Tanggapan Atas Fitnah Blog “Haula Syi’ah” dan Wahabiyah Salafiyah Lainnya
Nabi saw. Menghukum dengan Hukuman Sadis dan Mencincang kaum Muslim.
Dalam tulisan ini kami tidak bermaksud mengatakan bahwa demikianlah Ahlusunnah menilai pribadi agung Nabi mulia Muhammad saw. yang diagaungkan dan dimuliakan Allah dalam Al Qur’an-nya. Akan tetapi kami berharap para ulama Ahlusunnah dapat memberikan jawaban yang ilmiah lagi bertanggung jawab dalam menyikapi hadis-hadis yang dalam hemat kami sangat ganjil dan mencoreng kemuliaan dan keagungan Nabi saw.
Kami bukan termasuk mereka yang dengan gegabah menuduh bahwa akidah Ahhlusunnah tentang Nabi mulia sw. dan kenabian adalah seperti yang tertera dalam beberapa riwayat yang akan kami ungkap dalam artikel ini dan juga insya Allah dalam beberapa artikel akan datang, seperti yang mungkin biasa dilakukan para musuh Ahlulbait Nabi saw., khususnya kaum Wahhabi/Salafy ketika mereka menhujat dan memfitnah Syi’ah (pengikut setia Ahlulbait as.) dengan mencomot satu atau dua hadis, lalu menuduh akidah Syi’ah adalah persis seperti apa yang tertera dalam hadis/riwayat itu! Yang mana boleh jadi hadis itu tidak shahih dalam penelitian ulana Syi’ah sendiri! Atau ia memiliki makna dan tafsiaran yang berbeda dengan apa yang dituduhkan!
Al hasil, kami, isya Allah jauh dari sikap tidak adil yang hanya diilhami oleh setan terkutuk dan hawa nafsu!
Yang kami harap hanyalah, kami diberi jawaban yang dalam menentramkan pikiran kami! Hanya itu saja!
Dan kami tidak akan menyebutkan dan mempertanyakan kecuali hadis-hadis (riwayat-riwayat) yang telah dimuat dan diriwayatkan dalam kitab-kitab standar/mu’tabarah, khususnya Shahîhain (Bukhari & Muslim) yang keshahihan seluruh isinya hampir menjadi kesepakatan ulama Ahlusunnah!
Lebih lanjut mari kita perhatikan dengan pikiran sehat dan hati jernih beberapa riwayat yang memojokkan Nabi saw. seperti diriwayatkan dan dishahihkan ulama dan para muhaddis Ahlusunnah, utamanya Imam Bukhari dan Muslim!
Nabi saw. Menghukum dengan Hukuman Sadis dan Mencincang Kaum Muslim
Dalam banyak kesempatan dalam kitab Shahih-nya, Bukhari dan juga para muhaddis lainnya, mengulang-ulang hadis yang mengisahkan kebengisan perlakuan Nabi saw. terhadap sebagian kaum Muslim yang telah membunuh pengembala unta Nabi saw.. Setelah membunuh pengembala unta tersebut, mereka dicari dan setelah tertangkap, Nabi saw. memotong tangan dan kaki mereka serta menusuk mata-mata mereka dengan besi mengangah, sehingga mereka menjulur-julurkan lidah mereka ke tanah untuk mendinginkan, mereka meraung-raung meminta-minta seteguk air untuk membasahi kekeringan kerongkongan mereka, tapi Nabi pun tak mempedulikan mereka. Mereka dilemparkan di tengah-tengah shahrâ’ bebatuan yang memanggang. Tidak diberi minum, sementara darah-darah mereka dibiarkan mangalir, sehingga pada akhirnya mereka pun mati mengelepar-gelepar di atas padang pasir yang membakar!
Ngeri rasanya! Mengapa Nabi saw. sang penabur rahmat berubah menjadi pengauasa bengis dan kejam?! Ia menikmati terhentak-hentak dan menggelepar-ngeleparnya kaum yang ia cincang dan potong-potong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka serta menusuk mata-mata mereka dengan besi mengangah! Padahal mereka itu adalah kaum Muslim. Wal Iyadh Billah !
Sekali lagi, ia adalah dari riwayat Anas ibn Malik!
Hadis tentangnya dapat Anda simak dalam:
* Shahih Bukhari:
Shahih Bukhari dalam Kitab At Tib, Bab الدواء بألبان الإبل (Bab Obat dengan kencing Unta)
حدثنا مسلم بن إبراهيم حدثنا سلام بن مسكين حدثنا ثابت عن أنس أن ناسا كان بهم سقم قالوا يا رسول الله آونا وأطعمنا فلما صحوا قالوا إن المدينة وخمة فأنزلهم الحرة في ذود له فقال اشربوا ألبانها فلما صحوا قتلوا راعي النبي صلى الله عليه وسلم واستاقوا ذوده فبعث في آثارهم فقطع أيديهم وأرجلهم وسمر أعينهم فرأيت الرجل منهم يكدم الأرض بلسانه حتى يموت قال سلام فبلغني أن الحجاج قال لأنس حدثني بأشد عقوبة عاقبه النبي صلى الله عليه وسلم فحدثه بهذا فبلغ الحسن فقال وددت أنه لم يحدثه بهذا
.… Dari Anas ibn Malik, “Sesungguhnya ada sekelompok orang yang sakit, mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah saw., beri kami tempat berteduh (tempat tinggal) dan beri kami makan.’ Maka setelah mereka sembuh, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kota Madinah ini jelek untuk kita.” Maka Nabi saw. memerintah mereka mendatangi daerah Hurrah (pinggiran kota Madinah) dan beliau bersabda, “Minumlah dari susu unta-unta di sana. Setelah mereka sembuh, mereka membunuh si pengembala dan menggiring (membawa lari) unta-unta itu. Kemdian sampailah berita itu kepada Nabi saw., maka beliau mengutus orang-orang untuk mengejar mereka, setelah mereka didatangkan, Nabi memotong tanga-tangan dan kaki-kaki mereka serta menggores mata-mata mereka dengan besi/paku mengangah. Aku (kata Anas) menyaksikan seorang dari mereka menggigit tanah dengan lidahnya hingga mati.”
Sallâm berkata, “Maka sampailah kepadaku bahwa Hajjâj berkata kepada Anas, ‘Sampaikan kepadaku siksaan Nabi yang paling keras/sadis, maka ia pun menyampaikan hadis ini.lalu sampailah berita itu kpada Hasan dan ia pun berkata, ‘Aku berharap andai ia tidak menyampaikan hadis itu kepada Hajjaj.’” [1]
Sumber Hadis: Sengaja kami ambil dari -Bukhari Online- situs Kementrian Agama dan Wakaf Saudi Arabia
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=8504
Ketika menerangkan makna kata “Samara”: Ibnu Hajar –pensyarah Shahih Bukhari mengarakan:
فَقْءُ الْعَيْنِ بِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ …. وَقَدْ يَكُونُ مِنْ الْمِسْمَارِ يُرِيدُ أَنَّهُمْ كُحِّلُوا بِأَمْيَالٍ قَدْ أُحْمِيَتْ .
“Kata kerja samara artinya mencongkel mata dengan alat congkel apapun… terkadang dengan paku. Maksudnya mata-mata mereka digores dengan paku-paku tipis panas…. “
Hadis-hadis serupa:
Selain riwayat di atas masih banyak lainnya di antaranya:
حدثنا سليمان بن حرب قال حدثنا حماد بن زيد عن أيوب عن أبي قلابة عن أنس بن مالك قال قدم أناس من عكل أو عرينة فاجتووا المدينة فأمرهم النبي صلى الله عليه وسلم بلقاح وأن يشربوا من أبوالها وألبانها فانطلقوا فلما صحوا قتلوا راعي النبي صلى الله عليه وسلم واستاقوا النعم فجاء الخبر في أول النهار فبعث في آثارهم فلما ارتفع النهار جيء بهم فأمر فقطع أيديهم وأرجلهم وسمرت أعينهم وألقوا في الحرة يستسقون فلا يسقون قال أبو قلابة فهؤلاء سرقوا وقتلوا وكفروا بعد إيمانهم وحاربوا الله ورسوله
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=394
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ عَنْ وُهَيْبٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَدِمَ رَهْطٌ مِنْ عُكْلٍ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا فِي الصُّفَّةِ فَاجْتَوَوْا الْمَدِينَةَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَبْغِنَا رِسْلًا فَقَالَ مَا أَجِدُ لَكُمْ إِلَّا أَنْ تَلْحَقُوا بِإِبِلِ رَسُولِ اللَّهِ فَأَتَوْهَا فَشَرِبُوا مِنْ أَلْبَانِهَا وَأَبْوَالِهَا حَتَّى صَحُّوا وَسَمِنُوا وَقَتَلُوا الرَّاعِيَ وَاسْتَاقُوا الذَّوْدَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّرِيخُ فَبَعَثَ الطَّلَبَ فِي آثَارِهِمْ فَمَا تَرَجَّلَ النَّهَارُ حَتَّى أُتِيَ بِهِمْ فَأَمَرَ بِمَسَامِيرَ فَأُحْمِيَتْ فَكَحَلَهُمْ وَقَطَعَ أَيْدِيَهُمْ وَأَرْجُلَهُمْ وَمَا حَسَمَهُمْ ثُمَّ أُلْقُوا فِي الْحَرَّةِ يَسْتَسْقُونَ فَمَا سُقُوا حَتَّى مَاتُوا
قَالَ أَبُو قِلَابَةَ سَرَقُوا وَقَتَلُوا وَحَارَبُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=10139
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَدِمَ أُنَاسٌ مِنْ عُكْلٍ أَوْ عُرَيْنَةَ فَاجْتَوَوْا الْمَدِينَةَ فَأَمَرَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلِقَاحٍ وَأَنْ يَشْرَبُوا مِنْ أَبْوَالِهَا وَأَلْبَانِهَا فَانْطَلَقُوا فَلَمَّا صَحُّوا قَتَلُوا رَاعِيَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاسْتَاقُوا النَّعَمَ فَجَاءَ الْخَبَرُ فِي أَوَّلِ النَّهَارِ فَبَعَثَ فِي آثَارِهِمْ فَلَمَّا ارْتَفَعَ النَّهَارُ جِيءَ بِهِمْ فَأَمَرَ فَقَطَعَ أَيْدِيَهُمْ وَأَرْجُلَهُمْ وَسُمِرَتْ أَعْيُنُهُمْ وَأُلْقُوا فِي الْحَرَّةِ يَسْتَسْقُونَ فَلَا يُسْقَوْنَ قَالَ أَبُو قِلَابَةَ فَهَؤُلَاءِ سَرَقُوا وَقَتَلُوا وَكَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَحَارَبُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=394
Ibnu Jakfari Berkata:
Coba Anda perhatikan, betapa sadis dan kejamnya hukuman yang dijatuhkan Nabi atas mereka?! Apakah Anda rela Nabi mulia kita digambarkan sekejam itu?
Apakah Anda tidak khawatir dan curiga, jangan-jangan ada keterlibatan musuh-musuh Islam dalam membuat-buat riwayat palsu seperti di atas?! Siapa tau?
Tidakkah Anda menghargai penyesalan Hasan al Bashri atas sikap gegebah Anas ibn Malik yang menyajikan “Sunnah Penyiksaan Sadis lagi Bengis” untuk sang gubenur haus darah; Hajjaj ibn Yusuf yang kegilaannya dalam mencucurkan darah-darah segar kaum Muslim dan menebas kepala-kepala mereka, khususnya para ulama dan para pejuang, dialah yang mengungguli kejahatan seluruh algojo dunia! Seakan Hajaj dengan meminta Anas menyampaikan siksaan tersadis dan terkejam Nabi saw. ia hendak menjalankan Sunnah itu secara harfiah, atau jika perlu akan ia tambah volume kebengisan dan kesadiannya!
Anda berhak terheran-heran dengan sebagian uzur yang disampaikan dalam sebagian riwayat di atas, bahwa semua kekejaman itu Nabi saw. lakukan karena Allah SWT sebelum menurunkan hukum/hudud yang pasti tentang pelaku kejahatan seperti mereka itu! Tidakkah Anda berhak bertanya, di manakah rasa prikemanusian Nabi yang diutus sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin itu?!
“Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘aalamiin”; “Dan tidaklah Aku mengutusmu (wahai Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”(QS. Al-Anbiya’:107).
Apakah jelek dan terkecamnya kesadisan sikap seperti itu tidak cukup diketahui oleh akal sehat dan nurani peka?! Tuduhan keji mereka timpakan kepada Nabi Rahmatan lil ‘aalamiin !!
Selain itu, tidakkkah mengeharankan dan menggelikan seorang penjahat haus darah seperti Hajaj yang sengaja diandalkan oleh rezim Bani Umayyah bersemangat ingin tau Sunnah Nabi saw. tentang penyiksaan? Sejak kapan Hajjaj (yang gubenur haus darah itu) peduli akan Sunnah Nabi saw.?
Al hasil, kami benar-benar menanti jawaban memuaskan dari para ulama Ahlusunnah untuk membela hadis-hadis Bukhari di atas.
Referensi:
[1] http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=8504
__________________________________________
Nabi saw. Menggilir Sembilan Istri beliau Dalam Satu Malam Dengan Sekali Mandi!
Pengantar
Antara Penghormatan Allah SWT Dan Gambaran Bukhari Tentang Aktifitas Kehidupan Malam Nabi Muhammad saw.
Bagaimana Nabi mulia kita saw. mengisi waktu-waktu paling berharga beliau… Apakah seperti yang Allah firmankan dalam surah al Muzammil (73):
يا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ
Hai orang yang berselimut (Muhammad) (1)
قُمِ اللَّيْلَ إِلاَّ قَليلاً
bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (2)
نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَليلاً
(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, (3 )
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَ رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتيلاً
atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan- lahan. (4)
إِنَّا سَنُلْقي عَلَيْكَ قَوْلاً ثَقيلاً
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat (5)
إِنَّ ناشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئاً وَ أَقْوَمُ قيلاً
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.(6)
Dan juga dalam ayat:
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَ نِصْفَهُ وَ ثُلُثَهُ وَ طائِفَةٌ مِنَ الَّذينَ مَعَكَ وَ اللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَ النَّهارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَؤُا ما تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضى وَ آخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَ آخَرُونَ يُقاتِلُونَ في سَبيلِ اللَّهِ فَاقْرَؤُا ما تَيَسَّرَ مِنْهُ وَ أَقيمُوا الصَّلاةَ وَ آتُوا الزَّكاةَ وَ أَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً وَ ما تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْراً وَ أَعْظَمَ أَجْراً وَ اسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحيمٌ
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang- orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali- kali tidak dapat menentukan batas- batas waktu- waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang- orang yang sakit dan orang- orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang- orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (20 ).
Bagaimana Nabi mulia kita saw. menyambut seruan Allah SWT dalam firman-Nya:
وَ مِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نافِلَةً لَكَ عَسى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقاماً مَحْمُوداً
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah- mudahan Tuhan- mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (79)
Apakah Nabi mulia saw. mengindahkan perinyath Tuhannya dengan mengisi waktu-waktu malam beliau dengan bertahajjud, menegakkan shalat sebagai media spiritual taqarrub/mendekatkan diri kepada Allah sebagai mempersiapkan jiwa untuk menerima wahyu/qaulan tsaqilan?
Apakah Nabi mulia pujaan Allah tidak menggubris perintah Allah untuk menghidupakn malam-malam beliau dengan ibadah sebab waktu malam -seperti difirmnankan Allah: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan?
Para ulama dan ahli tafsir Sunni menerengkan bahwa perintah dalam ayat-ayat di atas itu bersifat wajib atas Nabi saw. Artinya menghidupkan waktu malam beliau dengan bertahajjud adalah sebuah kewajiban… sebagai mana mengisi malam-malam beliau dengan bangus separoh malam atau melebihkan atau mengurangi sedikit darinya adalah juga sebuah kewajiban atas Nabi saw. demikian ditegaskan Ibnu Katsir dalam Tafsirnya,4/434.
Mengihupkan waktu malam dengan beribadah adalah ciri hamba-hamba veriman yang Allah banggakan dalam firman-Nya:
تَتَجافى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَ طَمَعاً وَ مِمَّا رَزَقْناهُمْ يُنْفِقُونَ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. al Sajdah[32]:16)
lalu bagaimana Bukhari kebanggaan ulama Ahlusunnah mengisahkan kegiatan Nabi mulia kita dalam mengisi malam-malam beliau? Apakah sesuai yang digambarkan Allah dalam Al Qur’an suci-Nya…. Beliau mengisinya dengan bertahajjud, beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT? Ataukah KITAB TERSHAHIH SETELAH AL QUR’AN ini benar-benar meiliki informasi yang luput terekam oleh memori Al Qur’an? Apakah Shahih Bukhari ingin membongkar edisi kehidupan Nabi saw. yang sengaja dirahasiakan Allah SWT karena akan mencoreng nama harus dan reputasi Nabi kebanggan dan pujaan-Nya?!
Atau jangan-jangan informasi yang disajikan Bukhari dalam Shahihnya ini yang patut dicurigai sebagai konspirasi musuh-musuh Islam dalam menjatuhkan wibawa Nabi saw. dan kenabian?
Jawabnya kami serahkan kepada Anda..
Bagaimana Bukhari Mempotret Aktifitas Malam Nabi Muhammad saw.
Mungkin mirip seperti layaknya paparazi… para sahabat meneropong dan berusaha mendapat informasi terkini dan terheboh tentang aktifitas kehidupan malam Nabi Muhammad saw. mereka memerhatikan setiap gerik dan sepak terjang beliau… dari satu kamar/bait ke kamar lain… mereke begitu penasaran… apa kira-kira yang dilakukan Nabi saw. dengan masuk keluar dari satu kamat/bait seorang istrinya ke kamar istri lainnya… . dan akhirnya mereka mengerathii bahwa Nabi saw. ternyata memberikan nafkah batin secara merata… Nabi saw. melakukan aktifitas seks… hubungan badan dengan semua istri beliau dalam satu malam… dan hanya ddengan sekali mandi…. Entah dari mana mereka tahu bahwa Nabi saw. melakukan aktifitas seks dengan istri-istri beliau… dan setelahnya beliau pun tidak langsung mandi, tetapi melanjutkan ke kamar lain untuk melakukan senggama dengan istri lain lagi dan demikian seterusnya sehingga sembilan istri beliau kebagian jatah semuanya…. sungguh aneh dan luar biasa kecanggihan daya lacak para sahabat itu… entah ada CC TV di setiap ruang kamar beliau (Wal Iyadzu billah)?
Atau malaikat Jibril as. turun kepada mereka mewahyukan semua aktifitas Nabi mulia di dalam bilik-bilik kamar dengan istri-istri beliau?
Atau Nabi saw. setiap hendak melanjutkan aktifitasnya ke kamar istri lain mampir terlebih dahulu kepada para sahabat (yang begitu bersemangat merekam “Sunnah Nabi”) dan memberitahukan kepada mereka apa yang tadi barusan beliau lakukan di dalam kamar tertutup itu?
Atau jangan-jangan istri-istri beliau yang membocorkan kegiatan seks Nabi saw. yang menggilir mereka dengan sekali mandi?
Wallahu A’lam.
Dalam Shahih-nya yang diyakini mayoritas ulama Ahlusunnah kitab tershahih setelah Kitab Suci Al qur’an, Bukhari mengulang-ulang pengisahan riwayat dari sahabat Anas ibn Malik yang mengatakan bahwa Nabi mulia saw. mengisi malam-malam hening beliau (yang Allah firmankan dalam Al Qur’an-Nya sebagai waktu utama untuk menegakkan shalat dan mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah dan merenung akan kemaha agungan kerajaan-Nya) dengan hanya melanpiaskan hasrat birahi beliau dengan menggilir sembilan atau sebelas istri beliau dalam satu malam dengan sekali mandi.
Waktu malam yang sebenarnya harus dijadikan kendaraan untuk terbang menuju maqam agung kedekatan di sisi Allah SWT.
Gosip tentang rutinitas Nabi saw. tersebut telah menjadi gosip dan buah bibir di kalangan para sahabat Nabi mulia saw. Mereka menggosipkan bahwa Nabi mulia diberi kekuatan seks (waliyâdzu billah) seperti kekuatan tiga puluh pria. Dan itu adalah ciri kesempurnaan kenabian Nabi Muhammad saw.!!
Riwayat tentang gossip di atas dapat Anda jumpai dalam berbagai tempat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Di bawah ini akan saya sebutkan beberapa darinya:
* Riwayat-riwayat Bukhari
1- Shahih Bukhari: Kitabul Ghusl, Bab Idza Jama’ Tsumma ‘Ada Wa Man Dâra ‘Alâ Nisâ’ihi Fi Ghuslin Wâhidin (Jika seorang bersetubuh kemudian ia kembali dan orang yang berkeliling menggauli istri-istrinya dengan satu kali mandi):1\73 hadis nomer:268;
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدُورُ عَلَى نِسَائِهِ فِي السَّاعَةِ الْوَاحِدَةِ مِنْ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُنَّ إِحْدَى عَشْرَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَنَسٍ أَوَكَانَ يُطِيقُهُ قَالَ كُنَّا نَتَحَدَّثُ أَنَّهُ أُعْطِيَ قُوَّةَ ثَلَاثِينَ وَقَالَ سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ إِنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمْ تِسْعُ نِسْوَةٍ
… dari Anas ibn Malik, ‘Ia berkata, ‘Adalah Nabi saw. berkeliling mengilir sembilan -bahkan dalam sebagaian riwayat- sebelas istri beliau dalam satu malam dengan hanya sekali mandi. Dan dalam sebagaian darinya ditanyakan kepada Anas: Apakah Nabi saw. mampu melakukan senggama dengan sembilan istri beliau semalam? Maka Anas menjawab , “Kami sering berbincang-bincang bahwa beliau di beri kekuatan tiga puluh leleki.
2. Shahih Bukhari: Kitabul Ghusl, Bab: al-Junub Yakhruju Wa Yamsyi Fi as-Suuq wa Ghairihi ( Seorang yang junub keluar dan berjalan di pasar dan lainnya):1\76 hadis nomer:284;
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ.
…dari Qatadah, ia bertutur bahwa Anas ibn Malik mengabarkan kepada mereka bahwa Nabi Allah saw. mengitari sembilan istrinya dalam satu malam. Dan ketika itu beliau mempunyai sembilan orang istri.
3. Hadis yang sama juga diriwaytakan dalam Kitabun-Nikah, Bab Katsratun-Nisa’ (Banyaknya istri):7\4 hadis nomer:5068;
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ
Hadis yang sama juga diriwaytakan dalam Kitabun-Nikah, Bab: Man Thafa Ala Nisa’ihi Fi Ghuslin Wahidin (Orang yang berkeliling megauli istri-istrinya dengan satu kali mandi):7\44, hadis nomer:5215;
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ
[ http://www.sahihalbukhari.com/sps/sbk/ ]
* Riwayat-riwayat Muslim
Shahih Muslim dalam :Kitab al-Haidl , hadis nomer :467;
و حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ حَدَّثَنَا مِسْكِينٌ يَعْنِي ابْنَ بُكَيْرٍ الْحَذَّاءَ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ بِغُسْلٍ وَاحِدٍ.
…dari Hisyam ibn Zaid dari Anas, “Sesungguhnya Nabi saw. mengitari istri-istrinya dengan sekali mandi.”
* Riwayat-riwayat Turmudzi
Shahih at-Turmudzi : Kitab ath-Thaharah, Bab Mâ Jâ’a fi ar rajuli Yathûfu alâ Nisâ’ihi Bighuslin wahidinhadis nomer :130;
حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ.
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ بِغُسْلٍ وَاحِدٍ وَهُوَ قَوْلُ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْهُمْ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ أَنْ لَا بَأْسَ أَنْ يَعُودَ قَبْلَ أَنْ يَتَوَضَّأَ وَقَدْ رَوَى مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ هَذَا عَنْ سُفْيَانَ فَقَالَ عَنْ أَبِي عُرْوَةَ عَنْ أَبِي الْخَطَّابِ عَنْ أَنَسٍ وَأَبُو عُرْوَةَ هُوَ مَعْمَرُ بْنُ رَاشِدٍ وَأَبُو الْخَطَّابِ قَتَادَةُ بْنُ دِعَامَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَرَوَاهُ بَعْضُهُمْ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ ابْنِ أَبِي عُرْوَةَ عَنْ أَبِي الْخَطَّابِ وَهُوَ خَطَأٌ وَالصَّحِيحُ عَنْ أَبِي عُرْوَةَ.
…dari Qatadah dari Anas bahwa Nabi saw. mengitari istri-istrinya dengan sekali mandi.
Dan dalam bab (masalah) ini terdapat hadis dari Abu Râfi’. Abu Isa (at Turmudzi) berkata, “Hadis (riwayat) Anas adalah hadis hasan shahih, bahwa Nabi saw. mengitari istri-istrinya dengan sekali mandi. Dan ini adalah pendapat banyak kalangan ahli ilmu (ulama), diantaranya adalah Hasan al Bshri, yaitu tidak mengapa kembali menggauli sitri sebelum berwudhu’… .”
* Riwayat-riwayat Nasa’i
Sunan an-Nasa’i: Kitab ath-Thaharah, bab Ityânu Nisâ’ Qabla Ihdâtsil Ghusli, hadis nomer :263 dan 264, Kitab an-Nikah : hadis 3147.
أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَيَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لِإِسْحَقَ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ عَلَى نِسَائِهِ فِي لَيْلَةٍ بِغُسْلٍ وَاحِدٍ.
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ قَالَ أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ.
Dan dalam Kitab an-Nikah, Bab Dzikru Amri Rasulillah saw. fi an Nikah…: hadis 3147.
أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مَسْعُودٍ عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ
* Riwayat-riwayat Abu Daud
Sunan Abu Daud: Kitab ath-Thaharah, Bab Fil Junubi Ya’ûd, hadis nomer:188;
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَكَذَا رَوَاهُ هِشَامُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ وَمَعْمَرٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ وَصَالِحُ بْنُ أَبِي الْأَخْضَرِ عَنْ الزُّهْرِيِّ كُلُّهُمْ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
* Riwayat-riwayat Ibnu Majah
Sunan Ibnu Majah : Kitab ath-Thaharah, hadis nomer: 581 dan 582;
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ وَأَبُو أَحْمَدَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ صَالِحِ بْنِ أَبِي الْأَخْضَرِ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُسْلًا فَاغْتَسَلَ مِنْ جَمِيعِ نِسَائِهِ فِي لَيْلَةٍ
Aku menyiapkan air mandi untuk Rasulullah saw., lalu beliau mandi sekali untuk (bersesuci dari menggauli) seluruh istri-istrinya dalam satu malam.”
* Riwayat-riwayat Imam Ahmad dalam Musnad
10. Musnad Ahmad bin Hambal :Juz 3 hal99,11,161,166,185,189,225,239 da 252.
Riwayat-riwayat Darimi
11. Sunan ad-Darimi: Kitab ath-Thaharah hadis nomer:746 dan 747.
Kisah Luapan Birahi Setan Khalifah Agung Ahlusunnah
Nah, sekarang coba bandingkan antara sang Nabi mulia saw. dengan seorang Khalifah bejat yang hanya pandai melampiaskan syahwat birahinya…. Setelahnya Anda pasti mulai mengerti sebagian dari tujuan diproduksinya riwayat-riwayat yang mendeskriditkan keagungan dan kehormatan Nabi agung Muhammad saw.
Jika seorang Khalifah Rasulullah (?!) kerasukan syahwat bandang, maka tak ada apapun yang mampu menghentikannya, kecuali ajaran agama. Jika agama dapat diajak kompromi, itu pasti kerena kelihaian Sang Abu Yusuf; Qadhi andalan Sang Khalifah Rasulillah di saat kepepet!
Pada suatu ketika Khalifah Harun ar-Rasyid jatuh cinta kepada seorang budak wanita milik Isa ibn Ja’far, ia meminta dari Isa agar menghibahkan budak tersebut untuknya, akan tetapi Isa menolak dengan alasan karena ia telah bersumpah untuk tidak menjual dan atau menghibahkannya kepada siapapun, dan konsekuensi dari melanggarnya adalah akan jatuh (thalaq) cerai atas istrinya, memerdekakan seluruh budaknya dan mensedekahkan segala yang ia miliki.
Disini, sekali lagi diperlukan kelihaian dalam meramu fatwa agar budak wanita yang seksi dan molek itu tetap dapat di nikmati sang Khaifah, sementara Isa ibn Ja’far tidak harus terbentur oleh sumpah yang terlanjur ia ucapkan. Sekali lagi, disini Anda akan menyaksikan terobosan baru yang spektakuler dalam dunia ramu-meramu fatwa yang diatraksikan oleh sang Qadhi al-Qudhaat kaliber dunia, Abu Yusuf. Ia memberikan solusi dengan mengatakan kepada Isa bagilah budak itu menjadi dua bagian, separoh pertama hibahkan untuk ar-Rasyid dan separoh kedua di jual, dengan demikian ia keluar dari sumpahnya, sebab ia tidak menjual semuanya dan tidak menghibahkan semuanya, akan tetapi menjual separoh dan menghibahkan separoh lainnya!!
Dan untuk imbal jasa jerih payah memeras otak dalam meramu fatwa tersebut ia berhak menerima hadiah sebesar dua ratus ribu dirham dan dua puluh pak/kotak baju.Tentang aktraksi fatwa dia atas Ibnu as-Sammak berkomentar: sesungguhnya jika aku berkata bahwa Abu Yusuf itu gila tidak ada seorangpun yang menerima ucapanku, namun sebenarnya ia adalah seorang yang sedang bergulat dengan dunia tapi ia dijatuhkan/di kalahkan.[1]
Referensi:
[1] Tarikh Baghdad:14/250 dan 255.
__________________________________________
Astaghfirullah Tuduhan Nabi Saw Berusaha Bunuh Diri?!
1. Nabi Muhammad Saw. Dan Awal Prosesi Pelantikan Kenabian Dalam Gambaran Bukhari (BAGIAN I)
2. Nabi Muhammad Saw. Disiksa Jibril as.
3. Nabi Muhammad Saw. Ragu Akan Kenabiannya.
4. Nabi Muhammad Saw. Berniat Bunuh Diri Karena Stres Berat!
Bukhari (kitab kebanggan nomer satu Ahlusunnah) mengawali kitab Shahih-nya dengan melecehkan kehormatan sang Nabi mulia Muhammad Saw. bahwa beliau meragukan kenabiannya sendiri!
Bukhari mengawali kitab Shahih-nya dengan menyebut riwayat panjang bersumber dari Urwah ibn Zubair dari bibinya; Aisyah ra. tentang awal prosesi pelantikan kenabian yang sangat mengerikan dan belum pernah dilakukan Allah SWT terhadap seorang-pun dari rasul-rasul terdahulu. Dalam riwayat panjang itu digambarkan bahwa Nabi saw. dilantik menjadi nabi dalam suasana yang sangat rumit lagi menegangkan. Beliau tidak menyaksikan malaikat Jibril as. dalam kondisi terang benderang dan gamblang, seperti yang digambarkan Allah dalam firman-Nya:
وَاللَّيْلِ إذا عَسْعَسَ. وَالصُّبْحِ إذا تَنَفَّسَ. إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ . ذِي قُوَةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ . مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ . وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ . وَلَقَدْ رَآهُ بِالآفُقِ الْمُبِينِ . وَمَا هُوَعَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ. وَمَا هُو َبِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ . فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ . إِنْ هُوَإِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ . لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ .وَمَا تَشَاءُونَ إلا أَنْ يَشَاءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ .
“Demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya,* Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,* Sesungguhnya Al Qur’an itu benar- benar firman ( Allah yang dibawa oleh ) utusan yang mulia (Jibril),* Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy,* Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.* Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali- kali orang yang gila.* Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.* Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib.* Dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,* Maka ke manakah kamu akan pergi.* Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam,* (Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.* Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwîr [81];17-29 ).
Bukhari mengatakan dalam riwayatnya bahwa Jibril dalam ufuk yang samar dan kenabian pun kabur tanda-tanda kejelasannya!
Jibril as. pun memperlakukan Nabi kesayangan Allah dengan perlakuakn sadis dan kasar. Jibril memaksa Nabi saw. untuk membaca. Tetapi beliau tidak tau apa yang harus beliau baca! Beliau menjawab, ‘Aku bukan orang yang bisa baca!’ mendengar alasan itu Jibril tidak menerima… ia tetap memaksa dengan kasar sambil memeras Nabi saw. dalam selimut yang ia pakai, hingga kelelahan pun mencapai puncaknya. Setelahnya Jibril as. melepas Nabi dari dekapannya. Setelah memerintahnya lagi untuk membaca, dan Nabi pun menjawab dengan jawaban seperti pertama, Jibril pun tidak mengindahkan uzur Nabi. Ia mendekap kembali dengan tekanan keras Nabi saw. dalam selimut itu. Tiga kali perlakuan kasar itu dilakonkan Jibril as. dan Nabi pun tidak berdaya menghadapinya. Makluk Jibril adalah seorang malaikat yang sangat perkasa lagi kuat!
Setelahnya baru Jibril membacakaan lima ayat pertama surah al ‘Alaq (iqra’) dan Nabi pun mengikuti bacaan Jibril!
Dongeng itu tidak berhenti di sini…. Ada yang lebih mengerikan! Sepulang dari bersemedi di gua Hirâ’ dan kedatangan Jibril yang menyeramkan dan kasar itu, Nabi pulang dengan rasa takut tak terbayangkan yang menghantuinya… Nabi saw. takut kalau yang mendatangiinya di gua Hirâ’ ternyata adalah setan/jin yang hendak menggangu jiwa beliau dan mau menjadikan beliau agen jin alias menajdi dukun!
Nabi pulang ketakutan dan langgsung menemui istri tercintanya Khadijah dan mengabarkan semua pengalaman yang beliau alami… beliau ceritakan pristiwa kedatangan Jibril yang bengis dan kasar itu kepada Khadijah…. Sambil ketakukan Nabi menceritakannya!
Nah, Anda pasti sudah tidak sabar untuk menyaksikan edisi lengkapnya dalam Shahih Bukahri?
Perhatikan riwayat Bukhari dari Aisyah ra. di bawah ini.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ ح و حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ قَالَ الزُّهْرِيُّ فَأَخْبَرَنِي عُرْوَةُ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ : أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ فَكَانَ يَأْتِي حِرَاءً فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَتُزَوِّدُهُ لِمِثْلِهَا حَتَّى فَجِئَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فِيهِ فَقَالَ اقْرَأْ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدُ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدُ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدُ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ : اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (حَتَّى بَلَغَ) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ . فَرَجَعَ بِهَا تَرْجُفُ بَوَادِرُهُ حَتَّى دَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ فَقَالَ يَا خَدِيجَةُ مَا لِي وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ وَقَالَ قَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَقَالَتْ لَهُ كَلَّا أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ ثُمَّ انْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قُصَيٍّ وَهُوَ ابْنُ عَمِّ خَدِيجَةَ أَخُو أَبِيهَا وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعَرَبِيَّ فَيَكْتُبُ بِالْعَرَبِيَّةِ مِنْ الْإِنْجِيلِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ أَيْ ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ فَقَالَ وَرَقَةُ ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا رَأَى فَقَالَ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى مُوسَى يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا أَكُونُ حَيًّا حِينَ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ فَقَالَ وَرَقَةُ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ فَتْرَةً حَتَّى حَزِنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فِيمَا بَلَغَنَا حُزْنًا غَدَا مِنْهُ مِرَارًا كَيْ يَتَرَدَّى مِنْ رُءُوسِ شَوَاهِقِ الْجِبَالِ فَكُلَّمَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ لِكَيْ يُلْقِيَ مِنْهُ نَفْسَهُ تَبَدَّى لَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ حَقًّا فَيَسْكُنُ لِذَلِكَ جَأْشُهُ وَتَقِرُّ نَفْسُهُ فَيَرْجِعُ فَإِذَا طَالَتْ عَلَيْهِ فَتْرَةُ الْوَحْيِ غَدَا لِمِثْلِ ذَلِكَ فَإِذَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ تَبَدَّى لَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ
“Dengan sanad bersambung kepada Zuhri dari Urwah ibn Zubair dari Aisyah ra. ia berkata, “Permulaan wahyu yang dialami Rasulullah saw. adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur. Beliau mendapati mimpi tersebut sebagaimana munculnya keheningan fajar subuh, kemudian dicintakan kepada beliau menyendiri. Beliau menyediri di gua Hirâ’. Di sana beliau menghabiskan beberapa malam untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT. sebelum kembali ke rumah dan mengambil bekal. Setelah beberapa hari berada di sana beliau pulang kepada Khadijah, mengambil bekal untuk beberapa malam lainnya. Sehingga datang kepadanya kebenaran (wahyu) ketika beliau berada di gua Hirâ’. Maka malaikat (Jibril as.) berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!)’. Beliau berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. melanjutkan, ‘Malaikat kemudian memegang aku lalu mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepasku seraya berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!).’ Beliau sekali lagi berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Kemudian Malaikat memegang aku kedua kali lalu mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepasku sambil berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!).’ Beliau berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Kemudian Malaikat memegang aku untuk ketiga kali serta mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepaskanku dan membaca firman Allah:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ* خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَم ُ* الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ * عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan* Dia menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah yang mengajar manusia melalui pena. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahui.”
Setelah itu beliau pulang menemui Khadijah dalam keadaan gemetar hatinya (ketakutan), beliau berkata, ‘Selimutilah aku! Selimutilah aku!’ Lalu Khadijah menyelimuti beliau hingga hilang rasa gementar dari diri beliau. Kemudian beliau berkata kepada Khadijah, ‘Wahai Khadijah! Apakah yang telah terjadi terhadapku ini? Lalu beliau menceritakan seluruh peristiwa yang terjadi. Beliau berkata lagi, ‘Aku benar-benar khawatir atas diriku.’
Khadijah menghibur beliau dengan berkata, ‘Tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, engkau telah menyambung tali persaudaraan, bertutur kata benar, memikul beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu dan senantiasa membantu orang yang kesusahan.’
Lalu Khadijah berangkat dengan membawa Nabi menjumpai Waraqah ibn Naufal ibn Asad ibn Abdul Uzza; sepupu Khadijah. Dia memeluk agama Nasrani pada zaman Jahiliyah. Dia pandai menulis dan ia menulis kitab Injil dalam bahasa Arab. Ketika itu dia telah tua dan buta. Khadijah berkata kepadanya, ‘Wahai anak paman, dengarlah cerita dari anak saudaramu ini!’. Waraqah ibn Naufal berkata, ‘Wahai anak saudaraku! Apakah yang telah terjadi padamu?’ Rasulullah saw. menceritakan semua pristiwa yang beliau telah alami. Mendengar cerita itu, Waraqah berkata, ‘Ini adalah Namûs yang dahulu pernah datang kepada Nabi Musa as. Alangkah beruntungnya andai aku masih muda di saat-saat engkau dibangkitkan menjadi nabi. Dan andai aku masih hidup di saat-saat engkau diusir oleh kaummu.’
Lalu Rasulullah saw. berkata, ‘Apakah mereka akan mengusirku?’
Waraqah menjawab, ‘Ya. Setiap nabi yang bangkit membawa tugas sepertimu, pasti akan dimusuhi. Seandainya aku masih hidup di zamanmu, niscaya aku akan benar-benar membelamu.’
Maka tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia. Dan wahyu pun terputus, sehingga Rasulullah saw. sedih. Dan dalam berita yang sampai kepada kami beliau sangat sedih sekali sampai-sampai beliau berkali-kali berangkat untuk melemparkan diri dari puncak gunng. Maka setiap kali beliau telah sampai di puncak gunung untuk melemparkan diri (bunuh diri), Jibril muncul seraya berkata, ‘Hai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar adalah Rasul, utusan Allah.’ Maka jiwa Nabi pun menjadi tenteram dan tenang. Dan jika terjadi lagi keterputusan wahyu itu, Nabi berniat melakukan bunuh diri lagi. Dan ketika sampai di puncak gunung, Jibril muncul lagi dan mengatakan yang serupa.” [1]
Dalam kesempatan lain Bukhari juga meriwayatkan sebagai berikut:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ :أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ اقْرَأْ قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ} فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَقَالَتْ خَدِيجَةُ كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ وَكَانَ امْرَأً قَدْ تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ فَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرَ مَا رَأَى فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ قَالَ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ
قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ إِلَى قَوْلِهِ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ} فَحَمِيَ الْوَحْيُ وَتَتَابَعَ تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ وَأَبُو صَالِحٍ وَتَابَعَهُ هِلَالُ بْنُ رَدَّادٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ يُونُسُ وَمَعْمَرٌ بَوَادِرُهُ
( Sumber Hadis: “Bukhari Online” Situs Kementrian Urusan Agama dan Wakaf Saudi Arabia:
1. http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=6
2. http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=10403
Para Ulama Makin Memperseram Adegan Drama Mencekam!
Sebagian ulama ingin melengkapi edisi drama mencekam itu dengan data-data sebagai berikut:
Dalam Kitab as Sirah Al Halabiyah[2]disebutkan bahwa setelah pulang dari rumah Waraqah Khadijah mengadakan suatu percobaan untuk meyakinkan bahwa yang datang kepada Nabi adalah benar-benar Jibril dan bukan setan atau roh-roh jahat lainya.
Ketika beliau duduk berdua di rumahnya, maka datanglah makhluk yang seram yang pernah mendatanginya di Qua Hira’ dan ketika itulah Khadijah mulai mengadakan suatu eksperimen (percobaan), ia memerintahkan Nabi untuk duduk di pangkuan kanannya, ternyata makhluk itu tidak juga menghilang, diperintahkannya lagi agar duduk di pangkuan kiri, ternyata juga tidak menghilang dan disuruhnya lagi pindah di pangkuan tengah akan tetapi, makhluk itu tidak juga mau menyingkir, bahkan mengayunkan langkah-langkahnya untuk mendekat, maka Khadijah pun harus memainkan kartu terakhirnya ia pun menyingkap jilbabnya, dan menyaksikan hal itu, makhluk yang seram itu menghilang dan tidak datang lagi.
Dengan percobaan itu Khadijah dapat memastikan secara yakin bahwa makhluk yang seram itu adalah Jibrill (Malaikat pembawa wahyu).
Dan untuk mendapatkan hasil percobaan yang mendebarkan tersebut dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, sehingga Nabi sendiri berinisiatif untuk bunuh diri dengan menerjunkan diri dari puncak gunung, namun setiap kali beliau akan melakukan nitaannya itu ada penghalang yang datang menggagalkan usaha itu, Jibril datang dan berkata: Aku adalah Jibril dan kamu adalah utusan Allah.
Demikianlah kisah singkat turunnya wahyu serta pengaruhnya terhadap jiwa dan mentalitas Nabi. Pada riwayat Imam Bukhari tersebut di atas ada sebuah kalimat yang bunyinya demikian:
لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي
“Aku khawatir akan diriku.”.
Akan tetapi Ath Thabari dan Ibnu Sa’ad menerangkannya bahwa yang ditakutkan adalah stres yang akan membawa kepada sakit jiwa (gila) atau takut jadi dukun santet. Ibnu Sa’ad, berkomentar: Aku takut kalau sampai aku menjadi dukun santet. Dan dalam kesempatan lain ia berkomentar: “Aku takut kemasukan/kesurupan jin yang menyebabkan gila [3]”.
Sedangkan Ibnu Jarîr ath Thabari ketika membawakan kisah awal turunnya wahyu, ia berkomentar, “Nabi berkata, ‘Tiada sesuatu benda yang aku benci lebih dari seorang penyihir dan orang gila, aku tidak kuasa untuk memandang keduanya.’ Kemudian ia melanjutkan, ‘Aku takut menjadi seperti keduanya. Jangan sampai orang-orang Quraisy mengatakan hal itu terjadi padaku, aku akan pergi ke puncak gunung dan menerjunkan diri dan bunuh diri, setelah itu aku akan istirahat dan tenang.’ Beliau berkata: Lalu aku keluar untuk tujuan itu, dan ketika sampai di pertengahan jalan aku mendengar suara yang berkumandang memanggilku “Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, sedangkan aku adalah Jibril….”
Kenabian Selalu Disertai Tanda-tanda Yang Jelas
Sudah menjadi Sunnatullah, setiap Ia mengutus seorang hamba menjadi nabi selalu disertai dengan tanda-tanda yang dapat menenangkan dan meyakinkannya akan kenabiannya, sebagaimana yang terjadi atas diri Nabi Ibrahim. Allah menampakkan tanda-tanda kebesarannya agar ia menjadi orang yang betul-betul yakin.
Allah berfirman:
وَ كذَا نُرِيْ إبْراهيمَ مَلَكُوْتَ السمواتِ و الأرْضِ و لِيَكُوْنَ مِنَ المُوقنينَ.
“Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, agar Ibrahim termasuk orang yang benar-benar yakin. (QS:6; 75).
Ketika Allah melantik Musa as. menjadi seorang Nabi dengan firman-Nya: “Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang di wahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selin Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS:20;13-14) dan dalam ayat lain: “Wahai Musa! sesungguhnya Aku ini Allah Yang Maha Perkasa dan Bijaksana”. (QS:27; 9). Allah membeberkan tanda-tanda kenabian kepada Nabi Musa as. sehingga beliau dengan hati yang teguh mengenali wahyu dan kenabian itu dan kemudian meresponnya dengan memohon bantuan -dengan penuh kemesraan- agar tugas tanggung jawab kenabian yang dipikulkan itu dapat beliau laksanakan dengan baik.
رَبِّ إشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَ يَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ ….
“Musa memohon: Tuhanku, lapangkan1ah dadaku! Lancarkanlah tugas yang dibebankan kepadaku…Sesungguhnya Engkau adalah Maha mengetahui (keadaan) kami”. ( QS:20; 25-35).
Bahkan lebih dari itu, seusai pelantikan itu, terjadilah dialoq mesra antara Allah SWT. dengan Nabi Musa as., Allah menanyakan kepada Musa as.: Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa? (QS:20;17).
Dalam menjawab pertanyaan itu, Musa as. lebih memilih menjawab dengan panjang lebar menyebut banyak hal terkait dengan kegunaan tongkat yang ada di tangan kanannya, yang semestinya ia mencukupkan dengan hanya mengatakan bahwa yang ada di tangan kananku adalah tongkat.
Musa berkata: Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan-keperluan yang lain padanya”.(QS:20;18).
Gaya pembicaraan seperti ini seperti di istilahkan oleh para pakar sastra bahasa Arab dengan Al Ithnâb (berpanjang-panjang), dan itu bukti kuat adanya kemesraan dan keharmonisan antara kedua lawan bicara.
Dengan demikian apakah dapat diterima oleh akal kita bahwa Allah menelantarkan kekasihnya yang dihantui rasa takut, cemas dan khawatir serta nasib yang tidak menentu, sehingga untuk mengusir itu semua harus membutuhkan bantuan dan obat penawar rasa takut dari seorang wanita yang jelasnya tidak tahu menahu tentang kenabian atau harus datang kepada seorang pendeta Nashrani yang kalau ia memiliki nasib baik, ia hanya membaca buku yang sudah ditahrif dan di rubah oleh tangan-tangan jahat.
Mengapa hal ini terjadi pada beliau, bukankah beliau Rasul termulia dan Nabi yang paling dicintai oleh Allah??! Mengapakah perlakuan Allah SWT. kepada nabi Musa as. begitu lemah lembut, sementara itu Nabi Muhammad saw. yang justru lebih afdhal dari semua nabi dan rasul harus di perlakukan kasar? Ataukah jangan-jangan justru ini memang keistimewaan yang hanya diperuntukkan baginya? [4]
Ringkas kata, dapat kita katakan bahwa, Allah pasti akan memberikan semua fasilitas kemudahan bagi hambaNya yang Ia pilih untuk menjadi Nabi.
Pandangan Syi’ah (Pengikut Setia Ahlulbait as.) Dalam Masalah Ini!
“Zurarah bin A’yun pernah menanyakan hal itu kepada Imam Ja’far ia bertanya, “Bagaimana Nabi tidak takut bahwa yang datang kepadanya dari Allah itu termasuk bisikan dan wahyu setan?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah jika menjadikan hambaNya seorang Rasul ia menurunkan atasnya ketenangan, sehingga apa yang datang dari Allah sama dengan apa yang ia saksikan dengan mata kepalanya.”[5]
Dalam riwayat lain juga dijelaskan ketika beliau ditanya: “Bagaimanakah para Rasul itu tahu bahwa mereka benar-benar rasul? Beliau menjawab, “Tabir penutupaya telah disingkap.”[6]
Oleh sebab itu para nabi ketika dinobatkan berada pada keyakinan yang sempurna, akan tugas yang baru dibebankan di atas pundaknya, tidak takut, tidak bimbang dan tidak merasa minder bahkan selalu diliputi oleh lindungan dan inayah Allah.
Al Allamah Ath Thabarsi –seorang mufassir agung Syi’ah berkata, “Allah tidak akan mewahyukan kepada Rasul-Nya kecuali disertai dengan bukti-bukti yang jelas dan tanda yang nyata yang dapat menunjukkan bahwa apa yang diterimanya benar-benar dari Allah, sehingga Ia tidak butuh kepada bukti yang selainnya dan ia tidak akan takut serta tidak akan ditakut-takuti dan tidak pula gentar.”[7]
Ibnu Jakfari bertanya:
Setelah Anda baca apa yang diuraikan di atas dan data-data dari hadis riwayat Ahlusunnah, kami ingin bertanya, mungkin kami dapat meneumukan jawaban memuaskan dari para ulama Ahlusunnah.
Bagaimana ulama Ahlusunnnah menafsirkan ayat-ayat yang kami sebutkan di awal artikel ini yang menerangkan betapa jelas dan gamblangnya suasana penobatan seorang menjadi nabi sehingga tidak perlu kepada sesuatu selain burhân/bukti dari Allah SWT. apalagi bantuan dari seorang pendeta Kristen bernama Waraqah ibn Naufal.
Bagaimana para ulama Ahlusunnah menerima dongeng prosesi awal penobatan Nabi Muhammad saw. sebagai nabi seperti yang dalam riwayat-riwayat Bukhari dan muhaddis lain –seperti di atas-, padahal Allah mensifati Nabi saw. bahwa beliau berada di atas bashîratin, seperti dalam ayat 108 surah Yusuf [12]:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أدعو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أنا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أنا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”
Dan ayat 10 surah an Naml [27]:
إِنِّي لا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ
“Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.”.
Bagaimana ulama Ahlusunnah menerima dongeng versi Bukhari seperti di atas, padahal Alllah SWT telah menegaskan dalam banyak ayat Al Qur’an tentang berita gembira yang disampaikan para nabi kepada kaumnya akan diutusnya Nabi Muhammad saw. Dan manusia menanti-nanti kedatangan nabi tersebut… mereka mengenal berbagai ciri dan sifat Nabi saw. Seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri… lalu apakah mereka mengenal sifat dan ciri Nabi saw. sementara beliau tidak mengenalnya? Bagaimana Bukhari mengatakan bahwa Nabi saw. Tidak mengenal status dirinya sendiri kendati Jibril sudah datang menemuinya dan menyampaikan wahyu perdananya?! Sehingga Waraqah menyakinkan ststus kenabian beliau?!
Coba renungkan ayat-ayat di bawah ini:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يدي مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata:” Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad) ” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti- bukti yang nyata, mereka berkata:” Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash Shaff [61];6)
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ أَلَّذِينَ خَسِرُوا أنفسهم فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ.
“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak- anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman ( kepada Allah ).” (QS. Al An’âm [6];20).
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الآمّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالآنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أنزل مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang- orang yang beruntung.” (QS. Al A’râf [7];157)
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فضلاً مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أثر السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الآنْجِيلِ كَزَرْعٍ أخرج شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عظيماً
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang- orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang- orang kafir (dengan kekuatan orang- orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Fath [48];29).
Keyakinan Syi’ah Tentang Kema’shuman Nabi Muhammad Saw. Sejak Masa Kanak-kanak
Kami Syi’ah Ahlulbait Nabi as. Berkeyakinan tentang kema’shuman Nabi saw. dan bagaimana besarnya perhatian Allah terhadapnya sesuai dengan sabda-sabda para imam suci kami…. Allah SWT senantiasa menjaga Nabi-Nya dengan perhatian yang pemeliharaan-Nya. Di antaranya apa yang disabdakan Imam mulia kami; Ali ibn Abi Thalib as.
ولقد قرن الله به صلى الله عليه وآله من لدن أن كان فطيماً أعظم ملك من ملائكته ، يسلك به طريق المكارم ، ومحاسن أخلاق العالم ليله ونهاره . ولقد كنت أتبعه اتِّبَاعَ الفصيل أثر أمه ، يرفعُ لي في كل يوم من أخلاقه علماً ، ويأمرني بالإقتداء به .ولقد كان يجاور في كل سنة بحراء ، فأراه ولا يراه غيري . ولم يجمع بيتٌ واحدٌ يومئذ في الإسلام غير رسول الله صلى الله عليه وآله وخديجة وأنا ثالثهما، أرى نور الوحي والرسالة وأشم ريح النبوة.
“Dan Allah telah menggandengkan bersama beliau saw. sejak masa beliau disapih ibunya seorang malaikat teragung. Ia membimibingnya menitih jalan kemuliaan perangai dan keindahan akhlak dunia, di sinag dan di malam hari. Dan aku senantiasa mengikuti beliau bak anak unta mengikuti induknya. Setiap hari beliau mengangkat untukku sebuah panji dari akhlak mulianya dan memerintahku untuk mengikutinya. Dan beliau menyendiri di gua Hirâ’ setiap tahun. Aku melihatnya dan tidak ada orang selainku yang melihatnya. Dan saat itu tiada sebuah rumah yang menghimpun anggota-anggota yang Muslim selain Rasulullah saw., Khadijah dan aku orang yang ketiganya. Aku menyaksikan cahaya wahyu dan kerasulan serta aku mencium semerbak harumnya kenabian.”[8]
Inilah keyakinan kami; Syi’ah Ahlulbait as.!
Referensi:
[1] Kisah dan drama mencekam awal kedatangan wahyu itu dapat Anda baca dalam: Shahih Bukhari,1\bab Bad’u Al Wahyi, 4\ Kitab Bad’u Al Khalqi, 6\ Kitab at-Tafsir, Surah Iqra’ dan 6\Kitab at Tta’bir, Bab Awwalu Ma Budia rasulullah saw. Min al Wahyi, Shahih Muslim,1\ bab Bad’u Al wahyi bi Rasulillah dan Musnad Ahmad:6\223 dan 323.
Atau di situs resmi Kementrian Urusan Agama dan Wakaf Saudi Arabia: http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=6 atau http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=10403
[2] 1/ bab 251 cet. Al Maktabah Al Islamiyah Bairut. Lihat juga Al Bidayah Wa Al Nihayah,3/15-16, Sirah Ibnu Hisyam,1/255, Tarikh Al Thabari,2/50, Tarikh Al Khamis,1/283 Al Sirah Al Nabawiyah -tulisan Zaini Dahlan,1/83.
[3] Lihat Thabaqat Ibnu Sa ‘ad,1/195.
[4] Dalam pandangan Ibnu Hajar apa yang menimpa Nabi saw. pada permulaan turunnya wahyu termasuk khushûshiyah/keistimewaan beliau, sebab hal yang demikian tidak pernah terjadi pada nabi-nabi selain beliau pada awal turunnya wahyu (Al Sirah Al Halabiyah,1/242).
[5] TafsirAl Ayyasyi, 2/201 dan Biharul Anwar,18/262
[6] Biharul Anwar,11/56 dan at Tamhid,1/50.
[7] Tafsir Majma’ul Bayan,10/384.
[8] Nahjul Balaghah,2/157.
__________________________________________
Dalam Mazhab Sunni: Nabi Mulia Muhammad saw. Tidak Adil Terhadap Istri-istri beliau
Tidak sedikit riwayat-riwayat Shaih dalam mazhab Ahlusunnah melecehkan Nabi mulia Muhammad saw. dengan menuduhnya telah berbuat tidak adil terhadap istri-istrinya! Sehingga tentu saja sikap tidak adil itu menuai protes keras dan unjuk rasa dari para istri yang dizalimi itu!
Imam Bukhari –sebagai kitab tershahih setelah Al Qur’an dan yang diyakini seluruh hadis di dalamnya adalah benar-benar shahih- mempelopori penyajian riwayat-riwayat pelecehan Nabi mulia saw. tersebut.
Perhatikan riwayat-riwayat tersebut di bawah ini!
Bukhari meriwayatkan sebuah hadis tentang unjuk rasa istri-istri Nabi saw. menuntut sikap dan perlakuan adil Nabi saww terhadap mereka karena beliau telah berlaku tidak adil dengan mengistimewakan Aisyah atas mereka. Para istri Nabi saw. tersebut mengutus Ummu Salamah, kemudian Fatimah – putri Nabi saw.- dan terakhir mereka mengutus Zainab binti Jahsy untuk menyampaikan tuntuan keadilan mereka.
Hadis tentangnya dapat Anda temukan dalam:
Shahih Bukhari:
1. Shahih Bukhari: Kitab al-Hibah, Bab Man Ahda Ila Shahibihi (barang siapa menghadiahkan kepada temannya..) , hadis nomer :2393;
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي أَخِي عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نِسَاءَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنَّ حِزْبَيْنِ فَحِزْبٌ فِيهِ عَائِشَةُ وَحَفْصَةُ وَصَفِيَّةُ وَسَوْدَةُ وَالْحِزْبُ الْآخَرُ أُمُّ سَلَمَةَ وَسَائِرُ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ الْمُسْلِمُونَ قَدْ عَلِمُوا حُبَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِشَةَ فَإِذَا كَانَتْ عِنْدَ أَحَدِهِمْ هَدِيَّةٌ يُرِيدُ أَنْ يُهْدِيَهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَّرَهَا حَتَّى إِذَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِ عَائِشَةَ بَعَثَ صَاحِبُ الْهَدِيَّةِ بِهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِ عَائِشَةَ فَكَلَّمَ حِزْبُ أُمِّ سَلَمَةَ فَقُلْنَ لَهَا كَلِّمِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَلِّمُ النَّاسَ فَيَقُولُ مَنْ أَرَادَ أَنْ يُهْدِيَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً فَلْيُهْدِهِ إِلَيْهِ حَيْثُ كَانَ مِنْ بُيُوتِ نِسَائِهِ فَكَلَّمَتْهُ أُمُّ سَلَمَةَ بِمَا قُلْنَ فَلَمْ يَقُلْ لَهَا شَيْئًا فَسَأَلْنَهَا فَقَالَتْ مَا قَالَ لِي شَيْئًا فَقُلْنَ لَهَا فَكَلِّمِيهِ قَالَتْ فَكَلَّمَتْهُ حِينَ دَارَ إِلَيْهَا أَيْضًا فَلَمْ يَقُلْ لَهَا شَيْئًا فَسَأَلْنَهَا فَقَالَتْ مَا قَالَ لِي شَيْئًا فَقُلْنَ لَهَا كَلِّمِيهِ حَتَّى يُكَلِّمَكِ فَدَارَ إِلَيْهَا فَكَلَّمَتْهُ فَقَالَ لَهَا لَا تُؤْذِينِي فِي عَائِشَةَ فَإِنَّ الْوَحْيَ لَمْ يَأْتِنِي وَأَنَا فِي ثَوْبِ امْرَأَةٍ إِلَّا عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَالَتْ أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مِنْ أَذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ إِنَّهُنَّ دَعَوْنَ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ إِنَّ نِسَاءَكَ يَنْشُدْنَكَ اللَّهَ الْعَدْلَ فِي بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ فَكَلَّمَتْهُ فَقَالَ يَا بُنَيَّةُ أَلَا تُحِبِّينَ مَا أُحِبُّ قَالَتْ بَلَى فَرَجَعَتْ إِلَيْهِنَّ فَأَخْبَرَتْهُنَّ فَقُلْنَ ارْجِعِي إِلَيْهِ فَأَبَتْ أَنْ تَرْجِعَ فَأَرْسَلْنَ زَيْنَبَ بِنْتَ جَحْشٍ فَأَتَتْهُ فَأَغْلَظَتْ وَقَالَتْ إِنَّ نِسَاءَكَ يَنْشُدْنَكَ اللَّهَ الْعَدْلَ فِي بِنْتِ ابْنِ أَبِي قُحَافَةَ فَرَفَعَتْ صَوْتَهَا حَتَّى تَنَاوَلَتْ عَائِشَةَ وَهِيَ قَاعِدَةٌ فَسَبَّتْهَا حَتَّى إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَنْظُرُ إِلَى عَائِشَةَ هَلْ تَكَلَّمُ قَالَ فَتَكَلَّمَتْ عَائِشَةُ تَرُدُّ عَلَى زَيْنَبَ حَتَّى أَسْكَتَتْهَا قَالَتْ فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَائِشَةَ وَقَالَ إِنَّهَا بِنْتُ أَبِي بَكْرٍ.
… dari Hisyam ibn Urwah dari ayahnya dari Aisyah, ia bercerita, “Sesungguhnya para istri Rasulullah saw. terkelompokkan dalam dua kubu; kubu Aisyah, Hafshah, Shafiyah dan Saudah. Dan yang lainnya adalah kubu Ummu Salamah dan istri-istri yang lain. Dan kaum muslimin telah mengetahui kecintaan Rasulullah saw. kepada Aisyah, oleh karenanya apabila seseorang dari mereka ingin memberikan hadiah kepada Rasulullah saw. ia menundanya hingga giliran beliau di rumah Aisyah baru ia mengirimkannya di rumah Aisyah, maka kubu Umu Salamah berbicara kepadanya agar ia berbicara kepada Rasulullah saw. supaya beliau berbicara kepada orang-orang, “Barang siapa ingin menghadiahkan kepada Rasulullah saw. sebuah hadiah hendaknya menghadiahkan kepada beliau di manapun beliau berada dari rumah-rumah istri-istr beliau. Maka Ummu Salamah menyampaikan apa yang mereka katakana kepadanya dan Nabipun tidak menjawab sepatah katapun. Lalu mereka bertanya kepadanya, ‘Apa yang beliau katakan? Ummu Salamah menjawab, “Beliau tidak berkata apapun. Mereka berkata memintanya agar mangatakannya lagi kepada Nabi saw. dan sekali lagi beliau tidak menjawabnya dengan sepatah katapun. Dan untuk ketiga kalinya mereka meminta Ummu Salamah untuk berbicara kepada Nabi saw., dan ketika giliran beliau di rumah Ummu Salamah ia mengatakannya lagi maka Nabi saw. menjawabnya: “Jangan ganggu aku tentang Aisyah, sesungguhnya wahyu tidak datang kepadaku dan aku dalam selimut seorang wanita kecuali Aisyah. Ummu Salamah berkata, “Aku bertaubat kepada Allah dari menggangu Anda wahai Rasulullah”. Kemudian para istri Nabi saw. mengutus Fatimah- putri Rasulullah saw. untuk menemui Rasulullah, lalu ia meminta izi masuk dan ketika itu beliau sedang berbaring bersamaku dalam selimutku, kemudian Nabi memberinya izin lalu Fatimah berkata: “Wahai Rasulullah ! Sesunggguhnya istri-istri Anda mengutus saya untut menuntut perlakuan adil tentang sikap Anda terhadap putri Ibnu Abu Quhafah (Aisyah_pen). Aisyah berkata, ‘Dan saya diam.’ Kemudian Rasulullah saw. bersabda, ‘Hai putriku, bukankah kamu menyukai yang ayahmu sukai? Fatimah menjawab, ‘Ya.’ Nabi saw. melanjutkan, ‘Maka cintailah dia ini! Aisyah berkata, ‘Maka Fatimah-pun pulang dan menceritakan kepada mereka apa yang ia katakan dan apa yang dikatakaa Nabi. Mereka berkata, ‘Sepertinya kamu tidak berbuat apa-apa untuk kami, kembalilah kepada Rasulullah saw. dan katakana bahwa istri-istri Anda menuntut keadilah tentang putri Ibnu Abi Quhafah! Fatimah berkata, ‘Demi Allah saya tidak akan berbicara lagi kepada beliau sesuatu apapun tentang hal ini. Aisyah berkata, ‘Maka mereka mengutus Zainab binti Jahsy- istri Nabi saw. kemudian ia masuk dan berlaku kasar …. Aisyah berkata, ‘Maka ia meminta izin kepada Rasulullah saw. dan beliau bersama Aisyah dalam selimut lalu di izinkan untuknya, maka ia masuk dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri-istri Anda mengutusku untuk menuntut keadilah sikap tentang putri Ibnu Abi Quhafah.’ Aisyah berkata, ‘Kemudian ia mengangkat suaranya keras-keras dan mencaci-makiku panjang lebar sementara saya duduk. Nabi saw., memandangku apakah aku akan menjawabnya. Maka Aisyah membalas caci-makinya dan Nabi saw. memandangng Aisyah sambil berkata (memujunya), ‘Sesungguhnya ia anak Abu Bakar!’.
قَالَ الْبُخَارِيُّ الْكَلَامُ الْأَخِيرُ قِصَّةُ فَاطِمَةَ يُذْكَرُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ رَجُلٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَقَالَ أَبُو مَرْوَانَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ عُرْوَةَ كَانَ النَّاسُ يَتَحَرَّوْنَ بِهَدَايَاهُمْ يَوْمَ عَائِشَةَ وَعَنْ هِشَامٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ قُرَيْشٍ وَرَجُلٍ مِنَ المَوَالِي عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ قَالَتْ عَائِشَةُ كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَتْ فَاطِمَةُ.
Bukhari berkata, “Pembicaraan terakhir dalam kisah Fatimah disebutkan dari Hisyam ibn Urwah dari seseorang dari Zuhri dari Muhammad ibn Abdurrahman. Abu Marwan berkata dari Hisyam dari Urwah, “Adalah orang-orang memilih untuk menyerahkan hadiah mereka kepada Nabi di hari Aisyah.” Dan dari Hisyam dari seseorang dari suku Quraisy dan seseorang dari mawâli (budak) dari Zuhri dari Muhammad ibn Abdurrahman ibn al Hârits ibn Hisyam, ‘Berkata Aisyah, ‘aku di sisi Nabi saw. lalu Fatimah memohon izin.‘“
2. Shahih Bukhari: Kitab al-Hibah, Bab Man Ahda Ila Shahibihi (barang siapa menghadiahkan kepada temannya..) , hadis nomer :2392;
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّاسُ يَتَحَرَّوْنَ بِهَدَايَاهُمْ يَوْمِي وَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ إِنَّ صَوَاحِبِي اجْتَمَعْنَ فَذَكَرَتْ لَهُ فَأَعْرَضَ عَنْهَا.
…dari Hisyam ibn Urwah dari ayahnya dari Aisyah ra., ia berkata, “Adalah orang-orang memilih untuk menyerahkan hadiah mereka (kepada Nabi) di hari giliranku.” Dan Ummu Salamah berkata, ‘Sesungguhnya rekan-rekanku berkumpul lalu Ummu Salamah menyebut-nyebutnya kepada Nabi dan Nabipun berpaling darinya (tidak mengindahkannya).
3. Shahih Bukhari:Kitab Manaqibl ash-Shahabah, bab Fadla’il Aisyah, hadis nomer:3775, dan ia hanya menyebut bagaian awal hadis:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَتَحَرَّوْنَ بِهَدَايَاهُمْ يَوْمَ عَائِشَةَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَاجْتَمَعَ صَوَاحِبِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ فَقُلْنَ يَا أُمَّ سَلَمَةَ وَاللَّهِ إِنَّ النَّاسَ يَتَحَرَّوْنَ بِهَدَايَاهُمْ يَوْمَ عَائِشَةَ وَإِنَّا نُرِيدُ الْخَيْرَ كَمَا تُرِيدُهُ عَائِشَةُ فَمُرِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَأْمُرَ النَّاسَ أَنْ يُهْدُوا إِلَيْهِ حَيْثُ مَا كَانَ أَوْ حَيْثُ مَا دَارَ قَالَتْ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ أُمُّ سَلَمَةَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ فَأَعْرَضَ عَنِّي فَلَمَّا عَادَ إِلَيَّ ذَكَرْتُ لَهُ ذَاكَ فَأَعْرَضَ عَنِّي فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّالِثَةِ ذَكَرْتُ لَهُ فَقَالَ يَا أُمَّ سَلَمَةَ لَا تُؤْذِينِي فِي عَائِشَةَ فَإِنَّهُ وَاللَّهِ مَا نَزَلَ عَلَيَّ الْوَحْيُ وَأَنَا فِي لِحَافِ امْرَأَةٍ مِنْكُنَّ غَيْرِهَا.
…dari Hisyam ibn Urwah dari ayahnya ia berkata, “Adalah orang-orang memilih untuk menyerahkan hadiah mereka kepada Nabi di hari giliran Aisyah.” Aisyah berkata, ‘Maka teman-temanku (istri-istri Nabi lainnya_pen) berkumpul kepada Ummu Salamah dan berkata kepadanya, Hai Ummu Salamah sesungguhnya berkata orang-orang memilih untuk menyerahkan hadiah mereka kepada Nabi di hari giliran Aisyah, kami juga menginginkan kebaikan (hadiah itu) seperti juga Aisyah menginginkannya, maka perintahkan Rasulullah agar memerintah orang-orang agar menyerahkan hadiah mereka di mana saja beliau berada dan pada hari giliran siapa saja dari istri-istrinya. Lalu Ummu Salamah mengatakannya kepada Nabi saw. Ummu Salamah berkata, ‘Maka Nabi saw. berpaling dariku. Kemudian ketika beliau kembali kepadaku aku sebutkan lagi hal itu dan beliaupun berpaling dariku dan ketika ketiga kalinya aku katakana kepadanya, beliau berkata, ‘Hai Ummu Salamah jangan ganggu aku tentang Aisyah, karena sesungguhnya tidak pernah wahyu turun kepada sementara aku berada di dalam selimut seorang dari kalian selain dia (Aisyah).’”
Ibnu Jakfari berkata:
Demikianlah mereka menggambarkan kepribadian sang Nabi Muhammad yang telah dimuliakan dan disanjung dalam Al Qur’an sebagai Khuluqin adzîm dan pembawa rahmat bagi jagat raya…
Sampai kapankah hadis-hadis pelecehan kemulian Nabi Muhammad saw. seperti ini (dan ratusan lainnya) disakralkan dan dijadikan pijakan dalam menilai kepribadian Nabi kita?!
Mengapakah jika yang dilecehkan sebagian sahabat (yang bisa jadi memang munafik atau fasik seperti Mu’awiyah dan al Walîd ibn ‘Uqbah dkk) kalian bangkit serempak sambil berteriak histeris “Jangan lecehkan sahabat mulia Nabi Muhammad!” Kalian yang melecehkan mereka hanyalah bermaksud meruntuhkan pilar-pilar agama! Bukankah Allah telah memilih manusia-manusia pilihan-Nya untuk menjadi sahabat Nabi pilihan-Nya!
Akan tetapi ketika giliran Nabi Muhammad saw. dihinakan dan dilecehkan…. Sebagian kalian hanya tersenyum sambil mengatakan sepenuh mulut, “Muhammad itu kan manusia biasa, basyarun, seperti manusia lainnya! Hanya saja turun atas Muhammad wahyu! Tidak lebih! Hanya itu kelebihannya!
Saudaraku! Maaf munkin Anda tidak termasuk dari mereka yang tidak mempunyai adab terhadap Rasulullah saw seperti mereka itu! Yang pasti pembicaraan saya hanya saya alamatkan kepada mereka bukan kepada Anda yang berhati mulia dan berakhlak karimah terhadap Nabi mulia Muhammad saw.!
(Syiah-Ali/Jakfari/Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email