Pesan Rahbar

Home » » DR.Isam Ali Yahya al-Imad Ulama Wahabi Yang Menjadi Syi’ah

DR.Isam Ali Yahya al-Imad Ulama Wahabi Yang Menjadi Syi’ah

Written By Unknown on Tuesday, 21 April 2015 | 22:14:00


Dulu saya berguru langsung kepada Bin Baz, Mufti Besar Arab Saudi. Tapi dalam hati aku selalu berpikir, mengapa kecintaan yang tulus kepada Imam Ali, Imam Husein dan semua imam lainnya tetap menggelora di hati sebagian orang dan tak pernah luntur meski sudah berlalu berabad-abad lamanya? Dari sisi lain aku menyaksikan betapa gencarnya majlis-majlis taklim di Arab Saudi mengkritik Imam Ali dan Imam Husein. Aku melihat juga bagaimana mereka mencari pembenaran atas apa yang dilakukan Yazid dan Muawiyah… Aku menyaksikan majlis-majlis yang dengan mudah mengkritik Imam Ali bahkan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas terhadap beliau. Tapi ketika menyaksikan keutamaan Imam Ali –bahkan yang dinukil dalam kitab-kitab mereka sendiri- mereka nampak tidak bisa menerimanya… Melihat itu aku mencela diri sendiri dan aku memaksa diri ini untuk banyak membaca sejarah Ahlul Bait as… Setelah banyak membaca akhirnya aku berkesimpulan bahwa semua yang dilakukan Imam Ali didasari oleh akal dan logika, sementara apa yang dikatakan oleh orang-orang Wahabi tak lebih dari pembenaran buruk tanpa landasan logika.”

Pernyataan tadi adalah kata-kata Dr Isam al-Imad yang sebelum ini duduk sebagai mufti Wahabi di Yaman dan tergolong salah satu guru besar Wahabi di kampus-kampus pendidikan tinggi agama di Arab Saudi. Dia dipercaya menjadi Imam Jumat Wahabi di ibukota Yaman, Sanaa. Setelah melakukan studi dan telaah yang cukup luas, Dr Isam akhirnya mengakui ketidakbenaran ajaran Wahabi dan memilih Syiah sebagai mazhabnya yang baru.

Isam Ali Yahya al-Imad, lahir di desa al-Imad, di selatan Yaman. Sejak usia enam tahun dia sudah mulai mempelajari ilmu agama di lembaga pendidikan Wahabi. Pendidikan tinggi ia dapatkan di salah satu perguruan tinggi agama di Arab Saudi dengan mengambil jurusan ilmu Hadis dan al-Quran. Dia tergolong pemuda yang cerdas sehingga berkesempatan berguru kepada para ulama besar Wahabi. Guru utamanya adalah Abdul Aziz bin Baz, Mufti Besar Wahabi di Arab Saudi. Isam belajar tentang akidah kepada Mufti ini. Semua buku akidah yang ditulis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri faham Wahabi, rampung dibaca dan dipelajarinya seperti kitab ‘Tauhid’, ‘Kasyf al-Syubuhat fi al-Tauhid’, dan ‘Sirah Nabawiyah’. Di kemudian hari, dia mengajarkan kitab-kitab itu di perguruan tinggi Arab Saudi. Di bawah pengaruh ajaran Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Abdul Wahhab, Isam al-Imad juga menentang ajaran Syiah. Dia sempat menulis buku yang menolak Syiah.

Namun dalam perjalanan hidupnya terjadi perubahan jiwa dan pemikiran yang menarik setelah dia mengenal tulisan-tulisan Sayyid Qutub. Sayyid Qutub adalah salah seorang ulama Sunni di Mesir yang amat mengagumi dan mencintai Imam Ali as dan Imam Husein as. Dialah yang menulis kitab ‘Kutub wa Syakhshiyyat’ yang dengan panjang lebar menjawab segala tuduhan Ibnu Taimiyyah yang dialamatkan kepada Imam Ali as. Mengenai hal ini, Isam al-Imad mengatakan, “Karena spesialiasiku di bidang ilmu hadis, aku melihat bahwa dari sisi sanad argumentasi Sayyid Qutub sangat benar. Sebelumnya aku tidak tertarik dengan Imam Ali karena aku mengenalnya lewat buku-buku Ibnu Taimiyyah. Tapi setelah membaca buku-buku Sayyid Qutub dan buku Ibnu Aqil al-Sayfi’i, mufti Syafii di Yaman, aku menemukan kecintaan yang mendalam di hati kepada Imam Ali as.”

Dr al-Imad melanjutkan, “Kata-kata Syahid Sayyid Qutub benar-benar melahirkan perubahan pemikiran bukan hanya pada diriku tapi juga mengguncang seluruh Arab Saudi… Karena itu, banyak buku yang ditulis di Arab Saudi untuk menyerang Sayyid Qutub.”

Dr Isam al-Imad datang ke Iran pada tahun 1989 untuk belajar di pusat pendidikan agama hauzah ilmiah di kota Qom. Dia ingin mengenal ajaran Ahlul Bait secara mendalam. Mengenai pengalamannya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seputar Syiah, dia menceritakan, “Aku menemukan jawaban atas semua pertanyaanku di buku-buku karya Syeikh Mufid yang ditulis lebih dari seribu tahun lalu. Semua jawaban itu bukan berasal darinya tapi dari kitab suci al-Quran, Sunnah Nabi dan hadis-hadis dari Ahlul Bait as. Artinya, semua jawaban Syeikh Mufid adalah jawaban dari Ahlul Bait as.”

Setelah menerima Syiah sebagai madhabnya Isam al-Imad menulis sejumlah buku yang mengungkap kesesatan ajaran Wahabi. Buku-bukunya sangat menarik dengan penjelasan yang memukau. Salah satu karya al-Imad adalah al-Zilzal yang memuat perdebatannya dengan Syeikh Utsman Khamis, salah seorang ulama Wahabi terkemuka. Sejumlah diskusi dan debat Dr Isam al-Imad sering ditayangkan secara langsung oleh televisi al-Kauthar, al-Alam dan Ahl Bait. Bahkan sebagiannya terbit dalam bentuk buku.

Isam al-Imad yang juga melanjutkan pendidikan hingga jenjang doktoral menyatakan bahwa saat ini banyak ulama di kalangan Wahabi yang menulis artikel dan buku yang mengkritisi ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab. Dia menuturkan, “Pendiri ajaran Wahabi tak banyak menguasai ilmu-ilmu Islam seperti mantiq, ushul dan tata bahasa Arab.. Aku yakin bahwa Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab punya dua masalah besar. Pertama, ilmu yang minim.. Kedua dan yang lebih penting adalah masalah pemikirannya. Dia tak punya aturan yang jelas untuk mengkafirkan seseorang. Akibatnya banyak sekali orang, baik Syiah maupu Sunni, yang ia vonis kafir… Dia dengan mudah memvonis kafir dan membunuh banyak ulama Muslim.”


Isam al-Imad menyoal tentang pandangan kaum Wahabi yang menyebut ziarah kubur orang-orang saleh sebagai perbuatan syirik. Dia mengatakan, “Orang-orang mencurahkan pikiran hanya untuk membicarakan soal kubur. Mereka selalu siap untuk menyerang kubur. Padahal sudah sejak lama mereka menghancurkan kuburan-kuburan yang ada di Arab Saudi dan sudah tidak ada lagi kuburan di sana… Aku ingat sewaktu masih menjadi pengikut Wahabi aku selalu lari ketika melewati kuburan. Jika orang-orang Lebanon dan Palestina melakukan serangan mati syahid melawan Israel, kamipun melakukan hal yang sama dengan sasaran kuburan. Artinya, tauhid kaum Wahabi tak lebih dari tauhid kuburan.”

Dr Isam menambahkan, “Coba lihat buku tulisan Muhammad bin Abdul Wahhab tentang Ketuhanan. Pembahasan pertama adalah masalah kubur, ziarah kubur, tawassul dengan kubur dan yang semisalnya.. Tidak ada pembahasan tentang Tuhan. Jika sudah demikian, orang akan mudah menjalin hubungan dengan Amerika. Sebab, masalah agama sudah tidak penting baginya. Pembahasan tentang Allah tidak lagi penting. AS dan Israel bukan lagi ancaman. Ketidakberagamaan juga bukan hal penting. Bahaya paling besar adalah kuburan. Bahaya itu hanya bisa sirna jika kuburan sudah dihancurkan. Jika itu terlaksana, semua perbuatan diperbolehkan. Ini jelas bukan tauhid Islami, tapi tauhid versi Amerika.”

Dr Isam mempersoalkan sikap para ulama Wahabi seperti Syeikh al-Madkhali yang sudah menulis sekitar 100 buku berisi kecaman dan laknat terhadap para ulama seperti Sayyid Qutub, Sheikh Muhammad Ghazali, Ayatollah Khui, Sheikh Muhammad Abduh dan lainnya tapi tak pernah sekalipun menulis tentang Marxisme, Budhisme, Bahaisme, dan pemikiran Amerika dan Israel. Isam mengaku tak heran dengan hal itu. Sebab, pemerintah Arab Saudi memang punya kebijakan yang menjamin kepentingan AS dan Zionisme.

Fatwa-fatwa yang mengkafirkan umat Islam dibuat demi kebijakan itu. Aksi teror yang dilakukan kaum Salafi Wahabi dengan mengatasnamakan perjuangan Islam justeru menjadikan muslimin sebagai target.

Dr Isam al-Imad menulis buku yang mengkritik faham Wahabi dari dalam. Buku itu menyoal ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab. Buku yang ditulis seorang mantan ulama Wahabi tentu akan membuka hati dan menerangi jiwa ribuan orang Wahabi lainnya. Orang-orang Wahabi mengakui bahwa buku yang ditulis oleh Isam al-Imad dan orang-orang sepertinya punya pengaruh yang besar pada diri pengikut ajaran Wahabi.

(IRIB-Indonesia/Satu-Islam/Syiah-Ali/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: