelas seorang Rafidhah. Penunjukkan Rafidhah sepenuhnya dengan bersandar pada perkataan dalam kitab Rijal oleh Ulama yang jelas-jelas menyebutkan bahwa Si Fulan adalah Rafidhah, berikut nama-nama mereka.


Abbad bin Ya’qub Al Asadi Ar Rawajini Al Kufi

Keterangan tentang Beliau dapat ditemukan dalam Hadi As Sari jilid 2 hal 177,Tahdzib At Tahdzib jilid 5 hal 109 dan Mizan Al Itidal jilid 2 hal 376. Disebutkan

Ibnu Hajar berkata bahwa Abbad adalah seorang Rafidhah yang terkenalhanya saja Ia jujur

Ibnu Hibban berkata bahwa Abbad seorang Rafidhah yang selalu mengajak orang lain mengikuti jejaknya.

Saleh bin Muhammad berkata “Abbad memaki Usman bin Affan”

Jadi Abbad adalah Seorang Rafidhah yang oleh Abu Hatim dikatakan “Ia tsiqat”,beliau seorang Rafidhah dimana Hakim berkata Ibnu Khuzaimah ketika membicarakan Abbad, Ia berkata “Riwayat Abbad dapat dipercaya tetapi pendapatnya sangat diragukan” .Adz Dzahabi berkata “Abbad seorang yang berlebihan Syiahnya, Ahli bid’ah tetapi jujur dalam menyampaikan hadis”. Maka sudah jelas Abbad adalah seorang Rafidhah bahkan dikabarkan beliau memaki sahabat Usman bin Affan tetapi tetap saja beliau dinyatakan tsiqat dan jujur. Abbad adalah perawi hadis dalam Shahih Bukhari, Sunan Ibnu Majah, Sunan Tirmdizi, Musnad Ahmad dan Shahih Ibnu Khuzaimah. Apakah para Salafy itu mau berkelit kalau Syiah yang dimaksud disini adalah tasyayyu, padahal zahir lafal jelas adalah Rafidhah? Ah ya mungkin akan ada akrobat yang lain.


Sulaiman bin Qarm Abu Dawud Adh Dhabi Al Kufi

Dalam Kitab Tahdzib At Tahdzib jilid 4 hal 213 dan Mizan Al I’tidal jilid 2 hal 219, disebutkan pernyataan Ulama mengenai Sulaiman bin Qarm. Ada yang menyatakan beliau dhaif(Yahya bin Main dan Abu Hatim) dan ada yang menyatakan beliau tsiqah.Tetapi coba lihat apa yang dikatakan Ibnu Hibban, beliau berkata Sulaiman seorang Rafidhah yang ekstrim. Anehnya walaupun Ibnu Hibban menyatakan Ia Rafidhah, Ahmad bin Hanbal menyatakan Sulaiman tsiqat, tidak ada sesuatu yang membahayakan atas diri Sulaiman hanya saja Ia berlebihan dalam bertasyayyu. Begitu pula pernyataan Ahmad bin Adi “Sulaiman banyak memiliki hadis hasan dan afrad”. Sulaiman bin Qarm adalah perawi hadis dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan Sunan Tirmidzi. Jika Rafidhah memang pendusta mengapa Ahmad bin Hanbal menyatakan tsiqat pada seorang pendusta, mengapa Imam Muslim meriwayatkan hadisnya dalam kitab Shahih beliau Atau justru sebenarnya Ibnu Hibban keliru. Jika memang Ibnu Hibban keliru maka saya katakan kalau seorang Ulama saja bisa keliru dalam menentukan siapa yang Rafidhah mengapa pengikut Salafy itu begitu soknya dengan mudah berkata siapa yang Rafidhah.


Harun bin Sald Al Ajli Al Kufi

Beliau sebagaimana dijelaskan dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 11 hal 6 dan Mizan Al I’tidal jilid 4 hal 784 adalah perawi yang dapat diterima hadisnya. Tetapi beliau juga dinyatakan sebagai Rafidhah

As Saji berkata Dia itu Rafidhah ekstrim.

Ibnu Hibban berkata Dia Rafidhah ekstrim.

Anehnya Harun juga dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hibban, Ahmad bin Hanbal berkataHarun orang yang saleh dan banyak yang meriwayatkan hadis darinya, Ibnu Abi Hatim berkata “Aku bertanya pada ayahku tentang Harun. Maka dia menyatakan bahwa tidak ada masalah dengan Harun”. Utsman Ad Darimi mengatakan dari Ibnu Main bahwa tidak ada persoalan dengan Harun walaupun Ad Dauri berkata bahwa Ibnu Main mengatakan Harun itu berlebihan dalam Syiahnya. Hal ini berarti Ibnu Main tidak menganggap kesyiahan Harun sebagai persoalan dalam periwayatan hadis. Jika benar setiap Rafidhah adalah pendusta mengapa Harun yang dikatakan As Saji dan Ibnu Hibban sebagai Rafidhah tetap diterima hadisnya oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim.


Jami’ bin Umairah bin Tsa’labah Al Kufi

Dalam Tahdzib At Tahdzib 2/111 dan Mizan Al ‘Itidal 1/421, didapatkan keterangan tentang Jami’ bin Umair. Beliau dinyatakan Rafidhah oleh Ibnu Hibban. Ibnu Hibban berkata “Dia itu Rafidhah yang memalsukan hadis”. Tetapi walaupun begitu beliau adalah tabiin yang diterima hadisnya

Abu Hatim berkata “Dia orang Kufah, seorang Tabiin dan Syiah yang terhormat. Dia jujur dan baik hadisnya”.

Al Ijli berkata “Dia seorang Tabiin yang tsiqat”.

As Saji berkata “Dia memiliki hadis-hadis munkar, dia bisa diperhitungkan dan dia itu jujur”.

Bukhari berkata “Dia patut dipertimbangkan”.

Ibnu Adi berkata “Dia seperti yang dikatakan Bukhari,hadis-hadisnya bisa dipertimbangkan. Hadis yang diriwayatkannya umumnya tidak diikuti orang”.

Jami’ bin Umairah adalah perawi hadis dalam Sunan Tirmidzi dan Al Mustadrak Al Hakim, Tirmidzi menghasankan sebagian hadisnya dan Al Hakim menshahihkan hadis riwayat Jami’ bin Umairah. Kalau memang yang dinyatakan Ibnu Hibban itu benar maka itu berarti seorang Rafidhah bisa diterima hadisnya.


Abdul Malik bin A’yun Al Kufi

Keterangan tentang Abdul Malik dapat dilihat dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 6 hal 385 dan Mizan Al I’tidal jilid 2 hal 651. Beliau Abdul Malik dinyatakan oleh Al Hamidi dan Sufyan bin Uyainah sebagai seorang Rafidhah.

Al Hamidi menceritakan bahwa Sufyan menerima hadis dari Abdul Malik seorang Syiah. Al Hamidi berkata bagiku Abdul Malik adalah seorang Rafidhah yang suka menciptakan ajaran bid’ah.

Al Hamidi berkata dari Sufyan bahwa Abdul Malik dan kedua saudaranya Zararah dan Hamran adalah penganut Syiah Rafidhah.

Al Uqaili dalam Ad Dhuafa menyatakan bahwa Abdul Malik seorang Rafidhah.

Tetapi jika kita melihat pernyataan Ulama lain maka ditemukan bahwa Abdul Malik tsiqah dan jujur.

Ibnu Hibban menyatakan Abdul Malik tsiqat dan memasukkan namanya dalam Ats Tsiqat.

Al Ajli menyatakan Abdul Malik sebagai tabiin yang tsiqat.

Abu Hatim berkata “Ia orang Syiah tetapi jujur”.

Al Mizzi dalam Tahdzib Al Kamal berkata bahwa Abdul Malik itu Rafidhah tetapi Shaduq(jujur)

Abdul Malik adalah perawi Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Dawud dan Sunan Tirmidzi,

Jadi bagaimana mungkin Rafidhah yang dikatakan dusta itu diambil hadisnya oleh para Ulama Sunni.


Musa bin Qais Al Hadhramy

Beliau adalah seorang perawi hadis yang tsiqah sebagaimana disebutkan dalamTahdzib At Tahdzib jilid 10 hal 366 dan Mizan Al I’tidal jilid 4 hal 217. Anehnya Al Uqaily berkata Dia itu Rafidhah yang ekstrim. Apakah itu berarti Musa adalah Rafidhah yang tsiqah.

Yahya bin Main berkata “dia tsiqat”.

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata dari ayahnya yang berkata Aku tidak mengetahui tentang Musa kecuali kebaikan.

Ibnu Syahin berkata Musa diantara perawi yang tsiqah.

Ibnu Numair berkata tentang Musa dia tsiqat, banyak yang meriwayatkan darinya.

Abu Hatim berkata “tidak ada persoalan dengan dia”.

Selain itu Musa bin Qais lebih mendahulukan Ali ketimbang Abu Bakar. Hal ini dinyatakan Adz Dzahabi dalam sebuah riwayat tentang Musa, bahwa Musa berbicara tentang dirinya sendiri bahwa Sufyan bertanya kepadanya tentang Abu Bakar dan Ali, maka katanya Ali lebih kusukai. Musa bin Qais adalah perawi hadis dalamSunan Abu Dawud.


Hasyim bin Barid Abu Ali Al Kufi

Hasyim bin Barid dinyatakan oleh Al Ajli dan Ibnu Hajar sebagai Rafidhah tetapi mereka berdua tetap mentsiqahkan beliau. Hal ini dapat dilihat dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 11 hal 16 dan Mizan Al I’tidal jilid 4 hal 288.

Al Ajli berkata tentang Hasym “Dia orang Kufah yang tsiqat Cuma dia itu Rafidhah”. Hasym bin Barid telah dinyatakan tsiqah oleh Yahya bin Main, Ibnu Hibban, Ahmad bin Hanbal dan Ad Daruquthni. Hasym adalah perawi hadis dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan An Nasai.

Sangat jelas bahwa nama-nama di atas dinyatakan sebagai Rafidhah tetapi tetap saja diterima hadisnya. Hal ini menimbulkan kemusykilan bagi para pengikut Salafy Wahabi. Sebagian mereka tetap berasumsi bahwa Rafidhah yang dimaksud adalah tasyayyu atau melebihkan Ali RA dibanding sahabat lain. Mereka berkata bahwa kata Rafidhah yang dimaksud di atas bukanlah seperti Syiah Rafidhah yang pencaci sahabat Nabi. Semua itu hanyalah kata-kata berkelit untuk membenarkan sikap mereka yang selalu merendahkan Syiah dengan sebutan Rafidhah. Bukankah Abbad dikabarkan mencaci Utsman bin Affan dan beliau tetap dianggap tsiqah.

Sebagian mereka akan menyatakan bahwa ulama yang menyatakan nama-nama di atas sebagai Rafidhah adalah keliru karena terbukti ada yang mentsiqahkan mereka. Anehnya kenapa tidak sekalian dinyatakan bahwa justru Ulama yang mentsiqahkan itulah yang keliru karena bukankah menurut mereka Salafy Wahabi, sudah jelas Rafidhah adalah pendusta.


Perawi Hadis Sunni Yang Dikatakan Mencaci Sahabat Nabi Saw

Ada juga perawi hadis yang dikatakan oleh sebagian Ulama telah mencaci sahabat Nabi. Di atas telah disebutkan salah satunya adalah Abbad bin Yaqub. Selain Abbad terdapat juga Abdurrahman bin Shalih Al Azdi yang dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 6 hal 197 dinyatakan bahwa

Shalih bin Sulaiman berkata tentang Abdurrahman bin Shalih “Ia orang Kufah yang mencerca Usman tetapi ia jujur”.

Musa bin Harun berkata “Ia tsiqat yang bercerita tentang kekurangan-kekurangan para Istri Rasulullah SAW dan para sahabat”.

Abu Dawud berkata “Aku tidak berminat untuk mendaftar hadis Ibnu Shalih. Ia menulis buku yang mengecam sahabat-sahabat Rasul”.

Walaupun begitu tetap banyak yang memandangnya tsiqah.
Yahya bin Main berkata “Ia tsiqat, jujur dan syiah, baginya jatuh dari langit lebih ia sukai daripada berdusta walau hanya sepatah kata”
Abu Hatim berkata Ibnu Shalih seorang yang jujur
Ahmad bin Hanbal berkata “Maha suci Allah, ia seorang yang mencintai keluaga Nabi dan ia adil”.

Beliau Abdurrahman bin Shalih Al Azdi adalah perawi hadis dalam Sunan An Nasai.
Seorang yang dikatakan mencaci sahabat-sahabat Nabi ternyata tetap dinyatakan oleh yang lain sebagai tsiqah dan diambil hadisnya.

Yang dapat disimpulkan adalah Dalam Kitab hadis Sunni memang terdapat perawi hadis yang dinyatakan oleh sebagian Ulama sebagai Rafidhah. Oleh karena itu tidak berlebihan kalau Sunni ternyata mengambil hadis juga dari Rafidhah.

http://mawaddahfiahlilbayt.blogspot.com/2011/08/perawi-syiah-dalam-hadis-sunni.html?m=1
________________________________________


Gaya Dialog, Diskusi, dan Adu Argumen Kaum Salafi Wahabi

Kaum Salafi Wahabi adalah kelompok yang menempuh cara debat dengan memaksakan pendapat. Mereka tak mau mendengar pendapat orang lain karena beranggapan pendapat orang lain adalah pendapat bidah yang tidak pantas didengar dan diperhatikan. Pendapat orang lain justru harus dibantah dan ditolak tanpa terlebih dulu mempertimbangkan sisi baik dan dalilnya.


Dalam berdebat dan berdiskusi mereka menempuh sejumlah cara dan gaya yang bias diringkas pada poin-poin berikut:

Pertama, fanatisme pemikiran yang tercermin dalam prinsip yang mereka sebut dengan “pengecualian ahli bidah”. Prinsip ini ditujukan kepada semua mazhab dan aliran yang menentang mereka. Selain itu, Ulama Salafi Wahabi juga melarang para pengikutnya untuk membaca buku Ulama-Ulama yang menentang pendapat mereka. Kaum Salafi Wahabi juga melarang para pengikutnya untuk bergaul, bersahabat, dan berinteraksi dengan orang yang menentang pemikiran mereka.

Kedua, cara yang ditempuh oleh orang-orang Salafi Wahabi dalam berdiskusi dan beradu pemikiran adalah tipu muslihat dan menebar isu-isu palsu. Misalnya, menuduh orang-orang yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka dengan tuduhan berbuat bid’ah, syikrik, penganut Jahmiyah dan lain sebaginya. Mereka menuduh lawan sebagai musuh as-Sunnah dan musuh Tauhid.

Orang-orang Salafi Wahabi kontemporer telah terbiasa menggunakan istilah-istilah “kafir” dan “sesat” guna memicu permusuhan dengan lawan mereka. Ungkapan-ungkapan itu antara lain yang tercantum dalam kitab as-Sunnah karya Ibnu Ahmad. Ungkapan-ungkapanitu antara lain menyebutkan, “Murjiah itu seperti Shabiah. Murji’ah berkiblat pada Yahudi. Rafidhah itu lebih kafir dari Yahudi dan Nasrani. Dan pengikut Hanafiah itu seperti pencuri.”.

Ketiga, cara yang ditempuh Kaum Salafi Wahabi dalam diskusi dan beradu argument adalah pertikaian, pemukulan, dan penyerangan, bahkan terkadang kontak senjata. Disamping adu argumen, orang-orang Salafi Takfiri juga menempuh jalur pertikaian, penyerangan bahkan pembunuhan ketika kalah secara ilmiah.

Disejumlah Negara di dunia, pernah terjadi pemukulan yang dilakukan beberapa pengikut Salafi Wahabi terhadap orang-orang yang menentang pendapat mereka. Namun yang terjadi justru pemukulan yang dilakukan oleh sejumlah pengikut Salafi Wahabi. Dan kejadian serupa sering terjadi sampai memakan korban jiwa.

Keempat, cara yang ditempuh Kaum Salafi Wahabi dalam berdiskusi dan adu argument adalah mengubah isi buku-buku klasik. Untuk mewujudkan mimpi dan tujuan sekaligus menghadapi orang yang menentang, orang-orang Salafi Wahabi sampai berani mengubah isi buku-buku klasik. Mereka mempermainkan pandangan-pandangan para Ulama atau hadis-hadis yang dianggap berseberangan dengan pemikiran mereka. Mereka kemudian menyulapnya sesuai dengan bentuk yang sesuai dengan pemikiran, pandangan, dan keyakinan mereka. Setelah mempermainkannya, Kaum Salafi Wahabi kemudian menerbitkannya dan berargumen dengan argument yang dapat memicu permusuhan.

Seolah-olah Para Imam yang memusuhi mereka pun telah sepakat dengan apa yang mereka inginkan. Padahal, para Imam itu jelas tidak menginginkan permusuhan.

Begitulah secara ringkas gaya dialog dan diskusi kaum Salafi Wahabi mereka tak pernah berhenti dan lelah dalam memprovokasi umat dengan perselisihan dan permusuhan dan akhir-akhir ini kita lihat dan perhatikan mereka semakin gencar dan massif dalam melakukan provokasi kebencian mazhab. Virus Takfir yang mereka tularkan ke lintas mazhab kalau tak di antisispasi sejak dini akan menimbulkan masalah baru bagi kedamainan dan akan menghancurkan kita sebagai Umat dan Bangsa.

Saatnya sekarang kita bersatu padu dalam menghadapi Para ekstrimis berjubah Agama ini karena INTOLERANSI adalah musuh Agama dan Kemanusiaan..Salam Ukhwah…Salam Satu Islam
_____________________________________


FIKIH SYIAH DI UNIVERSITAS AL-AZHAR MESIR

Syaikh Muhammad Muhammad Madani
- Dekan Fakultas Hukum Islam al-Azhar
- Dan Ketua redaksi majalah Risalah Islam.


Pertanyaan:
Kenapa Anda memasukkan fikih Syiah di Universitas al-Azhar, padahal Syiah adalah mazhab orang-orang yang meyakini bahwa Jibril seharusnya menyampaikan wahyu kepada Ali as, tetapi dia keliru dan menyampaikannya kepada Muhammad saw. Dan juga mereka meyakini bahwa sebagian dari Zat Allah Swt menyatu dalam diri Ali as?!

Syaikh Muhamad Muhammad Madani menjawab:
Kata Syiah adalah sebutan bagi berpuluh-puluh mazhab dan aliran yang dinisbatkan kepada Islam, di mana ada sebagian yang hak dan ada pula yang batil. Dengan kata lain, ada sebagian dari mazhab-mazhab ini yang menyimpang dari prinsip-prinsip (ushul) Islam, dan sesat, sedangkan sebagian yang lain sebagaimana mazhab-mazhab Ahlussunnah, percaya kepada prinsip-prinsip (ushul) Islam. Sekalipun dalam beberapa masalah cabang (furu’) dan masalah-masalah fikih dan ijtihad terjadi ikhtilaf dan beda pendapat dengan mazhab-mazhab Ahlussunnah (sebagaimana perbedaan pendapat ahli bahasa berkaitan dengan pengertian kata-kata).

Kelompok pertama yang dinamakan Syiah, dan mengingkari prinsip-prinsip Islam adalah termasuk kelompok sesat dan menyimpang dan tidak termasuk kelompok Islam; sekalipun mereka menamakan diri dengan Muslim. Karena Muslim adalah seorang yang beriman dan percaya kepada prinsip-prinsip akidah Islam dan tidak mengingkari berbagai kewajiban agama yang jelas dan nyata.

Amat menggembirakan pada hari ini kelompok-kelompok sesat ini telah punah dan tidak ditemukan sisa-sisa peninggalan mereka di dunia Islam, dan sekiranya kelompok ini masih dapat disaksikan dianut oleh beberapa orang dalam jumlah kecil, mereka adalah keluar dari kumpulan kita (Ahlussunnah) dan Syiah; bahkan mereka keluar dari agama Islam dan dikutuk oleh kedua kelompok (Ahlussunnah dan Syiah)


Adapun Syiah yang fikihnya diajarkan di Universitas al-Azhar adalah:

1-Syiah Imamiyah Itsna’asyariyah, adalah mereka yang menyakini bahwa kepemimpinan Ali as telah ditetapkan berdasarkan nash (dalil jelas) dan mereka ini disebut Imamiyah, dan karena imam mereka berjumlah dua belas orang, maka disebut Itsna’asyariyah.

Para penganut Syiah ini ada di Iran, Irak, Suriah, Lebanon, Pakistan, India, dan berbagai negara Arab dan Islam, dan mereka percaya kepada seluruh prinsi-prinsip Islam dan tidak ada seorang pun dari ahli kiblat yang dibolehkan mengkafirkan mereka. Perbedaan mereka dengan Ahlussunnah adalah pada perkara-perkara di luar prinsip-prinsip dan kewajiban-kewajiban dasar agama, dan fikih mereka dinisbatkan kepada Ahlulbait pilihan Nabi saw yang lebih populer dengan sebutan Fikih Ja’fari (dinisbatkan kepada Imam Ja’far ash-Shadiq putra Imam Muhammad al-Baqir.).

Syiah ini (Syiah Imamiyah Itsna’asyariah), menentang dan berlepas diri dari kaum Ghulat yang menisbatkan diri kepada Syiah, tetapi berlebihan dalam meyakini kepribadian Ali as. Syiah ini juga menganggap kaum Ghulat ini adalah kafir dan najis.

Syiah ini memiliki buku yang cukup banyak dalam akidah, fikih, ushul, rahasia syariat, akhlak, irfan, ilmu bahasa Arab dan lain-lain. Dan banyak ahli fikih, ahli hadis, ahli sastra Arab, ahli ushul, ahli kalam dan lain-lain, adalah berasal dari mereka, dan mereka memiliki berbagai karya dan pustaka yang cemerlang dalam khazanah ilmu-ilmu Islam di berbagai masa.

2-Syiah Zaidiyah di mana sebagian besar penganutnya berada di negara Yaman dan mazhab ini dinisbatkan kepada Zaid bin Ali Zainal Abidin, mazhab ini adalah mazhab Syiah yang paling mendekati Ahlussunnah, dan sekalipun dinamakan dengan Syiah tetapi tidak ada yang mempermasalahkannya.


Oleh karena itu, tidak benar jika seorang menganggap seluruh mazhab Syiah meyakini kerasulan atau ketuhanan Ali (Ali adalah rasul atau Ali adalah tuhan), ataupun mereka berlebih-lebihan dalam menyakini kepribadian Ali as. Dan anggapan semacam itu secara umum adalah keliru, karena harus dibedakan antara Syiah yang lurus dan Syiah yang sesat dan punah. Ketika kita mendengar suatu pendapat dari Syiah, maka perlu diperhatikan bahwa jangan-jangan itu adalah berasal dari Syiah sesat yang dinisbatkan kepada Syiah yang lurus dan benar.

(Mawaddahfi-Ahlil-Bayt/Syiah-Ali/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: